Merealisasikan Impian : Rumah Kabin Rumah Akhir Pekan

default

Tulisan ini merupakan bagian dari 30 Hari Tantangan Ramadhan. Edisi Hari Kedua Puluh, 30 Days Ramadhan Challenge Day #20

Beberapa tahun yang lalu, saya membaca buku “The girl with the dragon tatoo”. Buku karangan Stieg Larsson itu bercerita mengenai persahabatan jurnalis Michael Blomkvist dengan seorang hacker perempuan yang memiliki pengalaman hidup beragam-Lisbeth Salander-dalam mengungkap sebuah misteri.

Fokus saya malah bukan soal plot cerita pada buku itu, melainkan pada potongan cerita saat Michael Blomkvist pergi ke rumah kabinnya di akhir pekan, mengisi waktu disana dan kemudian kembali ke aktivitasnya di kota.

Selama di rumah kabinnya, Michael Blomkvist bebas melakukan apa saja. Bisa saja ia seharian membaca buku, bersantai sambil refreshing pikiran. Bisa juga ia berangkat memancing atau barbeque sambil menikmati waktu santai.

Saat itu saya berpikir, “Oh senang juga ya, kalau kita punya rumah kabin seperti itu. Kita bisa main diakhir pekan, melakukan apa saja yang kita sukai kemudian baru menjalani rutinitas keseharian…”

Saya coba search untuk bentuk rumah kabin, ternyata kebanyakan rumah kabin model Amerika, berupa log atau kayu gelondongan. Padahal di Indonesia model rumah kabin seperti itu masih jarang, jadi akhirnya saya memutuskan untuk membangun rumah kayu.

Saya mencari lahan di tepi sawah dan di tepi sungai agar harganya relatif murah. Saya akhirnya mendapatkan lahan ini di daerah Karawang Batujaya, kemudian memesan rumah kayu knock-down (bongkar pasang) dari Palembang. Proses ini memakan waktu beberapa lama hingga akhirnya rumah kabin itu bisa terwujud dengan segala kesederhanaan dan keterbatasannya.

Singkat cerita, saya jadi memiliki kesempatan untuk melakukan apa yang sebelumnya dilakukan oleh Michael Blomkvist, seperti liburan di akhir pekan, memancing, steamboat atau barbeque di waktu malam hingga menyalurkan hobby saya berupa menanam sayuran dan pohon buah.

Ada kalanya kita memiliki keinginan namun kita sendiri merasa bahwa kita belum cukup pantas untuk memilikinya. Ada juga yang punya keinginan membangun rumah peristirahatan di akhir pekan, namun terhambat keterbatasan keuangan. Hal ini kadang menghalangi gerak kita, menyimpannya dalam hati dan kemudian menyesali hal tersebut dikelak kemudian hari.

Daripada menyesali hal-hal yang sudah lewat, baiknya kita mengubah mindset diri sendiri. Jika kita punya keinginan tertentu, cobalah kejar sampai dapat. Jika kita masih terhambat biaya, kita bisa memilih untuk investasi kecil-kecilan agar sekian tahun kemudian kita bisa merealisasikannya.

Jika saya pribadi melihat ke belakang, sejak pertama kali rumah kabin Zeze Zahra Excellent Farm didirikan, saya tidak akan menyangka hasilnya jadi seperti sekarang. Prosesnya berlangsung secara gradual, bertahap dan pelan-pelan sesuai kemampuan, jadi tidak terasa dan tidak terbayangkan sebelumnya. Yang penting, kita selalu menjaga asa dan berusaha merealisasikannya secara bertahap.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *