Punya Bisnis Miliaran : SMS Sambil Mengendarai Sepeda Motor

Saya biasanya tak terlalu peduli apa yang dilakukan oleh orang lain, apalagi yang sifatnya privacy, sepanjang tidak merugikan orang lain. Salah satu kebiasaan yang saya anggap masuk kategori potensial merugikan orang lain adalah mengendarai kendaraan sambil SMS-an.

Bagi saya, menerima atau menelpon saat mengendarai kendaraan (apapun itu, baik motor maupun mobil) merupakan cermin seseorang yang punya bisnis miliaran. Mengapa? Karena ia tidak mau kehilangan waktu beberapa menit untuk menepi dan lebih memilih mengerjakan dua kegiatan yang bisa jadi membuatnya membagi konsentrasi. Jika ia celaka sendiri gara-gara menerima atau menggunakan telepon mungkin tidak apa-apa tapi kalau ia mengajak orang lain untuk celaka tentu bukan sikap yang patut diapresiasi.

Saya pernah menegur sopir mobil travel Bekasi-Bandung yang berulang kali menerima telepon saat mengemudikan kendaraan. Saat pertama menerima telepon saya tidak langsung menegur. Namun setelah berulang kali menerima telepon, saya bilang padanya, “Bapak, mohon maaf, mungkin ada baiknya kita minggir dulu kalau bapak mau menerima telepon atau menelpon. Saya khawatir nanti bapak nggak konsentrasi, apalagi bapak bawa penumpang cukup banyak”

Saat itu yang ada dipikiran saya mungkin saja si driver marah atau kurang senang karena saya ingatkan, tapi untunglah dia menjawab sopan, “Oh, maaf ya pak. Ini teman saya mobilnya mogok, saya bantu dia. Sudah pak, saya tidak terima telepon lagi, nanti saja saat berhenti di rest area”.

Kalaupun si driver marah, buat saya sederhana saja. Saya tidak mau menyesal karena tidak menegur driver saat saya sudah diakhirat. Penyesalan yang terlambat kan 😀

Itu untuk menerima dan menggunakan telepon yang saya anggap sudah mengganggu konsentrasi saat mengendarai kendaraan (meski menggunakan hands free sekalipun karena konsentrasi sedikit banyak akan terganggu). Lebih ajaib lagi jika memperhatikan orang yang SMS-an sambil mengendarai sepeda motor.

ilustrasi-naik-motor-baca-sms

Hebat banget ya, sebentar-sebentar mata memandang ke HP untuk mengetik dan sedetik kemudian matanya melihat jalan raya. Bagaimana ia bisa konsentrasi untuk mengerem, melihat jalan, mengetik di keypad HP sekaligus mengendarai sepeda motor? Ia bahkan tidak mau berhenti sebentar karena mungkin waktunya berharga sekian miliar per menit dan kalau berhenti nanti waktu yang sangat berharga tersebut dianggap terbuang percuma.

Mungkin ada yang berargumentasi, “Ah, selama ini saya mengetik SMS sambil mengendarai motor tidak apa-apa tuh. Nggak pernah celaka, motor juga jalan normal”. Kalau begitu ya selamat deh, belum sampai celaka 🙂 . Seperti saya uraikan diawal tulisan, kalau mau celaka ya sebaiknya celaka sendiri, jangan ajak-ajak orang lain yang mungkin kena celaka karena anda kurang konsentrasi.

Saat mengendarai kendaraan, apalagi mengendarai motor, saya lebih memilih untuk menepi jika ada hal urgent yang saya tunggu atau ada telepon yang mesti saya terima. Jika saya mendengar bunyi telepon saat saya mengendarai sepeda motor dan bertemu lampu merah, saya lebih memilih untuk mendiamkannya daripada saya merugikan orang lain yang terhalang motor saya saat lampu lalu lintas berubah jadi hijau. Kalaupun jadi miss call, selepas lampu lalu lintas saya bisa menepi dan kemudian menelpon balik. Apalagi sekedar bunyi SMS, saya bisa menepikan motor setelah lewat lampu lalu lintas.

Prinsipnya tetap sama, silakan lakukan apapun yang anda sukai karena itu merupakan privacy dan hak anda tapi jangan sampai kegiatan yang dilakukan merugikan hak orang lain. Jangan gara-gara SMS-an sambil mengendarai motor, anda nyungsep di kali karena nggak lihat jalan 🙂

2 thoughts on “Punya Bisnis Miliaran : SMS Sambil Mengendarai Sepeda Motor

  1. Nah fenomena ini sudah terjadi sejak awal .teknologi .ponsel masuk ke negeri kita ini mas…
    Menang budaya safety riding/driving masih sangat rendah.
    Semoga objek yang dijadikan ilustrasi itu bisa mengubah kebiasaannya. 😀

  2. Kalau masyarakat mungkin berkilah tidak tahu, nah yang parah adalah Aparat pun melakukan hal yang sama… yang notabene adalah orang yang mengerti bahwa itu salah.. ironi kan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.