Proxmox Virtual Environment pada Server Database (Production Server)

Setelah melakukan ujicoba intensif selama sekitar 2 minggu, awal pekan ini saya memindahkan salah satu server utama di kantor, yaitu server database dari Xen Hypervisor Appliance ke Proxmox Virtual Environment. Alasan utama pemindahan ini adalah karena berdasarkan hasil testing, penggunaan resources server jauh lebih minimal dan proses deployment maupun backup dan recovery relatif jauh lebih mudah. Akses manajemen via web merupakan nilai plus dari Proxmox.

Proxmox menggunakan KVM dan OpenVZ sebagai media virtualization. Bagi para pengguna VMWare ESXi atau VMWare vSphere, Proxmox ini sangat mirip fungsinya. Proxmox bertindak sebagai bare-metal OS yang nantinya akan menjalankan berbagai mesin virtual diatasnya, baik menggunakan KVM maupun OpenVZ.

Saya sendiri menggunakan KVM Virtualization meski secara performance, OpenVZ dikatakan jauh lebih bagus (saya belum tahu apakah ini proof of testing atau proof of concept karena belum sempat mencoba OpenVZ). Karena KVM bisa menggunakan harddisk virtual vmdk (harddisk virtual yang biasa digunakan VMWare dan bisa juga digunakan oleh VirtualBox), saya memilihnya atas pertimbangan fleksibilitas. Hal lain yang menyebabkan saya memilih KVM daripada OpenVZ adalah karena saya belum memiliki template container OpenVZ untuk SLES 11. Memang sih sudah ada untuk openSUSE 11.1, 11.2 dan 11.3 tapi saya belum mencobanya.

Saya menggunakan SUSE Studio untuk membuat custom apppliance berbasis SUSE Linux Enterprise Server 11 SP 1 64 bit. Pattern yang saya gunakan ber basis JeOS (Just enough operating system) agar package yang terinstall benar-benar minimal. Saya hanya menambahkan paket zypper, wget, w3m dan iputils untuk manajemen dasar. SLES JeOS tersebut saya buat dalam format Virtual vmdk files.

Selagi mesin utama sedang berjalan, saya membuat proxmox VE di komputer testing dengan memory 2 GB. Saya membuat 1 buah mesin virtual berbasis KVM dengan nama : database-namakantor. SLES JeOS dari hasil build di SUSE Studio saya ekstrak di salah satu komputer dan kemudian file vmdk-nya saya transfer ke folder /var/lib/vz/images/ID-mesin-virtual di mesin Proxmox. Harddisk virtual tersebut kemudian saya aktifkan menggunakan Proxmox web admin sekaligus menghapus harddisk virtual yang tidak terpakai.

Setelah siap, saya menghidupkan mesin virtual, melakukan setting IP temporer dan kemudian melakukan sinkronisasi data dengan database utama.

Total hanya butuh waktu kurang dari 1/2 jam untuk melakukan semua hal diatas (diluar pembuatan custom appliance di suse studio karena saya sudah menyiapkannya sebelumnya).

Proses pemindahan dari mesin produksi ke mesin backup membutuhkan waktu sekitar 5 menit dan saya lakukan diwaktu malam melalui akses remote SSH. Sengaja saya lakukan diwaktu malam karena kegiatan operasional yang membutuhkan akses database sudah berhenti diwaktu malam.

Proses pemindahan dari mesin backup ke mesin server produksi secara total memakan waktu sekitar 15-20 menit, termasuk proses install proxmox, pembuatan mesin virtual dan copy file vmdk ke mesin server produksi. Nantinya, proses backup bisa dilakukan secara mudah antar proxmox VE menggunakan fasilitas clustering yang sudah dibundel pada didalam proxmox.

Bagi para admin server yang berminat melakukan eksplorasi lebih jauh soal Virtualization Technology, Proxmox bisa menjadi salah satu subyek yang menarik untuk dicoba.

7 thoughts on “Proxmox Virtual Environment pada Server Database (Production Server)

  1. Hampir 1.5 thn pakai proxmox belum ada kendala pengalaman kalau guestnya linux lebih baik pakai openvz dari pada kvm, speednya lebih native. Kalau guestnya windows memang enggak ada option lain kecuali KVM.
    total sekarang ada 15 vm server production yang running di proxmox
    macam macam mulai SQL server, Fileserver, Zimbra etc..

  2. Saya juga: terima kasih mas vavai atas infonya. Selamat lebaran, mohon maaf lahir & batin (sekalian ya mas )
    Jadi sekarang xennya mau dirubah ke promox ya ?

    Untuk bangpei, numpang tanya. di temmpatnya bangpei itu sudah dipakai untuk production server ya? 15 vm itu dalam 1 server ? wah servernya specnya apa ? pasti harus yang muantab ya ?

    Tempat saya pakai vmware server 1 rencana mau ganti karena mau ganti ke vmware server 2 diinstall suse nggak bisa terus, dan kelihatannya kok vmware server tidak berkembang. takutnya nanti tahu2 di stop

  3. Sudah coba ProxMox tapi ternyata tidak sesuai dengan kebutuhan saya :
    1. Saya sering simulate cluster, jadi kudu bisa modeling shared storage dan private hearbeat
    2. Kadang kudu simulate multiple environment dengan banyak VLAN, jadi model ProxMox yg cuman bisa bride network dan by default satu interface doang tidak cocok. Kalau VMware ESC dan VirtualBox bisa banyak interface dan virtual switch
    3. Gak bisa cloning VM via GUI. Tapi mestinya bisa sih kalo SSH langsung ke Debian Etch-nya dan clone KVM disk dari situ
    4. Gak bisa install Solaris 10U9, tapi ntar pasti ada fixnya, karena 10U3 bisa
    5. Gak bisa run Solaris 64 bit, biasanya 32 bit. Beberapa aplikasi seperti Veritas SF+HA, Solaris Cluster, ZFS, ndak jalan
    6. Belum punya model interface Intel chipset, jadi gak bisa modeling beberapa router seperti Junos yg kudu Intel.

    Jadi untuk sekarang rasanya masih lebih cocok pakai VMWare ESX dan VirtualBox

  4. salam kenal bang Vavai dari saya. Begini, saya masih newbie proxmox. Saya sudah promox versi 2.3. dan sudah instal 2 vm deng os wsxp. Cuman masalahnya saya masih bingung untuk masuknya. Apa harus memakai vnc itu atau ada cara lain. Karen pakai vnc tidak maximize layarnya dan tidak diprint hasil dikomp sya. Maaf pertanyaanya. Karena saya masih newbie.Terimkasih

  5. @dahman…. Pengalaman saya pake vnc bisa, kalo mau fullscreen ya pake RDP ke Win Xp nya ja.

    Semoga membantu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.