Excellent Insight Day #23 : Kalkulasi Matematis
Insight kali ini mengenai cerita kecil, bahwa adakalanya hitung-hitungan matematis belum tentu selalu sesuai kalkulasi apa adanya, karena bisa saja ada faktor lain menyertainya. Semoga insight dalam bentuk cerita ini bermanfaat sebagai inspirasi dalam melakukan sesuatu yang sifatnya positif.
Bagi wirausahawan atau pebisnis, berhitung secara detail dan cermat sangat penting buat kelangsungan usaha/bisnisnya. Berapa jumlah pemasukan dan berapa jumlah pengeluaran harus dicatat dan dihitung secara rutin. Pengeluaran lebih besar dari pemasukan dan berjalan sekian lama merupakan indikasi akan tamat riwayat usahanya.
Boleh saja membakar uang selama fase awal usaha, namun tetap ada titik dimana usaha yang dilakukan harus bisa membiayai hidupnya sendiri.
Namun, ada kalanya hitungan matematis ini tidak 100% benar, terutama jika kita meninjau dari sisi lainnya selain sisi keuangan.
Saya ada 2 cerita sederhana, terkait pengalaman pribadi mengenai hitungan matematis ini.
KALKULASI MATEMATIS DI EXCELLENT
Saat Excellent memindahkan markas operasional ke Emerald Spring, semua team mendapat penggantian uang makan siang yang diakumulasi sebagai tambahan ke gaji bulanan. Dengan uang makan, mereka bisa lebih fleksibel dalam memilih menu makanan yang disukai.
Dalam rangka membantu team mendapatkan menu makan siang yang “cukup baik” sekaligus sebagai bagian dari kebersamaan, saya memutuskan untuk menambahkan menu buah-buahan dan cemilan diwaktu pagi, plus menu makan siang bersama setiap hari Jumat. Itu sebabnya jarang sekali Excellent memiliki tugas keluar kantor/kunjungan ke klien di hari Jumat, karena hari Jumat merupakan family day di Excellent.
Jika dikalkulasikan, dengan jumlah team total sekitar 15 orang dan dengan nilai rata-rata makan siang Rp. 30.000,- maka akan butuh Rp. 450.000,- untuk sekali makan siang. Jika memperhitungkan biaya buah dan cemilan, maka per minggu akan ada tambahan biaya antara 500 ribu sampai dengan 700 ribu rupiah.
Diakumulasikan per bulan, keputusan memberikan makan siang setiap minggu akan menambah biaya pengeluaran Excellent antara 2 juta sd 3 juta rupiah. Itu sebabnya saya menimbang-nimbang keputusan ini sebelum menerapkannya. Saya tidak mau memberikan gimmick atau PHP ke team. Saya juga tidak mau kebanyakan gaya satu dua kali memberikan menu makan siang lantas setelah itu berhenti. 😛
Setelah mempertimbangkan kemampuan diri akhirnya keputusan ini dieksekusi dan Alhamdulillah tetap berjalan sampai sekarang meski Excellent sudah pindah operasionalnya ke markas Premier Serenity.
Jika dihitung secara matematis, jatuhnya memang pengeluaran mingguan sebesar 2-3 juta rupiah setiap bulan, namun ternyata Excellent bisa beradaptasi dengan hal tersebut. Apakah karena rezeki team-team staff atau karena tambahan makan siang bersama setiap minggu itu memberikan semangat dan kesempatan rehat, hasilnya adalah peningkatan kinerja disisi team dan penambahan jumlah customer untuk Excellent.
Penambahan jumlah customer ini bisa menjadi buffer terhadap pengeluaran tambahan tersebut. Jadi hitungan matematis bisa saja dikompensasikan dalam bentuk lain, misalnya dalam bentuk kinerja team dan peningkatan sales disisi Excellent.
Hal ini memberikan semangat, bahwa prinsip “team oriented atau employee oriented” secara prinsip sudah tepat. Jika kita memberikan hal positif bagi team, niscaya hasil yang baik pula yang bisa kita harapkan dari team. Kalau dalam bahasa lain, “bagaimana prajurit mau maju perang dengan penuh semangat jika dia tidak percaya pada jenderalnya. Bagaimana prajurit mau bertempur secara maksimal, jika kebutuhan utamanya tidak terpenuhi…”
Saya menyadari hal diatas bisa berjalan di Excellent karena team masih relatif ramping. Lebih mudah eksekusinya dan lebih sederhana pengambilan keputusannya. Meski demikian, saya pikir ada baiknya hal diatas saya bakukan, karena besar atau kecil jumlah team seyogyanya tidak mengubah hal-hal baku yang semestimya diterapkan.
Dengan semangat yang sama, Excellent menambahkan perangkat rice cooker di markas Premier Serenity dan menyediakan stock beras dan telur. Artinya, di hari kerja selain hari Jum’at, team Excellent cukup membeli lauk yang diinginkan (jika telur belum memadai) sedangkan nasi sudah langsung tersedia di rice cooker. Saya bahkan meminta team yang belum bisa masak untuk bergantian memasak di rice cooker hehehe…
Jangan salah lho ya, ada rekan-rekan (terutama team laki-laki) yang selama ini memang belum pernah memasak, di rice cooker sekalipun. Mereka terima jadi nasi dan lauk pauk dari orang tuanya, jadi saat briefing pagi saya sampaikan bahwa kedatangan rice cooker diharapkan membawa minmal 2 benefit, pertama ada peningkatan kemampuan-tadinya tidak bisa masak jadi bisa masak – dan kedua, lebih menghargai orang tua bahwa segala sesuatu itu butuh proses tidak asal terima saja.
Saat briefing, saya sampaikan juga perasaan cemas saya : “Jangan-jangan setelah rice cooker, ada yang pindah kost nih, dari kost dia sekarang ke markas Premier, hehehe….”
KALKULASI MATEMATIS KELUARGA
Tahun lalu, saya dan seluruh saudara kandung berpatungan mengumpulkan uang untuk bisa memberangkatkan orang tua untuk umroh. Karena kedua orang tua sudah berusia lanjut, kami sepakat untuk menyertakan salah satu saudara kandung untuk berangkat bersama. Terpilihlah Mardhock, kakak kandung laki-laki tepat diatas saya.
Dengan biaya umroh sekitar 30-35 juta rupiah per orang, akan butuh biaya antara 90 s/d 105 juta untuk 3 orang. Belum ditambah dengan biaya persiapan, biaya selama di Mekkah/Madinah dan lain-lain, total kami perkirakan akan butuh hingga 150-180 juta rupiah. Uang yang cukup besar untuk kami semua.
Untuk mencukupinya, kami semua berpatungan. Berusaha agar orang tua cukup tenang untuk beribadah ke tempat yang dicita-citakan.
Meski dengan perjuangan keras, akhirnya kedua orang tua dan kakak kami bisa berangkat dan beribadah umroh dengan lancar. Bagi kami yang sekeluarga pernah hanya memiliki uang 50 ribu rupiah, berangkat umroh bertiga merupakan mimpi yang menjadi kenyataan.
Setelah kedua orang tua dan kakak saya pulang umroh, ada salah satu kerabat yang menawarkan tanah kebunnya. Luasnya sekitar 800 meter persegi. Lokasinya tepat dibelakang markas alam Taman Bacaan Excellent. Saat pertama kali mendengar hal itu, saya tertawa mendengarnya. Bagaimana mungkin kami berpikir membeli tanah kebun seluas itu jika untuk berangkat umroh saja kami sekeluarga harus urunan.
Namun, jika yang maha kuasa berkehendak, bisa saja itu terjadi. Setelah memperhitungkan uang tabungan dan mengumpulkan uang yang ada, kami bisa menyiapkan uang setengah dari harga tanah. Saya sampaikan pada adik saya, jika pemilik kebun mau, kami maksimal hanya bisa membayar 50%, sisanya menunggu hingga 3-6 bulan lagi.
Ternyata si pemilik kebun setuju. Kebun itu akhirnya melengkapi taman bacaan Excellent dengan pohon rambutan, kelapa dan pisang. Kami bahkan tidak perlu menunggu hingga 3 bulan untuk bisa melunasi tanah tersebut.
Suatu waktu bapak saya bertanya pada saya, berapa biaya yang dikeluarkan untuk bisa memberangkatkan orang tua dan kakak saya umroh tahun lalu. Saya sampaikan biayanya kurang dari 200 juta rupiah.
Bapak saya bilang, “Kamu bisa lihat, penggantian dari Allah berkali-kali lipat daripada uang yang sudah dikeluarkan”
Ya, saya menyadari kebenaran ucapan bapak saya. Penggantiannya bahkan bukan sekedar itu, karena di tahun 2017 saya bisa berangkat umroh bersama isteri, anak dan bapak dan ibu mertua, meski memang biayanya tidak full diupayakan sejak awal, karena sebagian menggunakan uang tabungan isteri saya. Saya bisa menyiapkan DP plus cicilan untuk markas Excellent di Premier Serenity dan melunasi sebagian hutang kredit rumah.
Saya menuliskan hal ini tentu bukan untuk menjadi riya atau menjadi anggapan lain yang sifatnya negatif. Tentu jauh dari itu, karena tidak ada gunanya juga buat saya. Cerita ini saya sampaikan semata-mata agar bisa bermanfaat bagi yang membaca, bahwa adakalanya kalkulasi matematis tidak berjalan sebagaimana hitungan biasa.
Referensi Artikel :
Action :
Apakah ada niat baik yang masih tertunda? Rencana mengurangi dan melunasi hutang yang tertahan? Niat menyenangkan hati orang tua dan orang yang disayangi yang belum direalisasikan? Rencana berkurban di hari raya Idul Adha yang belum terlaksana? Niat mengajak anak dan isteri liburan? Cita-cita bersedekah/beramal yang masih ragu untuk dijalankan?
Saran saya, ada baiknya segera dilaksanakan dan direalisasikan. Jika kita risau pada hitungan matematis, hitung secara cermat agar tidak membebani pihak lain namun setelah itu eksekusi tanpa ditunda. Semoga yang maha kuasa memudahkan prosesnya. Aamiin…