Mekanisme Tanggung Jawab Seorang Blogger

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah soal moment. Artikel atau berita yang ditulis pada moment yang lebih awal tentu memiliki keuntungan dini dalam hal pembentukan opini. Hal ini bisa dilihat untuk kasus media massa, dimana berita yang tidak akurat hari ini bisa saja membentuk opini publik. Ruang surat pembaca untuk komplain atau ralat dari redaksi tidak serta merta menghapus ketidak akuratan itu. Apalagi jika berita yang salah dimuat dibagian headline, sementara berita ralat atau komplain hanya dimuat di bagian surat pembaca atau disudut kecil atau dihalaman dalam yang berbeda tempat dengan posisi berita yang hendak diralat.

Saya juga kurang setuju pada ungkapan, “Kalau memang tidak bersalah, kenapa harus takut”. Untuk kondisi saat ini di Indonesia, benar bisa menjadi salah dan salah bisa menjadi benar. Kita akan menjadi terlalu naif jika menganggap situasinya berjalan normal demikian adanya, bahwa kebenaran akan selalu pasti menang melawan ketidakbenaran. Sudah cukup banyak contoh dimana sesuatu yang benar bisa menjadi salah atau sebaliknya. Bukankah ada premis dikalangan media, CMIIW,  berita yang salah jika terus menerus disampaikan bisa dianggap sebagai kebenaran yang mutlak.

Lantas, apakah pertimbangan diatas membuat saya setuju bahwa penyelesaian terbaik adalah melalui kepolisian atau pengadilan? Tentu saja tidak. Dalam hal blogger (sesuai judul tulisan saya diatas), mestinya masih ada ruang yang cukup untuk menyelesaikan perbedaan secara lebih elegan, antara lain dalam bentuk :

  1. Mencantumkan Disclaimer. Disclaimer dapat berisi posisi yang kita ambil mengenai opini atau berita yang kita tuliskan. Disclaimer juga bisa mencantumkan prosedur atau proses yang bisa ditempuh jika ada berita yang tidak benar atau ada opini yang tidak tepat. Salah satu contoh misalnya seperti ini : Blog ini merupakan representasi pendapat dan opini pribadi. Opini tidak berkaitan dan tidak mencerminkan pendapat perusahaan tempat penulis bekerja. Penulis berhak menolak pemuatan komentar yang berpotensi fitnah atau tidak memberikan ruang untuk diskusi secara sehat. Penulis berusaha semaksimal mungkin untuk menyajikan data dan fakta yang akurat namun jika ada kesalahan, mohon dapat memberitahukannya kepada kami untuk dapat diperbaiki. Sorry, saya sendiri belum membuat disclaimer ini jadi jangan komplain dulu 😛 . Menurut saya disclaimer ini menjadi penting sebagai posisi awal dan pemberitahuan kita pada pihak lain, dalam hal ini pembaca.
  2. Jangan Memodifikasi Komentar. Saya kurang setuju jika komentar yang masuk ke blog kita dimodifikasi isinya, apalagi jika isinya malah jadi bertolak belakang. Saya pernah mengalami kasus ini saat ada seorang blogger yang menulis kesalahan fakta dalam hal agama. Proses moderasi menurut saya boleh dilakukan untuk komentar yang kurang etis dalam hal asusila atau isinya cenderung fitnah dan isinya tidak memberikan kesempatan berdiskusi. Mengubah isi komentar dan memutar balik substandi maupun isinya sangat tidak etis dan semaksimal mungkin harus dihindari
  3. Kesiapan Berdiskusi & Membuka Ruang untuk Sharing Pengetahuan. Jika anda bersedia menulis artikel yang provokatif, anda juga harus siap pada respon yang provokatif. Jika anda menulis artikel atau berita yang menuai perdebatan, anda juga harus siap melayani diskusinya. Jangan mengambil kaidah demokrasi hanya dari satu sisi. Jika anda melemparkan opini tendensius tapi menolak diskusi terhadapnya, tentu saja hal ini akan menuai respon yang lebih keras. Sekedar pengalaman, tulisan yang biasa-biasa saja bisa menuai caci maki, apalagi tulisan yang dianggap merugikan orang lain, sekelompok orang atau suatu lembaga. Jika kita memang salah dalam memuat suatu berita atau fakta, tak usah ragu mengakuinya. Integritas anda tidak akan berkurang karenanya.
  4. Merespon Secara Personal. Jika ada komplain terhadap suatu isi dalam blog dari seorang pengunjung, pertimbangkan untuk merespon dan menghubunginya secara personal, bukan melalui ruang publik. Ada kalanya seseorang lebih mudah simpati dan mengapresiasi jika kita bicara padanya dari hati ke hati atau bicara secara personal.
  5. Memuat Tanggapan atau Hak Jawab Secara Utuh. Jika anda memuat artikel yang salah pada bagian headline, atau pada bagian feature dari blog anda, berilah ralat pada ruang yang sama. Jika pihak yang komplain memberikan penjelasan, muatlah penjelasan itu sebagai bagian dari tanggung jawab kita sebagai penulis artikel yang salah.

Berlanjut ke halaman 3…

9 thoughts on “Mekanisme Tanggung Jawab Seorang Blogger

  1. Memang sudah ada kasus untuk yang nomer 3 ya Mas? [Blogger]

    Tertarik juga jika ada pro kontra mengenai hal ini. Supaya kalo ada kasus blogger -yang-dengan-sengaja-atau-tidak- menyinggung blogger lainnya, bisa memposisikan diri.

  2. sebenarnya tergantung apa yg ditulis di dalam blog harus bersifat netral dan tidak menjelekkan orang lain maka hal ini sudah cukup kok. 🙂

  3. Mas,, tampilan blognya bagus sekali perlu di contoh neh,,
    tapi saya lagi belajar buat layout yang bagus di Blog, hehehe
    seperti di http://Plat-M.com, masih undercontructions, boleh di share gak cara bikin tema yang seperti ini (yang ada newflash-nya), saya udah ngoprek berkali2 tapi belum bisa-bisa,, (biasa masih newbie),
    untuk vavai.com ini tampilannya mirip dengan Bloggerbekasi.com
    Keren mas…

  4. @Wahyu Alam,
    Tampilan bloggerbekasi.com dan vavai.com memang sangat mirip karena keduanya saya yang mengelola 😛 bersama dengan mas Irfan sebagai Admin.

    BTW, themes ini komersil boss, jadi wajar saja kalau kelihatan cakeup, saya nggak terlalu banyak modifikasi kok.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *