Ziarah Menjelang Lebaran
Catatan : Sumber gambar saya ambil dari sini, tapi sepertinya blog tersebut bukan pemilik asli gambar ini. Jika ada info sumber gambar, akan saya update kembali. Saya senang gambar pemandangannya sebagai ilustrasi…
Hari Sabtu, 3 Agustus kemarin saya memulai hari dengan menerima tamu dari salah satu klien sebuah institusi keuangan dan perbankan besar yang datang menjenguk selepas waktu golden time di bulan Ramadhan. Teman-teman IT klien ini baru pulang dari kerja mereka, begadang untuk pengecekan sistem agar tidak ada kendala selama liburan panjang.
Salah satu dari IT tersebut bercerita bahwa tahun lalu, tepat di hari raya Idul Fitri, ia menerima telepon untuk berangkat saat itu juga ke Makassar karena ada kendala sistem disana. Dia bercerita bahwa semua acara lebaran yang sudah ia susun jadi bubar. Itu sebabnya, tahun ini, semenjak beberapa hari sebelum lebaran, status sistem dibuat freeze, tidak ada perubahan yang sifatnya major agar tidak ada kendala yang aneh-aneh semasa libur panjang.
Selepas bertemu dengan teman-teman IT klien, saya tidur sebentar karena ternyata ngobrol saja menguras tenaga yang cukup banyak dan selesai ngobrol saya sampai keluar keringat dingin. Ingat badan ingat kesehatan 🙂
Menjelang siang, saya siap-siap meluncur ke Tambun, berkunjung ke rumah orang tua sekaligus menjenguk adik saya, Marhidin (nick name : T-Bob) yang dirawat karena sakit DBD+Typhus (juga). Dia mulai sakit pas saya pulang dari opname di rumah sakit. Bandel sih dia, banyak nasihat-in saya soal pentingnya menjaga kesehatan, eh dia juga kena sakit yang sama. Jangan-jangan nyamuk yang menggigit dia sama dengan nyamuk yang menggigit saya…
Alhamdulillah, saat dijenguk kondisinya sudah berangsur membaik. Saat sore hari saya kembali ke rumah orang tua saya, ada kabar dia sudah boleh pulang dari rumah sakit.
Selepas menjenguk adik di rumah sakit, saya meluncur ke Taman Bacaan Excellent, untuk bergabung dengan ibu dan adik-adik saya yang hendak ziarah ke makam kakak saya di dekat Taman Bacaan Excellent. Ada 2 kakak kandung saya yang dimakamkan disana, yang pertama namanya Mpok Narmah, ini anak kedua ibu saya yang meninggal saat usia masih SD. Yang kedua adalah mpok Sinah, puteri pertama ibu saya yang meninggal beberapa tahun lalu karena DBD. Itu sebabnya DBD bagi keluarga saya meninggalkan trauma dan siapapun yang terindikasi kena DBD pasti akan langsung fokus ditangani agar musibah yang pernah terjadi tidak terjadi lagi.
Saya bahkan sudah mencita-citakan untuk melengkapi koleksi buku dan literatur di Taman Bacaan Excellent mengenai penanganan DBD agar semua orang aware pada bahaya DBD (dan penyakit lainnya), selain tentunya ada juga acara peningkatan kualitas kehidupan dalam bentuk sosialisasi pencegahan DBD.
Kompleks pemakaman yang saya kunjungi ada di dekat Taman Bacaan Excellent, di kampung kelahiran saya, kampung Buwek Seberang di Desa Sumber Jaya Kecamatan Tambun Kabupaten Bekasi. Ini awalnya pemakaman keluarga yang kemudian diperluas untuk menampung makam sanak saudara.
Ziarah ke makam merupakan kegiatan rutin yang saya dan keluarga lakukan, terutama menjelang bulan Ramadhan dan menjelang hari raya Idul Fitri. Ziarah ke makam menjadi pengingat bagi kami yang masih hidup untuk mengenang dan mendoakan sanak saudara yang sudah meninggal. Sedih juga rasanya tiap kali mengunjungi makam, apalagi jika ingat saat-saat memakamkan family sendiri.
Agenda utama saat ke makam biasanya membersihkan makam dari rumput liar atau dari kotoran, misalnya dedaunan yang gugur menutupi makam. Selain bunga-bunga yang dimasukkan kedalam plastik berisi air untuk nantinya disiramkan keatas makam, kami juga biasanya membawa tikar, sapu dan pisau/golok untuk membersihkan makam.
Dulu saya masih ingat saat bersama adik dan keponakan ziarah ke makam, keponakan saya suka bandel. Akhirnya adik saya bertanya ke dia, “Jiper, makam lo yang mana?”
Si Rikki yang nama panggilannya Jiper mukanya bingung, kemudian dia berkata balik, “Makam gue? Bukannya gue masih hidup??”. Hehehe… Habis dia bandel sih bercanda melulu, makanya ditanya seperti itu dia bingung sendiri.
Pernah juga sekali waktu ibu dan adik perempuan saya, Evi (Lenny Marlina) hampir ngibrit dari pemakaman gara-gara ada suara tanpa wujud.
Jadi ceritanya suatu siang-sebelum bulan puasa Ramadhan tahun ini-ibu, adik dan keponakan saya ziarah ke makam untuk membersihkannya dari rumput liar. Saat itu suasana sepi. Sunyi. Cuma ada suara burung yang biasa ada disawah dan kebun. Kebetulan pemakaman ini ada di kebun dan berbatasan dengan sawah. Tiba-tiba terdengar suara,”Sinah… Sinah…”
Sinah adalah nama kakak pertama saya yang meninggal dunia beberapa tahun yang lalu karena DBD. Suara yang terdengar itu sayup-sayup tertiup angin, jadi kadang terdengar jelas dan kadang hanya seperti desir angin yang membuat dedaunan bergemerisik. Awalnya ibu dan adik saya menganggapnya sebagai desau angin semata, tapi kok lama-lama suaranya semakin jelas.
Celingak-celinguk tidak ada siapa-siapa, adik saya sudah gemetar mau kabur karena takut ada suara tanpa wujud. Setelah diperiksa lebih teliti, ternyata nongol kepala seseorang-tetangga ibu saya-dari balik semak yang ada didekat sawah. Hahahaha, dikira hantu siang hari ternyata memang tetangga ibu saya yang memanggil tanpa terlihat orangnya.
Satu hal yang menyenangkan saat ziarah ke makam adalah karena kami bisa berkumpul bersama sebagai keluarga. Nilai kebersamaannya jauh lebih besar dari sekedar bertemu muka, karena memang tidak bisa setiap saat keluarga besar kami berkumpul bersama.