Pelajaran Bisnis dari Penjual Mie Ayam Bakso

Saat saya masih berkuliah di STMIK Bani Saleh Bekasi, ada salah satu penjual mie ayam bakso yang menjadi langganan. Lokasinya ada di didalam perumahan Taman Kartini, tepat di depan masjid.

Setiap selesai beristirahat dan shalat Dzuhur, biasanya mahasiswa/mahasiswi banyak yang berkumpul disitu. Meski memang nyatanya tidak ada pesaing, banyak yang menyukainya karena memang rasanya cukup enak. Padahal jualannya hanya dalam bentuk gerobak dorong, bukan dalam bentuk rumah makan/kios.

Salah satu kelebihan dari si abang penjualnya adalah kemampuannya mengingat kesukaan masing-masing pembeli. Jika saya memesan misalnya, ia tidak pernah lupa menyingkirkan daun bawang dari mie ayam pesanan saya.

inspiring

Jika Dear Rey Reny Yuniastuty yang memesan misalnya, tidak lupa menambahkan bawang goreng. Untuk yang lain kadang ia berikan sambal yang agak banyak, atau untuk pemesan yang lain ia memberikan sedikit saus saja.

Saya pikir dulu itu semua berjalan secara alamiah. Karena sering dan biasa. Ternyata tidak juga. Saat saya menyempatkan waktu mengobrol, hal itu memang dia sengaja.

Dia berusaha mengingat masing-masing kesukaan pembeli, karena dia sendiri merasa senang jika hal yang sama ia terima saat membeli barang. Itu sebabnya dia mau bersusah payah mengingat kesukaan pembeli, meski makin lama pembeli makin banyak. Mungkin dalam istilah manajemen, ini namanya Customer Oriented dan Customer Engagement. Saya memahami kelebihan si abang penjual mie ayam itu saat saya membangun Excellent, dengan berusaha memahami filosofi kebutuhan pengguna layanan Excellent.

Sebagai contoh misalnya, upaya Excellent membuat buku; memperbaiki kualitas cetakan; merevisi bagian-bagian buku dan mengubah mekanisme training di Excellent plus membuat opsi channel-channel training diluar training offline, semua didasari pada hal mendasar, yaitu orang mengikuti training karena DIA INGIN BISA.

Buku boleh bagus, metode boleh keren, ruangan boleh mewah, tetap saja kebutuhan utama peserta training adalah agar dia paham dan dia bisa menjalankan apa yang menjadi tujuan training. Agar dia bisa menguasai materi yang diajarkan dalam training. Ini kelihatan sepele, namun berpengaruh semua pada uraian materi, metode penyampaian hingga support pasca training.

Kembali ke si abang penjual mie ayam. Suatu hari dia tidak lagi sendiri. Ada seseorang yang mukanya mirip dia dan membantunya melayani pelanggan. Saya perhatikan tugasnya antara lain membereskan mangkok, melayani pembeli, menerima pembayaran/uang kembalian dan lain-lain. Saya tanya ke si abang penjualnya,

“Itu siapa kang?”

“Oh, itu adik saya. Dia bantu-bantu saya..”, jawab si abang penjual mie ayam.

Setelah beberapa waktu, posisinya berbalik. Kali ini si abang yang melayani pembeli, sementara adiknya yang membuat mie ayam atau bakso untuk pembeli. Itupun sambil diawasi, karena saya beberapa kali mendengar si abang mengingatkan, “Untuk yang ini nggak pakai daun bawang, sedangkan yang ini sausnya sedikit saja…”

Beberapa minggu kemudian, frekuensi kehadiran si abang penjual lebih sedikit. Dia agak jarang hadir, mungkin dari awalnya setiap hari menjadi seminggu 3x. Lama-lama menjadi seminggu sekali dan setelah beberapa bulan, dia sama sekali tidak hadir. Saat saya tanyakan pada adiknya yang kini berjualan, adiknya bilang,

“Sekarang abang berjualan di perumahan lain. Dia minta saya yang berjualan disini, sedangkan abang buka tempat jualan baru”

Wah keren. Idenya bagus juga. Kalau adiknya diberi modal kemudian berjualan di tempat lain, mungkin bisa gagal karena mentalnya berbeda. Si abang penjual mie ayam ini punya strategi bagus. Dia memilih alih kemampuan, kemudian dia sendiri yang pergi untuk membuka peluang usaha baru. Persentase kemungkinan sukses lebih besar karena dia punya pengalaman dan mental yang sudah teruji. Secara tanpa sadar, mungkin karena ingatan ini menjadi memori kuat dipikiran saya, saya menerapkannya di Excellent untuk mekanisme pelatihan instruktur.

Bagi rekan-rekan yang pernah training di Excellent pasti melihat skema operator-instruktur saat mengikuti training di Excellent. Operator adalah staff Excellent yang bertugas memberikan simulasi langsung dari laptop ke projector, sementara instruktur memberikan uraian materi, penjelasan maupun presentasi slide demi slide.

Selama menjadi operator, team staff biasanya menyerap cara instruktur menjelaskan, strategi mengajar, selipan humor dan cerita serta gaya mengajar. Ahmad Imanudin, Nugi Abdiansyah dan Muhammad Dhenandi adalah beberapa staff Excellent yang pernah menjadi operator saat saya mengajar.

Setelah beberapa waktu, biasanya saya meminta materi-materi dasar atau materi awal dijelaskan oleh mereka, sedangkan saya menjadi operatornya. Misalnya 10% materi dijelaskan mereka, nanti sisanya saya menjelaskan.

Porsi persentase ini makin lama akan makin berbalik. 20% mereka 80% saya, 30% mereka 70% saya demikian seterusnya hingga akhirnya mereka menjadi mayoritas dalam memberikan uraian materi, sementara saya berbalik menjadi operator.

Saat menjadi operator, saya kadang membantu memberikan penjelasan ataupun klarifikasi jika ada penjelasan yang kurang dipahami peserta training. Setelah sekian bulan berlalu, saya bisa lepaskan staff Excellent untuk mengajar, meski kerapkali saya hadir juga di ruang training untuk menjadikannya sebagai bahan review saat briefing internal team Excellent.

Mekanisme ini mesti pelan-pelan, karena bisa saja peserta training tidak cocok dengan gaya pengajaran team staff. Adakalanya team staff gege rogo rigi alias grogi dalam menjelaskan suatu materi. Dalam posisi ini, saya hadir untuk memberikan bantuan atau memberikan penjelasan tambahan.

Pernah juga terjadi. team staff jadi tambah gege rogo rigi saat saya hadir di ruang training, mungkin karena suasananya jadi mirip sidang skripsi 🙂 . Jika terjadi hal seperti ini, saya biasanya pindah ke ruangan lain namun menugaskan salah satu staff yang lain sebagai mata dan telinga saya untuk mencatat bahan review saat briefing internal.

Jadi, dari pengalaman melihat dan mendengar cara orang lain berbisnis, entah bisnis apapun itu (sepanjang positif), suatu waktu ide dan pola bisnisnya membekas di pikiran dan bisa menjadi ide perbaikan bagi bisnis yang kita jalani sendiri.

5 thoughts on “Pelajaran Bisnis dari Penjual Mie Ayam Bakso

  1. enggak takut ilmunya akan diduplikasi staff tadi? dalam kasus abang bakso kan adik sendiri. kalau kasus sampeyan transfer ke staff yg suatu saat bisa buka usaha yg sama sbg saingan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.