Pemasangan Genteng-Taman Bacaan Excellent, 24 Maret 2012
Hari Sabtu, 24 Maret 2012 pekan lalu, pembangunan kompleks taman bacaan Excellent memasuki tahap pemasangan genteng. Karena kebetulan libur panjang, saya bisa sekalian datang berkunjung dan membantu pemasangannya.
Ada sekitar 10 orang yang terlibat pemasangan genteng ini, sebagian besar adalah kelompok KKN 😛 yang terdiri dari adik, kakak dan keponakan saya. Sebagian ada diatap mengatur pemasangan genteng dan sebagian lagi ada dibawah, yang melemparkan genteng dari bawah keatas untuk kemudian dipasang oleh team yang berada diatap.
Saya datang ke Tambun sekitar pkl. 9 pagi. Setelah berbincang dengan ibu saya yang ada di rumah, saya meluncur ke lokasi sekitar pkl 10 WIB. Tak lama saya tiba, mobil dari toko bangunan datang membawa genteng pesanan. Jadilah saya ikutan nimbrung menurunkan genteng.
Karena budget yang tiris, pesanan genteng ini dibuat pas. Jadi ketika kami menurunkan genteng, ada anekdot diantara keponakan saya, “Awas kalau ada yang pecah, denda 50 ribu rupiah”, hehehe…
Setelah diturunkan, genteng langsung dilemparkan keatas. Genteng yang berbentuk pipih ini (ya iyalah, masya bentuknya bulat) digabungkan menjadi 2 buah, kemudian dilempar keatas dan ditangkap oleh team yang ada diatas. Meski cukup melelahkan, cara ini lebih singkat daripada genteng dinaikkan satu persatu lewat beberapa orang.
Setelah istirahat makan siang selepas waktu shalat Dzuhur, pemasangan genteng dimulai. Untuk membantu mengatur diatap, saya ikutan naik melalui pohon jambu yang berada disamping rumah.
Memasang genteng diatap sebenarnya bukan hal yang asing bagi saya. Meski sekarang lebih banyak bekerja didepan komputer, sebelumnya saya sempat nyambi jadi tukang bangunan, hehehe… Sewaktu membangun rumah ibu saya, saya juga ikutan memasang kaso, reng dan genteng. Hal ini tidak menjadi beban karena rasanya senang juga jika kita ikut terlibat membangun apa yang kita cita-citakan.
Meski terik panas cukup menyengat, pemasangan genteng ini cukup lancar dan cepat. Seneng juga menikmati selingan saat awan menutupi matahari dan angin bertiup membuat suasana jadi sejuk dan segar.
Pemasangan genteng selesai sekitar pkl 16.00, tinggal finishing yang dilakukan oleh tukang yang lebih berpengalaman. Kami semua turun kembali melalui tangga dan kemudian ngobrol sambil ngemil (makan siomay) dibawah pohon jambu air.
Salah seorang yang membantu kami memasang atap adalah anak dari pemilik tanah yang kami beli, yang juga menjadi pengurus Karang Taruna dilingkungan sekitar. Saya sempat ngobrol dengannya soal rencana pembangunan saung Taman Bacaan yang nantinya bisa dimanfaatkan untuk dijadikan sebagai tempat pertemuan Karang Taruna, tempat pengajian anak-anak dan juga tempat pelatihan kecil-kecilan bagi remaja disekitar.
Dia cukup exciting dengan rencana yang saya sampaikan dan akan membantu merealisasikannya. Ada cukup banyak rencana yang kami kumpulkan terkait dengan taman bacaan ini.
Setelah selesai pemasangan genteng, adik saya Marhidin “T-Bob” akan meneruskan finishing rumah (tembok, aci, cat, pemasangan enternit, keramik dan listrik). Fokus saya adalah pembuatan kolam ikan dan saung. Estimasi awal untuk pembangunan kolam ikan dan saung ini akan menelan biaya sekitar 10-20 juta rupiah. Jika tidak ada halangan, saya akan memulai pembangunan kolam ikan dan saung pada pertengahan bulan April 2012.
Untuk tahap awal, baru 1 saung yang akan dibangun dan difungsikan sebagai taman bacaan. Saung lainnya yang akan difungsikan sebagai pusdiklat dan tempat training akan dibangun setelah dana yang saya harapkan tersedia (dalam arti kata lain, kalau sudah punya uang lagi, hehehe…). Selain kebutuhan saung, saya juga akan butuh dana untuk merapikan tempat penginapan yang berada dibelakang rumah T-bob. Kebutuhan dana dipergunakan untuk mengurug tanah (agar cukup tinggi sesuai pondasi), memasang keramik, menembok, memasang plafon dan mengecat.
Sebelum itu semua, tahun ini Zeze Vavai akan masuk sekolah SD, jadi fokus utama ke Zeze Vavai dulu 🙂
Jadi ingat bait puisi yang saya kutip di artikel “Mengapa Harus Resign dari Kantor?”
Jalannya berkelok dan mendaki
Siapa menanti tak pernah kutahu
Sunyiku pun kekal: menjajah diri
Dan angin pun gelisah menderu
Ah, ingin aku istirahat dari mimpi
Namun selalu kudengar ia menyeru
Tentang jejak di tanah berdebu
Diam-diam aku pun berangkat pergi
*****