Excellent Insight Day #24 : Hasil tidak akan Menghianati Usaha

Ada kalanya kita merasa lelah berusaha karena hasil yang dicapai tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Padahal, bisa jadi hasil yang meleset itu karena persiapan yang kurang atau karena ada usaha yang belum maksimal atau malah memang yang maha kuasa memberikan kita pilihan lain yang lebih baik. Jika kita berusaha sebaik-baiknya, tidak perlu khawatir hasilnya akan mengecewakan kita.

Selamat membaca insight hari ke-24.

ASSISTEN LAB

Saat saya menjadi assisten lab di STMIK Bani Saleh Bekasi, kepala lab saya adalah bapak Samidi. Beliau termasuk sosok pendidik yang sering memberikan motivasi pada team yang dipimpinnya.

Saya masih ingat salah satu ucapan beliau saat kami secara resmi diterima sebagai Assisten Lab :

“Disini kalian belajar dengan baik. Sebagai Assisten Lab harus lebih pintar dibandingkan mahasiswa/mahasiswi. Jangan pikirkan soal pendapatan. Kalau kalian pintar dan rajin, rezeki akan mengikuti…”

Kalimat terakhir Itu yang saya ingat jelas : “Rezeki akan mengikuti…”

Saat awal-awal kita merintis usaha atau merintis karier, mungkin pendapatan hanya cukup sebagai penyambung hidup. Kita menyesuaikan diri terhadap kekurangan yang ada. Tidak apa, asal tidak berkepanjangan. Saat proses itu berjalan, fokuslah untuk meningkatkan kemampuan diri, agar nantinya pendapatan kita bisa dihargai sepadan dengan kualitas diri kita.

Saya pernah membaca sebuah artikel, saat terjadi krisis, banyak negara yang melakukan PHK massal. Pengurangan tenaga kerja terjadi dimana-mana, namun ada salah satu negara yang memilih pendekatan lain. Karena terjadi penurunan waktu kerja akibat kurangnya order, mereka memilih untuk mengirim tenaga kerjanya mengikuti pendidikan.

Jadi saat negara lain sibuk dengan PHK massal, mereka justru sibuk mengirimkan tenaga kerjanya mengikuti berbagai pelatihan. Saat krisis berlalu, mereka sudah siap berkompetisi dengan bekal keterampilan dan pendidikan yang diikuti.

PAINAN DAN SOLOK

Saat lebaran yang baru lalu menempuh jalan darat dari Bengkulu Utara ke Padang via Muko-Muko dan dari Padang ke Jambi via Solok, saya menjumpai beberapa hal yang menurut saya sayang sekali kurang dikelola dengan baik.

Saat perjalanan dari Bengkulu ke Padang, kami singgah di Painan, kabupaten Pesisir Selatan Sumatera Barat. Ini adalah kota kecil yang memiliki pantai yang bagus dan pemandangan yang indah. Hotel yang ada seingat saya hanya level melati sampai dengan bintang 3. Kami memilih salah satu hotel berdasarkan review yang saya komparasi dari beberapa penyedia layanan reservasi hotel online (Agoda, Tripadvisor, Traveloka, Booking com dan lain-lain)

Hotelnya cukup bagus, meski masih ada beberapa bagian yang sedang dalam tahap renovasi. Kamarnya juga cukup luas. Secara umum cukup memuaskan, namun sayangnya sarapannya minimalis sekali. Hanya nasi goreng dan telur mata sapi.

Saya paham bahwa hampir di sebagian besar hotel di Indonesia, menu sarapan nasi goreng itu semacam “trademark”. Hanya saja, dengan level biaya per kamar, semestinya hotel tersebut bisa memberikan menu makanan yang lebih lengkap atau variatif.

Status hotel (misalnya hotel melati atau level bintang 1-3) semestinya jangan dijadikan sebagai pembenaran, namun harus dijadikan sebagai kesempatan untuk memberikan nilai lebih bagi pelanggan. Jangan menunggu para investor baru datang, membangun hotel dengan kualitas layanan lebih baik dan kemudian menggerogoti jumlah pelanggan yang semestinya loyal pada hotel yang sudah ada.

Saya melihat seperti ada keengganan dari pihak pengelola untuk berusaha memberikan nilai lebih pada layanannya. Saya sampai berpikir, sepertinya hotel itu sudah cukup puas karena tanpa melakukan berbagai hal, toh pengunjung sudah berdatangan. Padahal, bisa jadi pengunjung datang karena ia tidak punya pilihan lain disitu. Masya iya kita bisnis tanpa ada niatan berkembang lebih bagus lagi…

Hal yang sama saya alami di Solok. Disini kami mendapat hotel yang lumayan dengan rate yang juga cukup lumayan. Kami maklum dengan alasan “ini lebaran pak”, namun ya sebatas itu saja. Saat saya memesan makanan selepas shalat Maghrib, yang tersedia hanya nasi goreng zzzzz…

Sayang juga, karena pesanan makanan dari kamar (in room dining) itu sebenarnya bisa jadi nilai tambah sekaligus tambahan pendapatan yang tidak kecil. Saya tidak tahu apakah petugas hotel yang memasak memang tidak mendapatkan tambahan pendapatan atau tidak sehingga tidak ada pengaruh bagi mereka, namun dengan posisi Solok dan Painan yang bisa jadi kota transit, peluang untuk menyediakan layanan yang bagus masih terbuka lebar.

Saya bahkan berandai-andai lebih jauh, ini bisa jadi kesempatan buat Pemda-nya untuk memberikan pelatihan. Dinas terkait bisa memberikan pelatihan standarisasi kualitas layanan, dengan harapan jika kualitas layanan meningkat akan banyak pengunjungnya dan semakin banyak pengunjung akan semakin banyak pajak yang bisa didapatkan, akan semakin ramai juga kotanya. Dengan asumsi positif, akan semakin makmur penduduknya. Ini khayalan ya, jangan dianggap terlalu serius, meskipun hal tersebut akan saya laksanakan jika peluangnya ada

Mirip seperti saat kita membangun kompetensi diri, sebaiknya semua bidang usaha-tidak hanya hotel-juga membangun kompetensi dirinya. Jangan menunggu kesempatan datang, nanti keburu terlambat. Para pengusaha sukses biasanya bilang, hoki itu gabungan dari kesempatan dan kemampuan. Tanpa ada kemampuan, kesempatan yang ada akan lewat begitu saja.

Hal yang sama berlaku juga untuk usaha. Usaha itu gaya kali jarak kata Hans Wiranata yang diawal-awal kuliah pernah bersama-sama membangun Excellent. Kalau nggak ada jarak (peningkatan), berarti usahanya nggak jalan, cuma gaya yang ada hehehe…

STPDN, KARYAWAN, WIRAUSAHA

Saat lulus SMA tahun 1995, saya merasa pilihan saya relatif terbatas. Saya hanya memilih pilihan sekolah kedinasan karena menganggap kuliah jauh dari jangkauan saya. Untuk itu saya mengejar STPDN (Sekolah Tinggi Pendidikan Dalam Negeri), yang lulusannya bisa menjadi camat. Minimal menjadi staff kecamatan, kemudian menjadi lurah dan beralih menjadi camat. Untuk orang kampung seperti saya, bayangan menjadi lurah atau camat merupakan bayangan jabatan yang sangat elite.

Saya mengurus sendiri semua persyaratan untuk STPDN. Fotocopy raport dari SD sampai SMA yang dilegalisir. Itu berarti saya harus datang ke semua sekolah saya. Saya ingat pernah menunggu kepala sekolah untuk tanda tangan legalisir. Di datangi di sekolah katanya ada di rumah. Di datangi di rumah katanya ada ditempat lain. Terus saya kejar sampai akhirnya bisa saya dapatkan.

Selain fotocopy raport dan ijazah, saya juga harus membuat akte kelahiran. Karena lahir di kampung dan akte kelahiran bukan prioritas utama, saya harus membuatnya saat sudah memasuki jenjang kelulusan SMA. Saya membuat persyaratannya mulai dari RT, RW, Lurah, Camat hingga ke Catatan Sipil. Di Catatan Sipil katanya harus sidang, namun atas bantuan salah satu PNS disana, akhirnya saya bisa mendapatkan akte kelahiran meski harus menunggu beberapa lama.

Belum cukup sampai disitu, saya harus mengikuti Litsus atau Penelitian Khusus. Jaman pak Harto menjadi presiden, litsus ini statusnya wajib bagi pegawai negeri, digunakan untuk meneliti apakah seseorang terlibat PKI atau bukan. Bahkan jika terlibat partai politik selain Golkar ada kemungkinan menemui kendala juga saat melewati proses litsus.

Setelah semua persiapan selesai dilakukan, saya berangkat ke Bandung untuk test kesehatan dan tertulis. Dengan semua yang saya lakukan, saya yakin saya bisa lulus. Namun apa yang terjadi? Saya gagal melewati test tersebut.

Saya sangat kecewa mengetahui saya gagal. Kecewa sekali. Saya bahkan sempat bingung beberapa saat, tentang apa yang harus saya lakukan setelah gagal di STPDN. Setelah kekecewaan reda, akhirnya saya menerima “real life”, mencari kerja di perusahaan dan bekerja sebagai karyawan pabrik. Dari karyawan pabrik, saya nyambi kuliah dan mengambil jurusan IT. Dari situ saya bisa menjadi assisten Lab komputer, kemudian staff IT, supervisor IT, freelancer IT dan berujung pada wirausaha bisnis konsultasi IT dalam bentuk Excellent

Saat saya ingat kegagalan saya masuk STPDN, saya sangat kecewa. Namun jika melihat kebelakang, mungkin itu justru baik bagi saya. Jika saya lulus STPDN, belum tentu juga saya bisa meraih keinginan sesuai yang saya harapkan. Belum tentu saya bisa membangun usaha Excellent, bertemu dengan isteri, membangun keluarga, membangun bisnis, pergi jalan-jalan keluar daerah atau luar negeri dan malam seperti ini mengetik tulisan seperti ini, hehehe…

SUMMARY

Jika kembali ke awal cerita dan mereview ucapan pak Samidi beberapa tahun yang lalu, saya menyadari kebenaran ucapannya dari perjalanan yang saya tempuh. Mulai dari bekerja sebagai operator produksi di PT Ochiai Menara Indonesia, kemudian dual (atau triple) job menjadi Assisten Lab (sambil kuliah semester akhir), kemudian menjadi staff IT, Supervisor IT, freelancer dan kemudian membangun Excellent.

Saya tidak katakan bahwa hasil sekarang sudah sangat sesuai dengan apa yang saya pernah cita-citakan, namun saya tidak menyesali apa-apa yang saya dapatkan dari usaha yang saya lakukan beberapa tahun yang lalu hingga sekarang. Saya bisa bilang bahwa hasil dan penghidupan yang saya jalani sekarang tidak menghianati usaha yang dirintis sejak awal.

Hidup kita milik kita, susah maupun senang, kita juga yang menjalaninya. Life, is our precious gift. Don’t waste it being unhappy, dissatisfied, or anything else you can be.

Referensi Artikel :

  1. Jangan biarkan diri anda tenggelam kedalam kesulitan hidup
  2. 60 Most Recommended Medium Stories

Action :

Coba review apa saja yang sudah dilakukan namun hasilnya belum sesuai harapan. Jangan-jangan persiapan kita kurang atau upaya kita belum maksimal. Jika kita sudah berusaha maksimal namun mendapatkan hasil yang sesuai, bisa jadi hasil yang kita harapkan itu sebenarnya kurang baik bagi masa depan kita. Jangan menyerah untuk berusaha yang terbaik untuk hidup kita.

CATATAN :

Tulisan diatas merupakan bagian dari seri tulisan “Excellent Insight”. Saat ini kumpulan bukunya sudah diterbitkan dalam bentuk  maupun ebook.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.