Intermezzo : Cergam Patas Vs Biker
Kemarin selepas acara launching distributor Novell untuk Indonesia, saya pulang bersama Medwinz dan turun di Jl. Jend Gatot Subroto. Medwinz kembali ke kantor sementara saya pulang ke Bekasi naik patas AC 05 Blok M-Bekasi. Halte tempat saya menunggu merupakan tempat checklist para petugas patas jadi saya tidak perlu susah-susah mencari bis karena semua patas Mayasari Bhakti yang ke Bekasi berhenti disitu.
Mungkin sudah menjadi takdir 🙂 saya tidak bisa langsung pulang dengan sentosa. Saya tidak naik bus pertama karena penuh.Saya malas kalau harus berdiri gemetaran didalam bus karena saya nggak kuat lama-lama berdiri. Saat bus kedua lewat, barulah saya naik. Selain karena masih ada kursi kosong, bus ini akan keluar di pintu tol Bekasi Timur yang notabene lebih dekat ke rumah saya dibanding jika saya naik bus jurusan pintu tol Bekasi Barat.
Baru saja kondektur hendak meminta ongkos, tiba-tiba bus berhenti mendadak, kemudian terdengar teriakan dan ada suara kaca pecah. Penumpang langsung bangkit semua dan bertanya-tanya, sementara dibagian depan (saya duduk dibagian belakang) terdengar suara ribut seperti ada yang berkelahi.
Saya langsung kabur turun dan kemudian melihat kedepan. Ternyata ada pengendara sepeda motor yang hampir terserempet bus saat bus mengambil penumpang. Ia tidak terima dan marah karena menganggap bus tidak ada niat bertanggung jawab dengan indikasi (menurut dia yang saya dengar saat nguping 🙂 ) bus hendak langsung pergi. Kemarahannya dia lampiaskan dengan memotong jalur bus, memarkir sepeda motornya didepan bus, menghancurkan kaca spion dan merusak karet wiper kaca depan. Saat ditegur oleh penumpang, ia tidak terima dan memukul penumpang, jadilah keributan antara penumpang+awak kendaraan versus pengendara sepeda motor.
Karena pengendara sepeda motor dianggap arogan, penumpang bus banyak yang turun dan kemudian ikutan memukuli pengendara sepeda motor. Saya jadi bingung siapa yang benar siapa yang salah. Klakson bertalu-talu dan kemacetan panjang yang terjadi membuat semakin banyak orang marah. Butuh sekitar 10 petugas polantas dan harus berpindah tempat perkelahian sebanyak 3X untuk meredakan kekisruhan dan melancarkan arus lalu lintas.
Saya, akhirnya terpaksa pulang naik taksi… Mestinya keluar biaya transport Rp. 6.500,- jadi keluar Rp. 65.000,- 😛
Haiyah, semoga cepat adanya alternative mass rapid transport di Jakarta 🙁
Salah satu yang bikin saya prihatin, kenapa orang2 kalo di jalan begitu mudah naik darah, begitu mudah berteriak dengan klaksonnya.
dilihat dari foto2nya sepertinya seru tuh bos
yang paling seru yang terakhir itu lho… harusnya cuma 6.500 akhirnya jadi 65.000… susah emang hidup di Jakarta ya, pengin nyaman saja harus bayar 10 x lipat.
Salam..
Jalan raya adalah salah satu tempat untuk menguji emosi hehe..