Membangun Rumah Kabin/Rumah Kayu di Kebun Pisang
Saat beberapa hari yang lalu saya main ke kebun pisang, kami makan siang bersama di bawah pohon mangga. Tempatnya sejuk dan nyaman, bikin betah untuk berlama-lama. Apalagi setelah makan siang dihembus angin sepoi-sepoi membuat mata jadi mengantuk.
Karena kadang turun hujan dan tempatnya bisa becek, ada usulan dari keluarga untuk membuat saung sekaligus kamar kecil. Jadi bisa digunakan untuk shalat, pipis maupun untuk keperluan makan siang bersama.
Seharusnya pembangunan saung dimulai hari Senin tanggal 13 Juli 2020, namun di minggu malam saya menelpon Qchen untuk menundanya. Saya pikir, daripada membuat saung lebih baik sekalian saja membuat rumah kabin berbentuk rumah kayu.
Saya adalah penggemar tayangan Cabin Fever dan Build the Wild di NatGeo dan penggemar serial Cabins in the wild di Netflix. Saya juga penggemar seri “Live Free or Die” di NatGeo yang menayangkan kisah orang-orang yang hidup dari alam, hidup minimalis dengan mendayagunakan seluruh sumber daya alam yang dimiliki. Beberapa inspirasi dari tayangan tersebut yang membuat saya menunda pembuatan saung dan memilih untuk membuat rumah kabin atau tiny house berbahan kayu.
Rumah kabin itu rencananya berbentuk panggung untuk menghindari banjir luapan kali Citarum. Terdiri dari kamar mandi, dapur dan living room (tempat ngariung) di bagian tengah. Rencana ada juga 1 tempat tidur di bagian atap/loteng. Semua bahannya dari kayu, jadi mungkin akan mirip dengan rumah kayu Manado atau rumah-rumah kayu dari berbagai daerah.
Masalahnya, kebun pisang belum menghasilkan :-). Jadi saya juga harus menahan diri dalam menggunakan budget. Rencananya saya akan meminta masukan desain dari arsitek, kemudian mencoba meminta tukang untuk membuatnya berdasarkan desain itu.
Mungkin hasilnya tidak sebagus jika saya memesan rumah kayu knock down. Mungkin juga hasilnya tidak sebagus jika semua full desain orang yang berkompeten. Saya mengambil resiko itu dengan pertimbangan budget.
Saat ini saya sedang menunggu pembuatan desain dan maket yang saya pesan dari seorang arsitek yang sering share desain dan maket di Youtube channel miliknya. Kalau sudah jadi, baru kemudian saya kalkulasi perkiraan biaya dan diskusi dengan tukang untuk realisasinya.
Nantinya, rumah kabin ini akan menjadi rumah untuk istirahat dan bersantai. Saya membayangkan menjadikannya sebagai tempat retreat, tempat untuk menyepi dari hiruk pikuk kota. Misalnya saya ke rumah kabin tersebut di hari Jumat dan pulang ke rumah tempat tinggal di hari Minggu siang.
Selama di rumah kabin, saya bisa mengecek kebun pisang, bercocok tanam dan menikmati suasana pedesaan.
kebun pisang’a mna min?