Excellent Insight Day #13 : Melakukan Kesalahan Saat Kerja, Manusiawi Asal Jangan Keseringan

Apakah pernah melakukan kesalahan kerja dan merasa sangat tertekan? Saya juga pernah kok melakukan kesalahan kerja. Sebagian diantaranya sangat memalukan dan sebagian lagi membuat kerepotan. Meski demikian, kesalahan itu bisa menjadi bahan pembelajaran yang baik bagi kita. Apa yang tidak mematikan kita, akan mendewasakan kita. Tsah…

Jika kamu baru beberapa hari kerja dan dunia kerja terasa runtuh gara-gara melakukan kesalahan kerja, camkan ini : melakukan kesalahan kerja itu manusiawi, asal jangan terlalu sering 😉

Jika saat ini sedang sebel karena dimarahi atasan gara-gara melakukan kesalahan sewaktu kerja, tak usah bersedih dan bermuram durjana (aih, kelebihan huruf, kamsudnya bermuram durja), sadarilah bahwa orang-orang suksespun pernah melakukan kesalahan. Bedanya, mereka belajar dari kesalahan dan tidak malah menambah-nambah kesalahannya.

Meski sekarang saya cukup terbiasa melakukan kesalahan (lho??), maksudnya terbiasa mengelola dan belajar dari kesalahan, dulu saya pernah keringat dingin saat menyadari kesalahan-kesalahan saya yang banyak diantaranya terlalu culun dan memalukan jika dilihat sekarang ini. Apa saja itu, mari kita listing satu per satu

1. SALAH HAPUS DATA, MASA KERJA : 1 BULAN

Saat menjadi programmer pemula (Microsoft Visual Basic versi 6 tahun 2000-an) dan baru kerja 1 bulan, saya pernah melakukan kesalahan fatal menghapus sekitar 3000 records data stock awal. Hal ini terjadi gara-gara saya baru belajar perintah SQL. Kronologi perintah yang membawa kecelakaan ini kira-kira sebagai berikut :

Check data stock awal :

Saya jalankan perintah : “SELECT * FROM Whs_T_Stock_Awal”. Hasilnya sukses, 3000 records tampil, hasil input awal staff administrasi Warehouse/Gudang

Check data stock awal untuk item tertentu :

Saya jalankan perintah : “SELECT * FROM Whs_T_Stock_Awal WHERE kode_brg=’A01007′” . Hasilnya sukses, tampil data stock untuk item dengan kode ‘A01007’ sebanyak 1 buah records

Hapus data stock awal untuk item tertentu :

Saya jalankan perintah seperti diatas namun mengganti perintah SELECT menjadi DELETE sebagai berikut : “DELETE FROM Whs_T_Stock_Awal WHERE kode_brg=’A01007′”. Hasilnya sukses, data stock awal untuk item dengan kode ‘A01007’ terhapus (sebanyak 1 buah records)

Kembali lihat data stock awal untuk semua item :

Saya menghapus parameter WHERE sehingga perintahnya menjadi : “DELETE FROM Whs_T_Stock_Awal”. Hasilnya CELAKA, semua data stock awal sebanyak 3000 records terhapus dengan sukses. Yang terasa membuat saya lunglai, saya baru menyadarinya sekitar 1-2 detik selesai saya menekan tombol “Execute Query”. Aaaaaaah….

Tahu kan letak permasalahannya? Sepele. Saya mestinya bukan hanya menghapus paramater “WHERE” melainkan juga mengganti kembali perintah DELETE menjadi SELECT.

Saya sempat bengong seperti orang linglung selama sekitar 5-10 menit. Saya bingung bagaimana harus menjelaskan hal ini kepada atasan saya dan juga bagaimana mempertanggung jawabkan kesalahan penghapusan ini pada staff Administrasi Warehouse yang sudah melakukan input data. Terbayang macam-macam dibenak saya, mulai dari dimarahi atasan sampai kemungkinan terburuk dipecat dari pekerjaan saat baru 1 bulan menjalaninya.

Akhirnya setelah mempertimbangkan berbagai alternatif, saya mengambil keputusan untuk melakukan input data ulang, sendiri, tanpa dibantu orang lain. Saya meminta data dari staff Administrasi Warehouse, “Pinjam dulu ya buat check data”, itu alasan ngibul saya, hehehe… Saya melakukan input data ulang dari jam 10 pagi dan selesai sekitar pukul. 14.00. Saya bela-bela-in tidak istirahat, tidak makan siang dan shalat justru diakhir waktu-jangan ditiru yah. Saya bahkan sampai beralasan, “Lagi puasa mas”, saat ada rekan kerja yang mengajak makan siang.

Selama beberapa waktu, saya sempat paranoid dengan perintah SQL, namun sisi positifnya, hal ini memicu saya untuk belajar SQL secara lebih mendalam. Banyak perintah SQL yang justru bermanfaat bagi saya saat saya sekarang menangani aplikasi server, misalnya saat membuat rule “PolicyD/Rate-Limit Sending Message” di mail server yang perintah-perintahnya dijalankan pada database SQLite.

MEMBUAT MOTHERBOARD TERBAKAR

Kesalahan kali ini lebih fatal, karena saya lakukan saat saya menjabat sebagai supervisor IT di tahun 2006 dengan jumlah staff sekitar 7 orang. Saat itu saya baru sekitar 1-2 bulan bekerja. Saya ingin menambah jumlah memory (RAM) di salah satu PC. Saya meminta keping RAM pada salah satu staff kemudian membongkar PC di meja kerja saya dan memasang keping tersebut di motherboard. Memasangnya cukup sulit dan tidak ada bunyi “klik” saat RAM tersebut dikunci.

Selesai memasang RAM, saya menghidupkan PC. PC diam saja, tidak booting sebagaimana mestinya. Tiba-tiba seorang staff bilang, “Kok bau sangit ya, seperti ada korslet?”. Staff yang lain langsung celingak-celinguk mencari colokan listrik atau kabel yang mungkin terbakar. Saat saya melihat ke PC yang saya tangani ternyata ada asap mengepul. Dengan panik saya mencabut kabel listrik.

Supaya bau sangit bekas terbakar cepat hilang, saya mengipasinya. Masalahnya big boss saya-Managing Director-bisa marah besar jika mengetahuinya. Saya malu campur bingung kenapa kok bisa terbakar. Ternyata yang terbakar adalah memory yang saya pasang. Port memorynya sampai lumer terbakar. Selidik punya selidik ternyata saya salah pasang tipe memory. Saya lupa apakah SD RAM dipasangi DDR RAM atau DDR1 saya pasangi DDR 2, yang jelas saya salah pasang jenis memory.

Yang lebih memalukan, hal ini semestinya tidak terjadi karena port masing-masing memory berbeda di bagian pin hole-nya. Secara bodoh-bodoh-an, lokasi pembatas memory dimasing-masing tipe berbeda, jika dipaksakan, memory tidak akan bisa dipasang. Berarti saat saya pasang saya memaksakannya terpasang, bukannya mengecek apakah jenisnya sesuai atau tidak.

Belum sampai bau sangit terbakar hilang, tiba-tiba big boss saya keluar dari ruangannya, melintasi meja kerja saya dan masuk ke ruang Accounting. Saya berdoa semoga hidungnya sedang pilek dan matanya tidak konsentrasi melihat kesibukan kami. Doa saya kelihatannya lulus karena ia langsung masuk ke ruang Accounting, namun doa tersebut tidak terkabul sepenuhnya karena tiba-tiba ia mundur kembali sambil bertanya, “Seperti ada bau hangus ya??”

Saya gelagepan ditanya seperti itu. Sempat terpikir untuk berbohong bilang, “Ah, itu perasaan bapak saja kaleeee…” tapi saya takut ditabok tanpa permisi 😛 . Akhirnya setelah berpikir kilat saya jujur bilang, “Itu tadi saya melakukan kesalahan pemasangan perangkat komputer pak, ada yang terbakar”.

Saya menunggu big boss marah karena pengalaman yang sudah-sudah, staff yang melakukan kesalahan bisa dibantai, dibentak-bentak dan dimarahi habis-habisan. Ternyata saya beruntung. Boss hanya bilang, “Oh, kalau begitu hati-hati jangan sampai ada yang terbakar lagi”, kemudian ia kembali masuk ke ruang Accounting. Alhamdulillah, saya selamat, hehehe…

Moral Story-nya apa? Kira-kira ini moral story yang kemudian saya jadikan sebagai kebiasaan saya :

1. Akui kesalahan, jangan menimpakannya ke orang lain. Adalah wajar kita dimarahi jika kita melakukan kesalahan.

Saya jadi ingat cerita anekdot mengenai perbedaan orang Amerika, Inggris, Perancis dan Indonesia saat melakukan kesalahan :

Amerika : Please forgive me, it’s all about my fault

Inggris : I’m so sorry, I didn’t prepare it carefully

Perancis : Pardon me

Indonesia : Not me…. Not Me….

Hehehe….

2. Bertanggung jawab dan perbaiki kesalahan. Bagi boss, kesalahan memang menyebalkan, namun akan lebih menyebalkan lagi jika tidak ada solusi untuk memperbaiki kesalahan tersebut

3. Belajar dari kesalahan. Jangan sampai mengulangi kesalahan yang sama, apalagi hingga berulang-ulang. Sekali salah itu wajar namun 2-3 kali salah yang sama itu artinya kurang ajar, hihihi…

4. Batasi penyesalan. Menyesal boleh saja, namun jangan keterusan. Cukuplah kita menyesali hal tersebut sebagai pembelajaran bagi kita, namun jangan terus menerus menyesal karena itu berarti kita menghukum diri kita dengan hukuman yang terlalu berlebihan. Kalau kita sudah melakukan berbagai perbaikan terhadap kesalahan yang terjadi, kita bisa berfokus pada hal lain yang lebih penting, karena berulang kali menyesali apa yang sudah lewat tidak memberikan nilai tambah apa-apa

Referensi Artikel :

  1. Apa yang tidak mematikan kita akan mendewasakan kita
  2. Kisah Tokopedia Mengatasi Krisis (in English)
  3. 7 Steps to Take After You Make a Mistake at Work

Action :

Coba ingat-ingat, apakah pernah melakukan kesalahan fatal? Jika ya, apakah masih ingat tindakan yang perlu dilakukan untuk mengatasinya? Apakah saat itu langsung mengakui kesalahan, menyesalinya, memperbaikinya dan memastikan hal sejenis tidak terulang kembali? Jika belum melakukan hal yang seharusnya dilakukan, belajarlah untuk “deal with the mistake(s)”.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.