Mulai Wirausaha : Membuka Toko & Warung Kecil
Catatan Vavai : Tulisan dibawah ini merupakan tulisan dari Lenny Marlina, adik perempuan saya. Saat ini ia yang saya serahi tanggung jawab untuk membuka usaha toko, rencana yang sempat saya tuliskan di tahun 2010 namun tertunda lantaran satu dan lain hal. Untuk selanjutnya ia akan saya minta membiasakan diri menuliskan cerita dan perjalanan mengelola toko di blog ini. Semoga bermanfaat.
*****
Pada awalnya sih saya berniat membuka usaha butik dan souvenir pernikahan bersama kakak ipar saya, tapi karena terhambat modal dan tempat yang belum memadai jadi saya urungkan niat saya. Terus orang tua menawarkan untuk mencoba meneruskan usaha milik orang tua yaitu warung makanan ringan dan sembako, awalnya sih ragu tapi setelah dijalani alhamdulillah lancar dan sekarang malah berniat untuk memperbesar usaha milik orang tua, dengan menambah beberapa barang yang masih kurang. Saya juga tidak cuma jual makanan ringan dan sembako saja tapi juga jual indomie rebus serta kopi, karena tempatnya luas dan stategis jadi pembeli juga nyaman.
Pengalaman pertama waktu jaga warung adalah ada pembeli yang minta dibuatkan mie rebus, pembeli tersebut minta mienya pakai telur dan sayuran. Kalau telurnya sih ada tapi sayurannya tidak ada, saya bilang saja maaf sayurannya habis, padahal sayurannya tidak ada, maklum baru buka jadi persiapannya masih ada yang kurang.
Waktu ada yang pesan kopi lebih lucu lagi karena saya grogi menghadapi pembeli yang cukup banyak sampai-sampai kopinya ada yang tumpah sedikit ke piring. Yang belanja untuk kebutuhan warung adalah ibu saya, saya tinggal tulis pesanannya. Sedikit-sedikit warung yang saya kelola sudah mulai banyak barangnya, apa karena tempatnya luas jadi setiap barang yang ditambahin pasti masih kelihatan kurang penuh saja.
Setiap hari ada aja pembeli yang menanyakan sesuatu yang baru misalnya gorengan, bubur kacang hijak, rokok, ya walaupun rokoknya ada tapi belum lengkap semuanya. Karena banyak pembeli yang menanyakan gorengan kalau pagi ibu membuat gorengan misalnya goreng pisang, bakwan, tahu, tempe, alhamdulillah tidak sampai siang gorengannya laris manis. Kalau bubur kacang hijau ibu belum sempat membuatnya karena peminatnya baru sedikit.
Disebelah kanan warung saya ada pangkas rambut, kadang sambil nunggu antrian potong rambut ada pembeli yang memesan kopi dan indomie rebus, yang alhamdulillah membuat warung saya banyak pembelinya. Disamping belajar mengelola warung makanan ringan dan sembako saya juga belaja mengelola warnet. Warnet saya ada 9 komputer yang setiap harinya selalu penuh sama anak-anak yang bermain game online, disamping itu juga saya menerima pengetikan, kadang ada yang meminta saya untuk membuatkan skripsi dan makalah.
warung nya di mana nih mas? aku mau donk pesen mie goreng buatan mas vavai 😛
Warungnya ada di Tambun Mbak, dikelola oleh adik saya. Kalau saya urusannya masak makanan yang butuh waktu memasak lebih lama, misalnya sayur gabus pucung dan semur daging, hehehe…
Aku pengen banget nerusin usaha orang tua juga, tapi ayahku menyuruhku untuk meneruskan sekolah dan mencari kerja yg lebih tinggi.
Kalo boleh tau mas vavai pendidikan terakhirnya apa?
@Kelawan Pendidikan terakhir saya Diploma 3 IT/Manajemen Informatika mas.