Share Pengalaman : Tanggung Jawab & Kekhawatiran Saat Migrasi Sistem

Salah satu pengalaman yang mendebarkan selama saya menjadi konsultan sistem adalah saat melakukan migrasi sistem. Pressure-nya semakin meningkat saat melakukan eksekusi sistem. Banyak kekhawatiran yang muncul, jangan-jangan ada persiapan yang kurang; jangan-jangan gagal; jangan-jangan hasilnya malah lebih parah daripada sebelum proses migrasi dilakukan.

Pengalaman terakhir yang membuat saya sport jantung adalah saat saya bersama team Excellent melakukan migrasi salah satu klien perusahaan besar di Bandung. Estimasi proses migrasi akan memerlukan waktu sekitar 1-2 minggu dan fase krusial terjadi pada hari pertama dan hari terakhir. Hari pertama bersifat krusial karena ada proses upgrade major versi sistem yang digunakan. Hari terakhir bersifat krusial karena ada proses switch over dari sistem lama ke sistem baru.

Sebenarnya berdasarkan perhitungan definitif yang saya kalkulasi, prosesnya akan  butuh waktu sekitar 5 hari, namun saya jadwalkan hingga 2 minggu sebagai antisipasi, sekaligus sebagai bagian dari proses pembuatan dokumentasi sistem.
khawatir
Saya meluncur ke Bandung hari Senin siang, check in di hotel kemudian ke kantor klien untuk berdiskusi mengenai tahapan migrasi sistem. Untuk tahap awal, sistem akan diupgrade mulai pukul 19.00 WIB dan estimasi akan memakan waktu sekitar 3 jam hingga pukul 22.00 WIB.

Sebelum migrasi dilakukan, saya sudah melakukan persiapan sebelumnya dengan melakukan backup data sistem secara manual ke salah satu server terpisah. Inipun tidak membuat saya percaya diri karena backup image sistem dalam bentuk cloning ternyata gagal gara-gara harddisk penampung memiliki kapasitas kurang dari ukuran semestinya.

Sekitar pukul 19.00 WIB, setelah berdoa dan mengecek semua persiapan, akhirnya saya memutuskan untuk tetap menjalankan proses upgrade dan tidak menundanya. Sebenarnya keputusan ini agak beresiko, karena cadangan saya hanya 1, yaitu backup data di server terpisah, itupun berupa salinan dari proses rsync. Jika proses upgrade di hari pertama gagal, ada kemungkinan operasional sistem perusahaan dengan belasan ribu user ini terancam terganggu dan saya tidak mau membayangkannya, bahkan sekedar mimpipun saya ogah, hehehe…

Sebelum eksekusi perintah upgrade,  sekali lagi saya membaca release notes dan membaca persiapan yang semestinya saya lakukan. Setelah semuanya beres, saya mengeksekusi perintahnya.

Proses upgrade berjalan relatif lancar, namun tiba-tiba berhenti saat sampai proses upgrade database schema. Saya tunggu hingga 10 menit belum ada tanda-tanda kehidupan. Saya check log, prosesnya diam ditempat. Saya check tombol numlock dan akses remote masih berjalan. Saya putuskan menunggu, daripada saya batalkan prosesnya dan malah cilaka jika sistem tidak kembali keposisi semula.

15 menit menunggu, 20 menit berlalu…

Saya putuskan untuk mengambil novel yang saya bawa dari Bekasi dan sambil berbantalkan tas laptop, saya tidur-tiduran membaca novel sambil menunggu proses upgrade berjalan. Saat salah satu team IT klien melihat saya tidur-tiduran, dia kaget, “Wah, kang Vavai, kalau ngantuk saya bawakan bantal dan tidur di ruangan sebelah saja kang…”. Mungkin dia pikir saya ngantuk dan lelah, padahal saya membaca novel sambil tidur-tiduran karena stress, 😛

Sekitar 30 menit berlalu, voila, tiba-tiba prosesnya berlanjut ke tahap berikutnya. Saya memasukkan novel yang saya baca kedalam tas dan mencermati log proses upgrade dengan cermat. Alhamdulillah, tidak ada pesan-pesan aneh maupun warning. Saat saya restart service sistem, berjalan dengan sempurna sebagaimana mestinya.

Selesai upgrade dengan 1 server, saya lanjutkan dengan server berikutnya sehingga total seluruh server berhasil diupgrade, meski waktu estimasi yang saya perkirakan selama 3 jam meleset jadi sekitar 4-5 jam. Saya kemudian melakukan pengecekan ulang sistem pasca upgrade, melakukan restart sistem dan melakukan ujicoba penggunaan sistem.

Menjelang tengah malam, saya memberitahu team IT klien bahwa sistem sudah berhasil diupgrade dan saya akan monitoring dari hotel tempat saya menginap. Proses selanjutnya relatif lebih mudah karena tahapan paling krusial sudah dilewati. Saya bisa kembali ke hotel dengan nyaman meski di hotel saya tetap mengaktifkan laptop untuk akses remote dan mencermati log yang ada.

Sebagai catatan penutup, kita memang pantas khawatir jika ingin melakukan pekerjaan yang beresiko, namun jangan jadikan hal itu sebagai rasa takut melainkan sebagai catatan kita untuk memperhatikan persiapan yang perlu dilakukan. Jika semua persiapan sudah dilakukan dengan baik namun hasilnya tidak sesuai dengan harapan, itulah nasib. Sejelek-jeleknya pengalaman buruk, minimal bisa menjadi pembelajaran agar kita bisa lebih baik lagi dimasa mendatang.

7 thoughts on “Share Pengalaman : Tanggung Jawab & Kekhawatiran Saat Migrasi Sistem

  1. Kirain cuma saya doang pak yang panas dingin kalau lagi migrasi sistem he 3x, ternyata ada temen he 3x

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *