Persiapan Diri
Di Bekasi, hujan turun sejak semalam. Berlanjut ke dini hari, shubuh hingga pagi hari. Hujan lebat, Senin pagi, banyak area tergenang, kemungkinan besar akan macet di jalan.
Senin jam 3.30 pagi saya bangun sesuai kebiasaan. Ada reminder juga dari alarm smartphone. Olah raga ringan sebentar kemudian sahur. Setelah itu mandi dan shalat Shubuh. Karena masih hujan, saya mengecek beberapa CCTV, untuk memastikan kondisi jalan di depan rumah dan di beberapa lokasi apakah tergenang atau tidak.
Selepas shalat Shubuh, saya mengambil Bumblebee yang diparkir di lokasi terpisah. Karena jaraknya cukup jauh (sekitar 1 km dari rumah), saya biasanya menggunakan sepeda. Namun karena hujan deras, Saya harus menggunakan jas hujan agar tidak kehujanan. Akhirnya saya memilih berjalan kaki sambil membawa payung.
Vivian dan Zeze Vavai sudah siap-siap. Mengingat situasi dan prediksi kondisi, saya minta keduanya lebih awal berangkatnya. Jalur ke sekolah Vivian lebih macet jadi berangkat lebih awal bisa menjadi pilihan yang baik.
Sempat macet dan melintasi jalan tergenang di beberapa tempat, akhirnya saya dan Vivian bisa sampai di sekolah sekitar pukul 6.35 WIB. Perjalanan relatif lancar dan aman. Zeze Vavai yang naik motor bersekolah di SMAN 1 Bekasi. Meski jalurnya juga macet, namun sepeda motor bisa lebih fleksibel, hanya saja harus menggunakan has hujan lengkap dan sepatunya dimasukkan kedalam plastik, hehehe…
Sepanjang perjalanan ke sekolah, saya mengingatkan pada Vivian bahwa persiapan yang lebih baik akan memberikan manfaat buat banyak pihak. Buat kita sendiri jadi tidak terlambat. KIta juga bisa memberikan kontribusi, tidak menambah jumlah kendaraan yang bikin macet saat suasana crowded. Hati juga senang, karena tidak terburu-buru dan bisa santai baik di perjalanan maupun sampai di sekolah.
Persiapan diri ini akan membawa dampak juga nantinya saat bekerja. Kalau kita terbiasa bekerja serabutan dan urakan, cepat atau lambat akan timbul masalah pada pekerjaan yang kita lakukan.
Saya masih ingat didikan senior saat dulu ikut kelompok pencinta alam. Bahwa tanpa persiapan memadai, kita namanya mengantarkan nyawa saat mendaki gunung. Tanpa persiapan yang baik, kita jadi masalah bagi rekan-rekan dan orang lain. Jika kita tidak mempersiapkan diri dan barang perlengkapan, kita tidak bisa menyalahkan orang lain untuk masalah yang kita alami.
Masing-masing dari kita sebenarnya pasti tahu sisi kelemahan kita. Perbedaannya adalah, adakah kemauan kita untuk mereduksi dan jika perlu mengeliminasi kelemahan itu? Jika kita selama ini urakan dan sering terburu-buru, apakah kita mau seterusnya begitu?
Jangan sampai diri kita hari ini adalah pengulangan diri kita di masa lalu. Yang ceroboh dan kerap mendapat masalah karena kecerobohan itu. Yang sering menunda hal bagus tanpa alasan yang jelas. Yang tidak mempersiapkan diri dan sering mendapat kerugian akibat tindakan itu.
Hidup kita milik kita, susah maupun senang, kita juga yang menjalaninya.
makasih motivasi nya ya mas vavai, “apakah kita mau seterusnya begitu?” ini salah satu kalimat yg menyemangati saya, jazakallah khair
Siap mas Arvi 👍