Tips Wirausaha IT : Variasi Layanan dalam Proposal ke Klien

Salah satu hal yang sulit dalam memberikan penawaran proposal ke pihak klien adalah menentukan harga yang pas. Pas buat si klien maupun pas untuk kebutuhan kita.

Jika tidak hati-hati, harga yang kita tawarkan ke klien terlalu mahal sehingga calon klien batal menjadi klien beneran 🙂 . Jika terlalu rendah, kita malah kerja bakti karena harga yang kita tawarkan ternyata hanya impas dengan pengeluaran yang dilakukan. Kalau sekali-kali mungkin masuk akal namanya juga belajar dari pengalaman, tapi kalau berkali-kali itu namanya kebangetan 🙂

Saya pernah mengalami hal yang mencerminkan 2 hal diatas. Pada salah satu klien saya hanya mengenakan biaya sebesar 15 juta rupiah dan ternyata pekerjaannya memakan waktu lebih dari 1 bulan. Memang sih sebabnya karena waktu itu saya masih belum fokus di wirausaha (masih jadi amfibi seperti kodok, hidup di dua alam, hehehe… ), namun tetap saja secara nilai tidak mencukupi biaya yang telah dikeluarkan. Tentu tidak mungkin saya balik gagang (ini istilah nyomot dari mana lagi), misalnya bilang ke klien, “Wah, pak, ternyata nilainya nggak sesuai dengan pekerjaan nih…”.

Saya menganggap hal tersebut sebagai pelajaran yang berguna agar lain kali tidak terjadi hal yang sama.

Hal yang bertolak belakang pernah terjadi. Saya mengajukan biaya Rp. 25 juta untuk estimasi pekerjaan 2-4 hari, atas pertimbangan adanya proses migrasi data. Ternyata kenyataannya bisa lebih disederhanakan, sehingga saya hanya perlu datang pukul 9 pagi dan sudah pulang pada pukul 14.00 WIB dengan membawa uang yang diserahkan secara cash.

Salah satu kesalahan besar dalam membuat proposal adalah memasukkan semua layanan dan membulatkannya jadi satu harga. Pada beberapa klien hal ini memang berguna karena lebih simple dan sederhana, namun hal ini bisa menjadi bumerang bagi perusahaan klien.

Sebagai contoh, saya pernah memberikan harga yang sama untuk berbagai perusahaan klien untuk implementasi sistem. Pada beberapa klien, harga yang saya tawarkan sesuai dengan budget mereka dan proposal bisa goal menjadi project namun pada klien lain, mereka membatalkan diri karena menganggap budget mereka tidak mencukupi.

Setelah mereview beberapa kegagalan (saya juga sering gagal meski yang saya ceritakan di blog ini yang manis-manis saja, hehehe…), akhirnya saya memecah penawaran proposal kedalam beberapa sub bagian. Sebagai contoh untuk implementasi sistem database server, saya pecah kedalam beberapa contoh sebagai berikut :

  1. Instalasi sistem. Ini hanya mencakup instalasi sistem saja, misalnya biayanya 1 juta rupiah (jangan nawar ya, ini juga harga bohongan kok 😛 )
  2. Upgrade & Migrasi Sistem. Opsi ini saya berikan jika perusahaan membutuhkan migrasi sistem dan data dari sistem yang lama. Misalnya biayanya 500 ribu
  3. Setup Replikasi Sistem. Ini dilakukan jika perusahaan membutuhkan sistem backup otomatis dari server utama ke server secondary, misalnya biayanya Rp. 300 ribu

Contoh diatas sudah menunjukkan bahwa jika perusahaan hanya butuh clean install saja, mereka cukup membayar 1 juta rupiah. Mereka tidak dibebani biaya yang tidak mereka inginkan. Ini cukup adil karena perusahaan klien yang membutuhkan fasilitas lebih banyak otomatis membayar biaya lebih besar, tidak sama rata dengan perusahaan yang hanya butuh 1 fasilitas.

Ada cerita menarik dari ibu saya yang membuka rumah makan Sayur Gabus Pucung di daerah Tambun-Bekasi. Ibu saya membedakan harga sepiring sayur gabus meski menunya sama persis. Harga untuk pelanggan yang jalan kaki, naik sepeda, motor atau mobil masing-masing berbeda. Anggaplah 10 ribu untuk pelanggan jalan kaki, 12.500 untuk pengendara sepeda, 15 ribu untuk pengendara motor dan 20 ribu untuk pengendara mobil. Memang jadi sial jika kita pinjem mobil untuk beli sayur gabus di rumah makan ibu saya karena bisa dikenakan tarif tertinggi, hehehe…

Tentu saja penentuan itu tidak selalu otomatis, karena juga melihat penampilan. Kalau naik mobil tapi tampilannya lusuh mungkin tetap dapat harga yang rendah 🙂

Kita memang tidak bisa selalu menyamaratakan semua hal kedalam satu hal yang sama. Kita tetap perlu melakukan review secara berkala sebelum melakukan pengiriman proposal kepada klien, karena bisa saja klien-klien perusahaan besar lebih menyukai 1 penawaran yang sudah dibundel tanpa dipecah-pecah kedalam sub bagian. Jika ini yang terjadi, gunakan sub bagian sebagai mekanisme perhitungan internal kita, yang kita kirim pada klien adalah summarynya.

Semoga bermanfaat, salam dari bandara Hang Nadim 🙂

 

5 thoughts on “Tips Wirausaha IT : Variasi Layanan dalam Proposal ke Klien

  1. Wah bermanfaat sekali Pak Vavai , Saya juga sering kurang tepat dalam mengajukan proposal kepada Calon Client seperti yang Bpk jelaskan di Atas.
    Memang jam terbang membuat kita belajar banyak hal.

    Terimakasih Banyak artikel bermanfaatnya Pak
    Salam

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.