Integrasi Pertanian : Bertahap namun Sistematis

Apa yang terpikir saat melihat pekarangan dan kebun saat baru memulai proses integrasi pertanian? Semak belukar, kondisi berantakan dan bingung harus mulai dari mana. Banyak diantara kita yang langsung ingin menerapkan berbagai ide tanpa memperhitungkan effort yang harus dilakukan. Kadang kita punya cita-cita tinggi tapi kurang menyadari kemampuan untuk menjalankannya.
Saat melihat gudang pupuk Zeze Zahra, kadang pikiran jadi mumet melihat galon-galon berisi fermentasi buah dan sayuran. Ditambah berkarung-karung kohe kambing dan ayam serta berember-ember kohe sapi. Zeze Zahra perlu menjaganya agar rapi dan tidak menimbulkan bau yang mengganggu. Harus menyesuaikan juga dengan area gudang yang terbatas.
Semua butuh proses. Kalau kita ingin melihat yang serba rapi, perlu menunggu waktu. Kami mencoba menempatkan seluruh pupuk di satu area agar mudah mengelolanya. Setelah itu secara bertahap melakukan proses pembuatan. Setelah selesai dibuat, mulai menggunakan pupuk tersebut di kebun, pekarangan dan greenhouse.


Anggaplah pertama kali mulai masih 100% berantakan. Seiring waktu kita belajar menatanya. Pada siklus kedua, situasi berantakan berkurang 20%. Pada siklus berikutnya lebih baik lagi, sampai kemudian kita bisa mengatur agar pupuk selalu tersedia, area pembuatan pupuk lebih efektif dan efisien serta tanaman bisa subur menggunakan pupuk hasil pengolahan sendiri.
Aku manusia pejalan,
bagai sungai berteman sampah, limbah;
Tidak peduli sumpah serapah.
Dari kemarau ke bulan;
Melepas fajar menanti senja.
Mengejar bayanganku sendiri.
Kata Bunda, “jangan tinggalkan rumah,”
karena disana aku ada, nakal, besar dan mimpi-mimpi.
Tapi aku lompati pagar, memilih Barat dan Timur. Sampai habis batas umur.
Aku memang lelaki pejalan.
Tak tahu kapan mesti berhenti.
Heri H. Harris-Balada si Roy
Such a well-written piece. It kept me engaged from start to finish.
Great post! I really enjoyed the insights you shared. Looking forward to reading more from you!