Tak Usah Marah jika Orang Lain “Under Estimate” pada Kita

Beberapa waktu yang lalu, saya dan team (3 orang) memberikan presentasi pada salah satu calon klien sebuah perusahaan besar. Presentasi berjalan relatif lancar, hanya saja sikap dan pertanyaan dari salah satu orang pihak calon klien terkesan under estimate dan cenderung kurang percaya pada kapabilitas team Excellent. Sayapun sebenarnya merasakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan cenderung bersifat menguji dan memojokkan, namun saya tidak menghiraukannya sepanjang saya bisa menjelaskannya dengan baik.
Saat saya menyampaikan suatu argumen, kesan yang saya tangkap seperti ini responnya : “Nggak usah kamu jelaskan deh. Saat kamu masih balita, saya sudah main teknologi yang kamu jelaskan itu”, hehehe…
Saat pulang, salah satu staff saya menggerutu dengan bilang, “Tadi dari klien yang satu orang kayaknya sombong banget ya. Nanya-nya sepa’ banget dan kelihatan sok pintar.”
Saya tertawa mendengar gerutuan staff saya. Saya sampaikan padanya bahwa saya tidak merasa terganggu pada hal tersebut. Bukan karena saya juga belagu sok dewasa, melainkan karena hal tersebut merupakan hak orang lain. Silakan saja orang lain under estimate dan dan kurang percaya pada kemampuan kita, lantas apa ruginya kita?
Kalaupun benar kita tidak mampu ya malah benar dong penilaian dia. Kalaupun kita sebenarnya lebih jago daripada anggapan dia, apa kita hendak membantah anggapannya? Buat apa? Apa kita mesti bilang,
“Eh, jangan sombong ya. Mentang-mentang lulusan universitas ternama, kerja di perusahaan besar lantas menganggap enteng orang lain. Kalau diadu kemampuan saya belum tentu kalah dibandingkan kamu, tahu!”
Lha, apa gunanya? Bukankah kalau kita dianggap enteng berarti secara posisi kita sudah memiliki keunggulan komparatif terhadapnya. Tak ada ruginya disisi kita kok. Kita cukup introspeksi. Kalau anggapan dia benar, ya kita malah mesti berterima kasih, meski dengan rasa jengkel, hehehe… Kalau anggapan dia salah, ya cukup kita tersenyum simpul. Tak perlu dibalas dengan sikap sombong dan angkuh kita.
Jangan lupa, adakalanya kita atau orang lain menguasai suatu materi ilmu pengetahuan bukan karena kita cerdas dan pintar, melainkan hanya karena kita tahu lebih dulu. Jika orang lain bersikap sombong dan angkuh karena dia memiliki kapabilitas, itu urusan personality dia. Bukan urusan kita dan juga bukan kapasitas kita menasihatinya, apalagi jika dia itu calon klien.
Percayalah, jauh lebih baik kita dianggap tidak bisa padahal kita bisa daripada kita sok bisa padahal kenyataannya tidak bisa. Sepanjang kita mampu menjelaskan apa-apa yang ditanyakan dengan baik dan dengan cara yang apik, saya percaya cepat atau lambat lawan bicara kita menyadari bahwa kita memiliki kemampuan yang lebih dari cukup. Jika dia tidak menyadarinya, berarti dia tidak cukup cerdas menyadari kepintaran lawan bicaranya, hehehe…
Tetap semangat!
salut buat mas vavai, terus semangat.
salam
Omjay
It’s much better if others know us more capable from them by their own experience, not from our mouth. Just make sure they experience that.
Sepakat mas 🙂 Been there done that.
Terima kasih Pak Saran nya bermanfaat buat saya.Saya juga dulu pernah tu di gituin tapi ya di anggap santai aja.
Under estimate itu sudah sangat biasa om Vavai, yang penting pembuktian di lapangan aja om, bukan begitu.
Benar mas Suryo Atmodjo, malah jadi nilai tambah saat kita bisa membuktikan kualitas kita
Saya masih sulit untuk tetap terlihat tidak terbawa emosi saat orang under estimate ke kita, saya baru sekali masuk ke dunia industri IT, dan beberapa kali merasa down saat saya merasa orang sedang mencoba mematahkan apa yang saya bicarakan. But, it’s inspired me for this time.
mas vavai tetap semangat ya
Ambil positifnya aja kali ya mas supaya bisa lebih membangun diri
Lagi ngerasain banget punya pimpinan yg gitu. Apalagi kondisi harus WFH gini, seolah dia yg paling bisa kerja sendiri dan menyepelekan saya yg punya 2 anak. Tak bisa diandalkan. Tak bisa dijagakke krn harus bagi waktu dan gantian jagain anak² dg suami yg juga punya tanggung jawab di kantornya. Diaah engga tau gimana rasanya jadi ibu bekerja dg 2 anak, suami yg sibuk, plus engga punya asisten rumah tangga….. karena di perempuan yg belum menikah dan rewel luar biasa. Astaghfirullah…..