Portal Perumahan

Saat pandemi covid di awal tahun 2020, banyak perumahan dan lingkungan tempat tinggal yang memportal jalan-jalan. Baik jalan gang maupun jalan yang agak besar. Hanya jalan utama yang tidak diportal. Hal ini hampir merata di semua perumahan, bukan hanya perumahan tempat saya tinggal.

Perasaan takut pada penyebaran covid ditambah lagi dengan alasan keamanan membuat pemasangan portal itu dimaklumi. Meski hal itu jadi merepotkan banyak orang. Warga perumahan sendiri kerepotan karena harus memutar jauh, apalagi bagi para ojek online yang kadang tidak tahu jalur mana yang diportal dan jalur mana yang bisa dilewati.

Kini, setelah pandemi mereda dan kehidupan sosial berangsur kembali normal, banyak dari portal-portal itu yang tetap dikunci, tidak dibuka-buka. Alasan bisa banyak dicari, tapi bagi banyak orang, alasan satu-satunya adalah karena sudah merasa nyaman begitu. Jalanan jadi sepi, tidak ada lalu lalang kendaraan dan bisa lebih bebas ngapain saja di jalan yang diportal tersebut.

Masalahnya, itu jadi zalim pada orang lain. Itu kan jalan umum, bukan jalan pribadi. Jalan umum, apalagi jika jalan itu cukup besar dan sering dilalui oleh orang lain seharusnya ya dibuka jika kondisinya sudah memungkinkan. Kalau saya tinggal di lingkungan yang sama, mungkin saya enak-enak saja menikmati kenyamanan berkat jalan yang diportal, tapi kan itu sama saja saya memanfaatkan fasilitas umum untuk kepentingan pribadi.

Mengapa jalan diportal terus-terusan tanpa pernah dibuka, karena jalan yang tertutup katanya lebih aman buat anak-anak yang bermain. Tapi kan jalan itu diciptakan bukan buat anak-anak bermain melainkan untuk lalu lalang. Bisa saja digunakan untuk bermain diwaktu sore, tapi itupun kalau jalannya memang jalan gang yang relatif jarang dilalui kendaraan.

Saya kerap melihat banyak juga yang parkir kendaraan terus menerus setiap hari, sampai memagari mobilnya dengan pot bunga supaya tidak terserempet mobil yang lewat. Dengan memportal jalan dan tidak pernah membukanya, yang bersangkutan bisa bebas parkir mobil didepan rumah seterusnya, setiap hari, setiap waktu.

Tapi kembali lagi ke awal, masalahnya itu jalan umum. Fasilitas umum. Tidak selayaknya digunakan seperti itu properti pribadi. Jika terpaksa digunakan karena situasi tertentu dan itupun terkait kepentingan umum (misalnya untuk TPS pemilihan umum) itu masih bisa dimaklumi, apalagi sifatnya situasional pula.

Saya pribadi sering merasa bersalah jika sementara waktu parkir mobil di depan rumah. Meski sudah mepet sekali ke pinggir, sudah memperhitungkan jalur yang lewat tidak terganggu dan sifatnya hanya sementara waktu (misalnya menunggu Vivian saat hendak diantar ke sekolah atau saat hendak dijemput dari sekolah), saya tetap merasa bersalah dan sedapat mungkin menghindari hal itu.

Saya memang sengaja mengontrak rumah terpisah, khusus untuk parkir mobil Bumblebee sekaligus bisa dimanfaatkan untuk tempat tinggal keponakan. Jadi kami bisa berbagi biaya sewa. Saya bisa bolak-balik ke tempat menaruh mobil dengan sepeda atau motor listrik, jadi bisa sekalian olah raga dan bersantai juga.

Saya berpikir, tidak ada faedahnya juga jika kita menyerobot fasilitas umum untuk kepentingan pribadi kita. Apalagi jika itu merugikan pihak lain. Rasanya juga jadi tidak berkah buat kehidupan kita. Sedapat mungkin kita usahakan untuk menghindari penggunaan fasilitas umum untuk kepentingan pribadi.

Apakah ada yang punya pengalaman mirip?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.