Khusyu

Bagi orang seperti saya, pengertian khusyu dalam shalat mungkin tidak muluk-muluk amat. Ingat nama-nama surat yang saya baca saat shalat begitu shalat selesai dikerjakan saja mungkin sudah bisa dikatakan khusyu bagi saya 🙂

Mungkin karena shalat sejak kecil, jadi pemikiran untuk belajar shalat dengan khusyu, syar’i dan benar tidak terpikir secara khusus. Belajar shalat saat kecil semasa mengaji rasanya cukup-cukup saja. Tahunya shalat begitu ya begitu. Awalnya ya tidak ada perasaan dan niat khusus untuk berusaha memperbaikinya. Pinginnya sih, minimal, shalat yang sifatnya private ini ada dampaknya, bukan sebagai rutinitas semata.

Saya terus terang tidak terbiasa menuliskan hal-hal private seperti shalat di blog saya. Pertimbangannya sederhana, rasanya kurang pas saja jika ranah private ditulis untuk konsumsi public. Mengapa akhirnya saya menulis juga, pertimbangannya tetap sederhana : karena ini cerita dan opini mengenai pengalaman pribadi, bukan tuntunan shalat lengkap, apalagi seolah-olah pamer, duh nggak banget 🙂

khusyu-shalat

Saya pernah diberitahu orang tua saya, shalat yang baik dimulai dengan wudhu yang baik. Wudhu yang baik akan menyegarkan dan mencerahkan badan. Bapak saya pernah mencontohkan, mayat yang sudah kaku dan sudah meninggal beberapa waktu saja bisa lemas begitu disentuhkan air wudhu, apalagi untuk badan yang masih bernyawa. Saya sempat berkata, “Bukannya itu pakai bacaan-bacaan doa pak?” dan jawab bapak saya, “Iya, tapi doanya juga cuma bilang bahwa kalau mayatnya mau rapi dan bersih, mesti mau dimandikan dengan air wudhu, supaya badannya cakep dan wangi. Meski sudah jadi mayat, roh si mayat bisa jadi masih ada disekitar jasadnya, sebelum nantinya dimakamkan, jadi dia bisa tahu dan mendengar apa yang kita sampaikan”

Sewaktu SMA liburan di Situraja, Sumedang, saya pernah berjumpa dengan seorang wanita yang menurut saya cantik luar biasa. Sewaktu kecial pernah ada yang bilang, orang yang wudhu dan shalatnya bagus mukanya bersinar-sinar. Saat itu saya anggap muka bersinar karena ada lampunya 😀 . Ternyata di Sumedang saya bertemu dengan wanita yang mukanya bersih sekali. Mukanya memancarkan aura sejuk, teduh dan enak dilihat. Dan ini bukan cuma pendapat saya, melainkan juga pendapat 3 kawan saya yang lain. Saat itu kami kagum luar biasa meski tentu saja tidak berani sekedar berkenalan atau apa karena usia kami baru SMA sedangkan wanita tersebut isteri dari paman teman saya.

Saya sampai berpikir, kok bisa ya ada wanita yang auranya bagus sekali seperti itu.

Kembali soal khusyu, bukan sekali dua saya shalat dan begitu selesai shalat, saya lupa surat apa yang saya baca tadi. Pernah juga beberapa kali shalat Jum’at dan begitu selesai, “Tadi khatib khutbah tentang apa Vai?” tanya seorang teman dan saya bingung karena saya lupa sama sekali khutbahnya si khatib, termasuk bacaan saat ia menjadi imam shalat Jum’at.

khusyu kartun

Biasanya kejadian seperti ini terjadi karena beberapa hal, antara lain :

  1. Shalat terburu-buru
  2. Saat shalat saya memejamkan mata alias setengah tidur 😛
  3. Saya membaca doa-doa dan surat dalam hati, tidak diucapkan

Dengan contoh seperti itu, bisa dibayangkan tingkat khusyu-nya shalat saya dibandingkan dengan rekan-rekan yang lain. Saya jadi kerap merasa bersalah setiap selesai shalat, terutama jika shalat saya bisa selesai dalam waktu kurang dari 5 menit 😀

Belakangan saya punya tips untuk paling tidak memperbaiki tingkat kualitas shalat, meski soal khusyu atau tidak dan syar’i atau tidak saya mesti tetap banyak belajar. Berikut beberapa tipsnya :

  1. Shalat diawal waktu. Masalah terbesar yang membuat shalat saya kurang baik adalah karena kebiasaan menunda waktu shalat. “Ah nanti saja”. “Ah belum mandi”. “Nanti saja shalat setelah selesai mengetik…” dan lain-lain alasan sejenis. Dengan shalat diawal waktu, hal-hal seperti ini terhindar dengan sendirinya dan sayapun shalat dengan santai, tidak terburu-buru
  2. Membuka mata. Shalat dengan mata dipejamkan biasanya malah membuat pikiran tidak sinkron dengan ucapan 😀
  3. Membaca doa atau surat dalam shalat dengan suara. Tingkat suaranya tergantung shalatnya. Kalau shalat Maghrib s/d Shubuh suaranya agak dikeraskan sedikit pada  2 rakaat pertama, untuk shalat Dzuhur dan Ashar cukup saya saja yang mendengarnya.Yang penting ucapannya keluar meski tidak terlalu keras, bukan sekedar membacanya dalam hati
  4. Menikmati Shalat. Kalau dulu saya membaca surat kadang dengan menahan nafas dan tanpa jeda. Akibatnya shalat jadi ngos-ngosan. Sekarang saya membaca surat pelan saja, supaya bacaannya tidak salah. Kalau kehabisan nafas ya saya bernafas dulu. Kalau menguap karena ngantuk ya menguap, diikuti saja pola biologis badan. Jadi shalat tidak memaksakan diri. Gerakannya juga tidak buru-buru.

Dengan beberapa tips diatas, paling tidak shalat tidak menjadi rutinitas semata, melainkan ada manfaatnya baik bagi kesehatan jiwa maupun raga.

Untuk referensi dan tips shalat khusyu bisa membaca link ini. Tipsnya bagus.

Catatan : Ilustrasi gambar pertama dari sini sedangkan gambar kedua dari sini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.