Resensi Buku : Furin Kazan, Strategi Penaklukan Benteng Yamamoto Kansuke

Fūrinkazan (風林火山), secara harafiah berarti “Angin, Hutan, Api, Gunung”, merupakan panji-panji strategi yang diusung oleh  Takeda Shingen, seorang daimyo besar dari Kai yang hidup pada jaman Sengoku (Sengoku Jidai). Buku Furin Kazan bercerita tentang implementasi strategi ini ditangan Yamamoto Kansuke, salah seorang penasihat militer Takeda Shingen.

Melihat cover buku bergambar samurai dan memuat nama besar Takeda Shingen beserta musuh bebuyutannya, Uesugi Kenshin Kagetora, saya berharap buku ini memiliki kualitas setara dengan Taiko atau Musashi-nya Eiji Yoshikawa. Apalagi penulisnya-Yasushi Inoue-memiliki nama besar sebagai pengarang yang serius dalam mengadaptasi cerita berlatar belakang sejarah turut mendukung harapan saya. Namun ternyata harapan tinggal harapan, buku ini bisa dibilang “sangat jelek” dan tidak saya rekomendasikan untuk dibaca. Pendek kata, saya menyesal buku ini.

Saya tidak tahu apakah memang buku aslinya  dangkal atau tidak, namun hasil terjemahan bahasa Indonesianya sangat jauh dari memuaskan. Ceritanya terputus-putus tanpa penjelasan, Takeda Shingen jadi tergambar seperti jenderal bodoh yang selalu menuruti saran dari Kansuke, padahal Shingen adalah salah satu jenderal besar yang ditakuti dimasanya dan terkenal sebagai ahli strategi brilian.

Tak ada penjelasan runtut mengapa Kansuke tiba-tiba membunuh teman konspirasinya dibab pertama, kemudian mengapa tiba-tiba ia mencelat menjadi orang kepercayaan Shingen, mengapa ia tiba-tiba sangat mendukung Puteri Ryuu dan anaknya Takeda Katsuyori (yang akan menjadi penerus Shingen).

Kisah tambah tidak karuan saat dibab akhir Kansuke menemui ajal saat pertempuran Kawanakajima melawan pasukan Echigo Uesugi Kenshin. Kisah kematiannyapun relatif tidak seindah kematian para samurai yang biasanya digambarkan cukup romantis 😀

Buku Taiko karangan Eiji Yoshikawa yang bercerita tentang Toyotomi Hideyoshi memiliki alur cerita yang lebih detail dan relatif tidak egosentris meski yang diceritakan lebih banyak soal kebaikan Hideyoshi. Tebal buku mungkin jadi salah satu alasan hal ini terjadi (buku Taiko cukup tebal, > 500 halaman, buku Furin Kazan < 100 halaman), namun jika buku terjemahan ini merupakan buku ringkasan, hasil ringkasannya sangat buruk.

Kesimpulan : Saya menyesal membelinya, hehehe…

16 thoughts on “Resensi Buku : Furin Kazan, Strategi Penaklukan Benteng Yamamoto Kansuke

  1. aku punya bukunya, tapi apa salah ya terjemahan furinkazannya?? bukannya secepat angin, setenang hutan, seganas api, sekokoh gunung? tapi di buku itu malah secepat angin, setenang gunung, seganas api, bijak seperti hutan. yang benar yang mana ya???

  2. @Vivon,

    Ya tentu saja pandangan kita berbeda. Namanya juga opini dan pendapat. Soal interpretasi memang tergantung dari cara pandang seseorang. Jika menurut anda buku ini bagus saya tetap mengapresiasinya karena cara pandang saya bukan cara pandang mutlak tentang bagus tidaknya suatu buku.

  3. saya pengoleksi buku novel sejarah samurai jepang seperti Heike Story, Taiko, The Last Shogun, dan kisah 47 ronin.

    begitu saya lihat buku ini di gramedia spontan saya segera membelinya..
    Saya terbuai dalam membaca buku ini, dan dalam hitungan hari pun buku ini selesai saya baca.

    Menurut saya, buku ini patut dibaca. Berisi kepandaian sang penasihat Kansuke, ibarat Hideyoshi bila membaca buku Taiko. Perubahan pemikiran dan langkah yang diambil Kensuke terhadap wanita yang disukai Singen menurut saya menggambarkan pemikirian Kensuke sendiri. Dan memang saya yakin dibalik jendral yang hebat pasti ada penasihat yang selalu membuat jendral itu semakin hebat.

    Demikian pandangan saya.

  4. pengen beli bukunya sayang ga punya uang..cari yang gratisan aja deh nanti..ato mau cari pinjeman temen -__- siapa volunteer yang mau pinjamin ane buku? hehehe

  5. jadi inget komik detektif conan furinkazan cepat seperti angin, diam seperti gunung, dahsyat seperti api, tenang seperti hutan ehhh katanya ada kelanjutannya ya kalo gak salah sih bayangan dan halilintar tak terlihat seperti bayangan dan halilintar tuh apa ya? . . .

  6. Kelanjutannya : be as hard to know as the shadow, and move as fast as lightning. bisa dilihat dibuku The Art of War-nya Sun Tzu di chapter 7.

  7. I read a lot of interesting content here. Probably you spend a
    lot of time writing, i know how to save you a lot of work, there is an online tool that creates high quality, google friendly articles in seconds, just search in google – laranitas
    free content

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.