High Availability, Disaster Recovery dan Keberlangsungan Bisnis Perusahaan
Catatan : Tulisan ini dimuat di Tabloid Interview-Koran Sindo hari Sabtu, 28 April 2012. Semoga bermanfaat.
Sistem IT yang didesain dengan baik, infrastruktur yang berkualitas dan sumber daya manusia yang terdidik merupakan prinsip-prinsip dasar tata kelola IT management yang baik, namun kesemuanya bisa menjadi tidak berarti jika tidak dibarengi dengan kemampuan untuk melakukan duplikasi dan recovery sistem secara memadai.
Saat ini Jakarta dan beberapa kota besar lainnya menjadi pusat infrastruktur data center sebagian besar perusahaan di Indonesia. Ada banyak faktor yang menyebabkannya, mulai dari ketersediaan infrastruktur hingga kedekatan pada pusat-pusat layanan bisnis. Infrastruktur ini tentu saja rentan terhadap gangguan : mulai dari bencana alam; banjir dan kebakaran, mati listrik hingga ancaman kejahatan dan terorisme. Jika demikian halnya, apa yang terjadi jika timbul gangguan pada pusat-pusat data tersebut?
Bayangkan jika industri perbankan, bursa, penerbangan dan business-critical lainnya mengalami down time dalam waktu yang cukup lama, berapa kerugian yang harus ditanggung, baik dari sisi kerugian finansial maupun citra dan performa perusahaan.
Gartner Research 2001 mencantumkan 4 item yang perlu diperhatikan saat melakukan desain sistem yang mampu meminimalisir dampak dari gangguan sistem :
- Disaster recovery plan-kemampuan untuk recovery mission-critical sistem ke lokasi lain
- Business resumption plan-kemampuan untuk menjaga fungsi layanan sistem sampai proses recovery sistem selesai dilakukan
- Business recovery plan-kemampuan untuk recovery business process pada lokasi cadangan (kerap dikenal dengan istilah “workspace recovery”).
- Contingency plan-antisipasi kondisi darurat yang berimplikasi pada terganggunya layanan sistem
Keempat fungsi diatas umum dikenal dengan istilah BC/DR atau Business Continuity/Disaster Recovery.
Banyak IT Manager dan CIO yang menganggap bahwa BC/DR adalah konsumsi perusahaan skala besar dengan bisnis global, padahal dari segi kepentingan bisnis, BC/DR diperlukan disemua tingkatan bisnis dan level perusahaan.
Bagi perusahaan SME (Small-Medium Enterprise), BCDR bisa diterapkan dalam skala sederhana dalam bentuk sistem backup dan high availability server. Sistem high availability server ini pada hakikatnya adalah 2 atau lebih server yang menggunakan teknologi cluster sehingga jika sistem utama mengalami kendala down time, sistem backup dapat dengan segera menggantikannya. Skema ini dapat diterapkan baik untuk down time yang sudah direncanakan maupun down time yang bersifat insidental.
Dengan menggunakan model yang sama, high availability server dapat dikembangkan dalam area yang terpisah secara geografis, misalnya sistem backup terdapat dikota atau pulau atau negara lain. Topologi ini yang nantinya akan membentuk apa yang dinamakan sebagai Disaster Recovery.
High availability server dan Disaster Recovery akan menjamin operasional bisnis tetap berjalan sebagaimana mestinya sehingga keberlangsungan bisnis tetap terjaga meski salah satu pusat data mengalami gangguan.
Kapan sebuah entitas bisnis memerlukan implementasi BC/DR? Tergantung pada kekhawatiran dari manajemen, seberapa besar resiko dan kerugian perusahaan jika suatu saat sistem mengalami down time dalam skala waktu tertentu. Tentu tidak ada yang mau mengalaminya, bukan?