Saya pernah mendapatkan pertanyaan ini dari beberapa rekan baik via email maupun chatting. Jenis pertanyaannya serupa, “Bagaimana cara mendapatkan klien?”.
Salah satu tantangan yang membuat takut seseorang berpindah dari pekerjaan karyawan menjadi seorang wirausahawan adalah kemungkinan tidak mendapatkan klien. Jika kita bekerja pada sebuah perusahaan/lembaga/instansi, kita akan selalu mendapat gaji periodik, apapun perkembangan yang terjadi pada tempat kerja (tentu dengan menafikan situasi ekstrem seperti bangkrutnya tempat kerja)
Untuk menjawab hal ini, saya sampaikan saja jawaban dari beberapa klien yang saya tanyakan, seperti yang tadi pagi saya tanyakan pada klien saya dari kantor pusat di dirjen Bea & Cukai :
“Pak, kenal nama saya dan Excellent dari mana?”, tanya saya padanya ketika bersantai minum teh sebelum kegiatan inhouse training diadakan. Sambil tertawa dia menjawab,
“Halah, nama mas Vavai itu kalau dicari di Google ketemu terus. Bolak-balik mencari ketemunya nama Vavai”.
Hidung saya jadi memanjang mendengar jawabannya. Bangga juga, meski bukan berarti saya jadi sepa 😛
Maksudnya, saya mengapresiasi jawaban itu, meski tentu saja tidak berarti saya selalu menjadi pilihan bagi klien. Jawaban itu mempertegas jawaban yang sama yang saya terima dari klien lain, misalnya dari Badan Standarisasi Nasional (BSN) serta dari beberapa klien perusahaan besar lainnya.
Banyak peserta training di Excellent yang berasal dari luar kota, misalnya Kudus, Semarang, Solo, Surabaya, Yogya, Bandung dan lain-lain. Banyak juga yang datang dari luar daerah, misalnya dari Riau, Batam, Palembang, Balikpapan, Makassar, Pangkal Pinang, Pare-Pare dan kota lainnya. Kesemua klien tersebut memiliki kesamaan sumber, yaitu terhubung dengan saya melalui hasil pencarian di internet.
Ini yang kerap saya sebut sebagai personal branding dan membangun portfolio pribadi. Menulis artikel di blog baik dalam bentuk artikel lepas maupun dalam bentuk tutorial berbentuk pdf ternyata membawa berkah yang tidak saya sadari sebelumnya, yaitu membangun reputasi pribadi.
Kalau dalam istilah enterpreneur, ini disebut indirect benefit alias manfaat tidak langsung. Kalau dalam agama ini disebut dengan istilah berkah. Jika kita membantu orang lain, ada kemungkinan balasannya datang dari pihak lainnya. Jika kita berbuat baik, kebaikan itu akan merespon kita dengan kebaikan lainnya.
Jangan salah paham seolah-olah saya bermaksud sombong. Saya sama sekali tidak bermaksud demikian. Saya masih belum ada apa-apanya dibandingkan dengan yang lain. Apa yang saya maksudkan adalah bahwa kita jangan khawatir jika ingin membantu orang lain mengenai apa yang kita bisa. Kita tidak tahu, mungkin saja perbuatan kecil namun bermanfaat yang kita lakukan ternayata melahirkan respon yang menyenangkan buat kita.
Jika personal branding kita terbangun dan portfolio kita meningkat, biasanya kemungkinan kita mendapat klien bisa menjadi lebih besar. Semuanya berjalan secara alamiah, awalnya mungkin bersifat sporadis, kadang ada kadang tidak, namun seiring peningkatan portfolio, biasanya peluangnya akan semakin besar.
Moral of the story : Jangan khawatir jika kita ingin berbagi ilmu. Jika kita ingin berwirausaha, usahakan agar kita supel pada orang lain. Tak usah khawatir jika satu waktu kita salah karena kita bisa belajar dari kesalahan.
3 Comments
Alhamdulillah. Terima kasih untuk artikel-artikelnya yang menarik dan bermanfaat. Semoga sukses selalu Mas.
Salam.
Yang terpenting yakin dan berusaha pantang menyerah.
Personal Branding itu sangat penting..
terima kasih mas artikelnya..:D