Jangan Naif : Benar Belum Tentu Menang, Salah Belum Tentu Kalah
Saya kerap membaca komentar seseorang di web atau diberita-berita seputar KPK, whistle blower atau tentang seseorang yang mendapat tuduhan tertentu :
“Kalau memang tidak salah, kenapa harus takut?”
atau,
“Sudah, kalau memang benar, serahkan saja pada proses hukum dan pengadilan, nanti juga terbukti”
Ah, absurd. Naif. Kalau anda tinggal di negara dengan sistem hukum yang bisa dipercaya, bolehlah anda berkata demikian, tapi kalau masih tinggal di Indonesia, itu namanya naif, pura-pura nggak tahu atau malah berniat menjerumuskan.
Suatu kebenaran tidaklah cukup. Benar saja tidak cukup membuat kita menang. Memperjuangkan sesuatu yang benar tanpa strategi dan tanpa kecerdikan tetap suatu kekonyolan, bagi saya. Sudah cukup banyak contoh bagaimana suatu yang benar bisa menjadi salah atau sebaliknya. Mahkamah konsitusi malah sudah memutar rekaman bagaimana suatu skenario bisa dibuat, tergantung endingnya mau dibuat seperti apa.
Naif atau tidak memang tergantung pada diri masing-masing, namun bagi saya pribadi, tidak selayaknya kita bergantung hanya pada suatu kebenaran semata. Jika tidak hati-hati, menjadi benar bisa jadi malah menjadi pintu kearah kesengsaraan.
Jika ada yang menyarankan, “Serahkan saja pada proses hukum”, substansinya saya setuju, namun bukan berarti semuanya bulat-bulat diserahkan pada proses hukum melainkan perlu ada pendampingan dan persiapan agar suatu kebenaran tetap kuat dan mampu menghalau kemungkinan pembelokan fakta. Tanpa itu semua, jangan berharap suatu kebenaran selalu menang.
Jangan sampai kebenaran jadi berbelok menjadi kebetulan. Benar memang sama dengan betul tapi kebenaran tidak selalu sama dengan kebetulan 🙂
like this!
Boleh copi paste gak sebagian tulisan ini
@Rifaus, silakan mas, sebaiknya tetap dibuat live link juga.