Catatan : Ini adalah catatan saya yang diposting tanggal 1 Desember 2020 di group Komunitas Petani Pisang.
Hari ini genap 1 bulan saya berjualan pisang melalui kios “Aneka Pisang Zeze Zahra”. Bagaimana perkembangannya? Apakah kolaps? Menyerah atau kapok berjualan pisang? Bahwa berjualan pisang itu tidak seindah ilusi awalnya?
Perkembangannya sejauh ini berjalan dengan baik. Apakah kolaps? Alhamdulillah tidak. Apakah menyerah? Juga tidak. Apakah kapok berjualan pisang? Juga tidak. Berjualan pisang memang bertemu banyak hal, baik kendala maupun hal yang menyenangkan, tapi justru hal itu yang membuat hidup jadi indah untuk dijalani, tsahelah…
Secara total, berjualan pisang selama 1 bulan penuh dari 1 November 2020 sampai dengan 30 November 2020 memiliki omset sekitar 14 juta rupiah. Ini omset ya, bukan profit. Kalau begitu, berapa profitnya? Profitnya rahasia, tapi nggak besar-besar amat juga.
Kadang ada yang pingin tahu sampai detail, harap dipahami juga bahwa ada beberapa hal yang sungkan saya ekspos karena terkait dengan negoisasi dengan pihak lain juga.
Sebagai contoh misalnya untuk keripik pisang. Keripiknya saya ambil dari adik saya dengan margin super tipis. Tidak apa-apa, karena sedikit banyak bisa membantu produksi adik saya. Saat menjual ke reseller, marginnya juga tipis, tidak apa-apa yang penting delivery barang bisa cepat dan stabil.
Saya juga menerima kiriman pisang tertentu dari rekan lain. Misalnya pisang Barangan, Raja Bulu dan pisang Tanduk. Marginnya juga tidak terlalu besar, tapi tidak masalah asal kualitas bagus, semua bisa senang. Petani senang dapat harga bagus. Supplier senang dapat margin lumayan. Saya senang karena bisa mudah jual pisang yang bagus dan pembeli juga senang karena pisangnya enak, bagus dan kualitas super. Masing-masing pihak bisa mendapat kebaikan dan hasil yang menyenangkan dari awalan yang bagus. Saling mendukung dan berusaha selalu meningkatkan kualitas.
Dari data selama 1 bulan, penjualan terlaris ada di kisaran 1 juta rupiah, penjualan paling sepi ada di kisaran 100 ribu rupiah. Fluktuasi tiap harinya, tergantung pada stock yang ada dan pada situasi di Zeze Zahra. Misalnya saat hujan lebat, mungkin penjualan sedikit karena orang jarang yang beredar. Saat akhir pekan, penjualan lumayan ramai karena ada banyak yang berolahraga di lapangan depan Zeze Zahra.
Apakah hasil penjualan tersebut bisa menutup biaya? Kalau yang dimaksud adalah biaya total, tentu saja belum. Sejak awal berjualan, saya menyiapkan waktu 3 bulan untuk pengenalan kios dan melihat kondisi pasaran (market overview). Jadi sampai 2 bulan kedepan saya masih menganggap tahapannya adalah tahapan “pengeluaran”. Bagi saya, di bulan pertama sudah ada pemasukan sudah melebihi ekspektasi saya.
Saat awal berjualan ada yang bertanya, “Itu stock display banyak yang matang, kalau nggak laku nanti gimana?”. Jawabannya mudah banget. Kalau nggak laku, nanti jadi busuk lha ya 🙂
Iya, beneran. Kalau stock banyak yng tidak laku, hasilnya jadi busuk. Dan itu benar terjadi di minggu pertama saya berjualan. Bagaimana cara mengatasinya? Sebelum sampai busuk, ada yang saya jadikan kue bolu, ada yang saya jadikan sale pisang. Yang terlewat busuk saya kirimkan ke ternak kambing untuk tambahan pakan.
Di Excellent (induk usaha Zeze Zahra), saya menyebutnya “Biaya pembelajaran”. Kita bisa menyiapkan diri sebaik mungkin sebelum melakukan usaha, namun tetap ada kemungkinan hal-hal tertentu yang baru ditemukan atau dialami setelah menjalaninya.
Penanganan stock yang expired ini memerlukan usaha disisi pengaturan stock matang. Jadi saya mengatur mana pisang yang diperam dan mana yang dibiarkan terkena angin sepoi-sepoi. Jumlahnya tidak banyak-banyak, tapi dibuat urutan secara timeline/timelapse. Misalnya pisang Ambon yang diperam hari ini ada 5 sisir, besok diperam lagi 5 sisir dan seterusnya. Jadi stock tidak sampai kosong, tapi juga tidak berlebihan.
Jika di minggu pertama misalnya ada 20% stock yang expired, di minggu berikutnya jumlah tersebut bisa turun drastis. Selain pengaturan stock, saya juga kadang melepas pisang dengan harga lebih rendah dari label. Semacam “Tidak apa-apa untung tipis atau balik modal saja daripada tidak dapat sama sekali”.
Selain dari kios, sebenarnya hasil penjualan juga dibantu dari lini penjualan langsung. Zeze Zahra sebenarnya diposisikan sebagai pangkalan. Jadi beberapa reseller mengambil pisang dari Zeze Zahra dengan harga khusus, nanti mereka yang berjualan keliling atau mangkal ditempat lain. Saya pernah menuliskannya disini dengan judul “Penjualan Langsung”.
Menjual ke reseller mengurangi margin/keuntungan, tapi tidak masalah asal prosesnya stabil dan lancar. Untung tipis tapi mengalir lancar daripada untung besar tapi tersendat. Untuk lini penjualan langsung ini, saya bahkan memberikan modal awal agar mereka bisa berjualan dengan leluasa.
Saya siapkan keranjang/bronjong untuk berjualan, saya sediakan pisang untuk jualan awal, saya berikan modal awal untuk uang kembalian dan uang operasional bahkan saya sediakan kendaraan untuk berjualan. Besar sekali dong biayanya? Besar kecilnya relatif tapi tetap ada kalkulasi detail untuk setiap rupiah yang dikeluarkan.
Kelihatannya mudah ya, kalau ada uang untuk modal. Usaha apa saja lancar…
Nggak juga. Kalau kata alm Bob Sadino, “Usaha apa yang bagus?” jawabannya adalah “Usaha yang dijalankan”. Kalau nggak dijalankan hasilnya nggak akan ada. Mimpi saja jadinya. Masih lumayan kalau mimpi yang nantinya akan dijalani, tapi kalau hanya sampai ditahapan mimpi, hasilnya juga hanya angan-angan semu.
Ada juga kalimat “The devil is in the detail”, bahwa kalau nggak hati-hati, kalkulasinya tidak detail. Tidak memperhatikan rincian usaha. Bisa bermasalah nantinya. Modal besar, tidak perhitungkan detail yang ada malah bocor dimana-mana.
Sejak awal, Aneka Pisang Zeze Zahra dirilis dalam rangka menyiapkan lini penjualan untuk hasil dari kebun pisang yang diperkirakan mulai panen massal di kisaran Januari-Februari 2021. Dengan mengetahui hambatan-hambatan yang dialami sejak awal, saya punya waktu untuk menyiapkan eskalasi dan solusi untuk hambatan tersebut lebih dini.
Buat rekan-rekan yang menjadi petani atau pedagang, tetap semangat ya. Semoga lelahmu menjadi berkah bagi penghidupan yang dijalani.
Jalannya berkelok dan mendaki
Siapa menanti tak pernah kutahu
Sunyiku pun kekal: menjajah diri
Dan angin pun gelisah menderu
Ah, ingin aku istirahat dari mimpi
Namun selalu kudengar ia menyeru
Tentang jejak di tanah berdebu
Diam-diam aku pun berangkat pergi
1 Comment
Masya Allah, luar biasa bosku, tetap semangat ya boss