Memilih Distro

Pemilihan distribusi Linux (distro) yang saya lakukan diperuntukkan untuk 2 (dua) kepentingan, yaitu untuk Server dan untuk Client. Ada banyak pilihan distro, baik komersil maupun free namun akhirnya saya memilih distro SUSE Linux untuk Server, Ubuntu Server sebagai cadangan dan SUSE Linux untuk client, dengan Simply Mepis dan Vector Linux
sebagai varian. Mengapa ada cadangan dan varian, hal ini karena untuk staff bagian IT saya membebaskan mereka memilih distro yang digunakan, dengan pemikiran bahwa bagian IT dapat melakukan setting sendiri :-). [Updated on 02-March-2007 : Saya juga menggunakan PCLinuxOS pada beberapa klien]

Distro diatas saya pilih atas dasar pertimbangan sebagai berikut :

  1. Kelengkapan fasilitas, dukungan perusahaan dibelakangnya, ada versi komunitas yang free dan memiliki dukungan untuk versi komersil. Awalnya saya menggunakan SUSE Linux 10.0 sebagai server yang kemudian saya ganti menjadi SUSE Linux 10.1 (Open SUSE) dan terakhir menjadi SUSE Linux Enterprise Server (SLES) 10 dan membeli lisensinya. Pembelian lisensi SLES ini atas pertimbangan dari perusahaan, berbarengan dengan pembelian Server IBM. Berdasarkan pengalaman saya, penggunakan distro Open SUSE sebelum diganti menjadi distro SLES tidak ada masalah sama sekali. Jadi bagi rekan yang ingin menggunakan versi komunitas tidak perlu khawatir. Selain SUSE, saya juga mencoba melakukan eksplorasi terhadap Ubuntu Server mengingat distro ini benar-benar free dan memiliki komunitas yang concern pada perkembangannya. Untuk saat ini Ubuntu Server saya jadikan sebagai backup File Server. Untuk client, distro Open SUSE 10.1 saya gunakan untuk komputer yang memiliki RAM 256 MB sedangkan untuk RAM 128 MB saya menggunakan Simply Mepis atau Open SUSE 10.0.
  2. Tampilan yang chic dan menawan. SUSE memiliki GUI yang bagus (default adalah KDE / Gnome) sehingga memudahkan user yang migrasi. Beberapa distro ringan dan cepat (Puppy, Damn Small Linux) mengorbankan aspek keindahan sehingga distro tersebut saya pakai untuk keperluan internal IT.
  3. Kemudahan Konfigurasi. SUSE datang dengan konfigurasi internal dan integral, YAST. Saya sendiri menggunakan YAST yang terkadang digabung dengan Webmin
    untuk melakukan konfigurasi server ataupun klien. Untuk kecepatan akses memang tetap tidak meninggalkan konfigurasi berbasis teks (Konsole) namun bagi rekan-rekan yang sudah terbiasa dengan setup wizard, YAST memudahkan caranya.
  4. Dukungan sumber-sumber aplikasi. SUSE memiliki resources yang berlimpah dalam hal aplikasi yang ingin
    diterapkan. Banyak aplikasi yang dibuat secara native untuk SUSE. Dari sisi popularitas, SUSE termasuk distro besar yang diperhitungkan bagi para developer untuk dibuatkan versi native aplikasinya.

Berikut adalah beberapa catatan mengenai aplikasi yang dipakai dan konfigurasi yang digunakan :

Bagaimanapun pemilihan distro tergantung selera. Hanya saja, dari pengalaman ada baiknya jika distro untuk perusahaan merupakan satu tipe, paling tidak memudahkan kita melakukan maintenance.

Resource :

1. https://www.vavai.com/blog/index.php?/archives/100-Migrasi-Win-Lin-1.-Memilih-Distro.html

2. http://www.zegeniestudios.net/ldc/index.php

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.