Makanan Berlebihan Kala Ramadhan

Salah satu hal yang kadang membuat saya menyesal di bulan Ramadhan adalah melihat makanan yang berlebihan : makanan yang dibeli atau dimasak namun tidak sempat dimakan. Mungkin karena waktu makan yang relatif sebentar ditambah kurangnya perhitungan yang membuat banyak makanan jadi sia-sia.

Saat hendak berbuka puasa biasanya ada keinginan untuk makan ini dan itu, namun setelah berbuka puasa, keinginan itu sirna meski baru makan 1 atau 2 jenis makanan. Misalnya saat berbuka puasa sudah menyiapkan nasi dan lauk-pauk lengkap, kemudian menambahnya dengan kolak sebagai makanan berbuka. Saya juga menyiapkan air kelapa muda karena menyukai rasanya yang segar. Belum lagi ditambah penganan kecil yang kadang sudah membuat kenyang meski belum memakan nasi. Akibatnya makanan jadi berlebihan dan tidak sempat dimakan.

Soal keinginan juga bisa menjadi masalah. Saat berbuka puasa mungkin ingin makan yang cukup berat, misalnya dengan lauk daging atau ikan, namun saat makan sahur ingin makanan yang relatif ringan seperti sayur bening atau sayur cah (ayam cah jamur misalnya). Hal-hal seperti ini  menyebabkan terbuangnya makanan  gara-gara masakan dikala berbuka tidak dimakan disaat sahur. atau masakan sahur yang tidak bisa dimakan saat berbuka.

Hal lain yang kerap menjadi masalah adalah porsi masakan. Karena kebiasaan sehari-hari, kami lupa mengurangi porsi masakan yang dimasak kala Ramadhan. Saat membeli ikan misalnya, ukurannya masih 1 kg karena biasanya membeli dalam ukuran seperti itu. Di hari biasa tidak terlalu bermasalah karena lauk di pagi/siang hari masih bisa dimakan di malam hari atau sebaliknya. Di bulan puasa hal ini jadi berbeda. Lauk yang dimakan saat berbuka biasanya kurang menarik selera saat dimakan di waktu sahur sehingga ada sisa makanan yang tidak sempat dimakan.

Saya-seperti halnya banyak teman-teman-tahu makanan yang berlebihan itu tidak baik. Tidak baik bagi kesehatan, tidak baik bagi keuangan juga tidak baik bagi agama. Kalau puasa itu hakikatnya menahan diri, melihat makan yang berlebihan itu rasanya puasa yang dijalani tidak menyentuh hakikat utama. Puasa jadi melulu memikirkan makanan, bukan memikirkan hakikat untuk menahan diri dan berempati pada sesama.

Belajar dari pemborosan hal tersebut, saya mereview ulang kebijakan (halah, bahasanya serasa mengurus keuangan negara 😛 ) yang berlaku saat bulan Ramadhan. Semua masakan yang dimasak atau dibeli dikurangi jumlahnya, dibuat agar langsung habis dengan 1 kali makan. Misalnya pembelian ikan atau daging atau ayam, cukup 1/2 kg saja.1/2 kg ikan ukuran standar biasanya sama dengan 3-4 ekor ikan, cukup untuk 1x makan keluarga kecil kami.

Pembelian makanan juga dibatasi untuk 1 jenis makanan atau minuman. Jika sudah membeli air kelapa muda, tidak perlu membuat air jeruk. Kalau sudah membuat kolak tidak perlu membeli es cocktail. Jika sudah membeli lontong atau ketupat, jumlah nasi dikurangi.

Hal lain yang perlu diperbaiki adalah sikap dan keinginan kami. Jika kami sudah membeli suatu makanan, kami harus bertanggung jawab pada makanan itu. Tidak boleh ada perkataan, “Tadi sih pingin, sekarang tidak”. Makanan yang dibeli sedapat mungkin dihabiskan. Kalau tidak dihabiskan berarti merupakan peringatan ada sikap kurang bertanggung jawab disitu. Untuk keinginan ini, mungkin masih relevan apa yang saya tulis di tahun 2008, “Mau Sukses? Jangan Selalu Menuruti Setiap Keinginan!” dan “Memberi Batas”

Mungkin perlu selalu diingat bahwa puasa bukan melulu soal makanan. Perlu belajar banyak untuk menahan diri dan berempati, bukan hanya kala Ramadhan namun juga pada waktu-waktu lainnya.

One thought on “Makanan Berlebihan Kala Ramadhan

  1. alhamdulillah, ramadan kali ini tidak lagi menimbun makanan. bahkan untuk berbuka selalu cukup dengan hidangan berbuka dari masjid 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.