Excellent Insight Day #27 : Berpikir Positif
Insight kali ini membahas hal sederhana, yaitu berpikir positif. Apa sih susahnya berpikir positif? Nggak susah, namun adakalanya kita “lupa” bahwa ada pilihan cara pandang lain bagi kita untuk menyikapi suatu masalah atau peristiwa. Saya termasuk orang yang skeptis kalau membaca artikel atau buku tentang berpikir positif, namun setelah saya menyempatkan diri dan waktu untuk membacanya, memang ada manfaat dari mindset berpikir positif itu.
Selamat membaca kisahnya 😉
Beberapa tahun lalu saya membaca buku Norman Vincent Peale yang berjudul Positif Thinking. Banyak tips yang disampaikan dalam buku tersebut, namun ada satu yang saya ingat hingga melekat ke dasar hati :-).
Ada satu kebiasaan yang dilakukan yang diceritakan dalam buku tersebut, yaitu berdoa untuk kebaikan orang yang bertemu dengannya, setiap harinya. Jika dia bertemu seseorang, apakah itu berpapasan ataukah itu memandang atau mungkin hanya sekilas bertatapan, dalam hati akan diucapkan doa untuk kebaikan orang tersebut.
Bandingkan hal ini dengan masa-masa tawuran menjadi trend waktu SMA 🙂 . Bertatapan mata potensial meletupkan bara api permusuhan dan bisa membawa 1 sekolah terlibat tawuran. Tentu saja tidak semua yang bertemu dengan kita bisa tercover oleh doa yang diucapkan dalam hati, namun intinya kita memberikan efek positif bagi orang yang bersangkutan.
Apa yang terpikir jika kita melihat seseorang memakai make up terlalu tebal? Orang gemuk pakai rok mini? Orang yang salah kostum? Orang yang batuk tanpa henti saat suasana sepi? Orang yang bersin justru disaat butuh suasana tenang? Orang yang dimarahi atasan sementara kita sendiri tidak…
Tanpa positif thinking, yang terpikir pertama kali mungkin,
“(maaf) Busyet, makeup-nya bisa buat cor tembok 🙂“
“Orang gemuk pakai rok mini jadi seperti lepet” /*Lepet adalah makanan khas betawi mirip lontong tapi berbahan ketan. Bentuknya lonjong tapi sekal :-D. */
“Dasar nggak tahu fashion, masya baju kuning dipadukan dengan bawahan biru?
“Batuk kok dipelihara, ganggu banget sih…”
“Untung bukan saya yang dimarahi…”
Padahal, tidak ada orang yang bercita-cita melakukan sesuatu yang memalukan dengan sengaja. Kalau ada yang memakai makeup terlalu tebal, pandanglah bahwa orang tersebut sudah berusaha untuk cantik. Soal sudah tercapai atau belum, paling tidak sudah ada usaha kearah itu.
Kalau ada orang gemuk pakai rok mini sehingga jalanpun jadi susyah, pandanglah bahwa dia pun sudah berusaha untuk bisa lebih menarik. Soal hasilnya jadi berkebalikan, berarti ada yang kurang pas saja. Tidak usah dipandang dengan pandangan menghina, apalagi menusuk kalbu.
Kalau ada yang batuk berkepanjangan, sumpeh deh, siapa yang mau mengalami hal tersebut. Bisa saja, saking grugupnya, justru disaat-saat hening, tiba-tiba saja tenggorokan jadi gatal tanpa sebab. Nervous habis. Usaha untuk menghentikannya justru membuat suara yang keluar jadi tambah ramai. Jika ada rekan yang mengalami hal tersebut, pandanglah dengan pandangan simpati, jangan dengan bibir dipencongkan dan mata mendelik. Memangnya anda mau berada pada posisi dan situasi tersebut?
Tanpa positif thinking, kegiatan berlalu lintas di Indonesia jadi agenda menaikkan tensi dan meningkatkan resiko jantung koroner. Kalau ada yang menyalip secara ugal-ugalan, cobalah berpikir simpel,
“Oh, mungkin sudah kebelet pingin pup atau pingin pipis, jadi nggak tahan kalau berlama-lama :-)…”
Kalau ada yang marah, “Nyetir pakai mata dong”, terima saja. Toh apa yang dikatakan memang benar bahwa menyetir butuh mata buat melihat jalan. Emosi yang tumpah sesaat hanya mengurangi usia kita. Sayang kan…
Tentu adakalanya kita tidak mampu menahan diri. Santai saja, namanya juga manusia. Sesekali berbuat salah kan bukan berarti semuanya hangus dan hancur. Jadi, jangan sewot kalau tiba-tiba kendaraan anda saya salip sambil teriak, “Bawa kendaraan jangan seperti keong dong…”. Bukan saya tidak selaras dengan komitmen, tapi itulah saat-saat emosi butuh penyaluran, hehehe….
Ingat selalu, “al imanu yajidu wa yanqusu…”, iman saja kadang bertambah dan kadang berkurang, jadi jika satu waktu kita lupa berpikir positif, itu berarti kita manusiawi dan bukan sosok malaikat suci 🙂
Referensi Artikel :
Action :
Jika selama ini kita punya kecenderungan untuk melihat sisi negatif dan kekurangan dari seseorang atau sesuatu, coba sempatkan untuk berpikir positif. Mungkin tidak mudah, namun jika dibiasakan, kita secara tanpa sadar akan memperbanyak teman, mengurangi musuh dan lebih mudah bekerja sama. Ingat selalu bahwa tidak ada orang yang ingin dirinya dipadang dan dinilai buruk oleh orang lain.
CATATAN :
Tulisan diatas merupakan bagian dari seri tulisan “Excellent Insight”. Saat ini kumpulan bukunya sudah diterbitkan dalam bentuk maupun ebook.