Excellent Insight Day #10 : Tak Usah Marah jika Orang Lain “Underestimate” pada Kita

Insight kali ini membahas mengenai materi “Underestimate” alias menganggap rendah orang lain. Insight ini disarikan dari pengalaman pribadi, jadi benar-benar riil terjadi. Semoga bermanfaat.

Beberapa tahun yang lalu, saya dan team Excellent memberikan presentasi pada salah satu calon klien sebuah perusahaan besar. Presentasi berjalan relatif lancar, hanya saja sikap dan pertanyaan dari salah satu orang pihak calon klien terkesan underestimate dan cenderung kurang percaya pada kapabilitas team Excellent. Sayapun sebenarnya merasakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan cenderung bersifat menguji dan memojokkan, namun saya tidak menghiraukannya sepanjang saya bisa menjelaskannya dengan baik.

Salah satu ucapannya yang terasa ngesel-in seperti ini : “Kalau Microsoft sih, saya sudah pernah dengar namanya, tapi saya nggak pernah dengar tuh yang namanya Excellent”

Sejujurnya, saya pingin ketawa ngakak sambil menjambak rambutnya. Lha, hellow, perbandingannya ibarat membandingkan antara Christiano Ronaldo dengan pemain sepak bola Tarkam (antar kampung). Meski maksudnya membandingkan, sudah pasti nggak ada manfaatnya membandingkan Excellent dengan perusahaan tajir seperti Microsoft.

Saat saya menyampaikan suatu argumen, kesan yang saya tangkap seperti ini responnya : “Nggak usah kamu jelaskan deh. Saat kamu masih balita, saya sudah main teknologi yang kamu jelaskan itu”, hehehe…

Saat pulang, salah satu staff saya menggerutu dengan bilang, “Tadi dari klien yang satu orang kayaknya sombong banget ya. Nanya-nya sepa’ banget dan kelihatan sok pintar.”

Saya tertawa mendengar gerutuan staff saya. Saya sampaikan padanya bahwa saya tidak merasa terganggu pada hal tersebut. Bukan karena saya juga belagu sok dewasa, melainkan karena hal tersebut merupakan hak orang lain. Silakan saja orang lain underestimate dan dan kurang percaya pada kemampuan kita, lantas apa ruginya kita?

Kalaupun benar kita tidak mampu ya malah benar dong penilaian dia. Kalaupun kita sebenarnya lebih jago daripada anggapan dia, apa kita hendak membantah anggapannya? Buat apa? Apa kita mesti bilang,

“Eh, jangan sombong ya. Mentang-mentang lulusan universitas ternama, kerja di perusahaan besar lantas menganggap enteng orang lain. Kalau diadu kemampuan saya belum tentu kalah dibandingkan kamu, tahu!”

Lha, apa gunanya? Bukankah kalau kita dianggap enteng berarti secara posisi kita sudah memiliki keunggulan komparatif terhadapnya. Tak ada ruginya disisi kita kok. Kita cukup introspeksi. Kalau anggapan dia benar, ya kita malah mesti berterima kasih, meski dengan rasa jengkel, hehehe… Kalau anggapan dia salah, ya cukup kita tersenyum simpul. Tak perlu dibalas dengan sikap sombong dan angkuh kita.

Jangan lupa, adakalanya kita atau orang lain menguasai suatu materi ilmu pengetahuan bukan karena kita cerdas dan pintar, melainkan hanya karena kita tahu lebih dulu. Jika waktunya berbarengan, mungkin kita malah kalah expert dibandingkan orang lain. Jadi tidak ada gunanya juga bersikap sombong. Jika orang lain bersikap sombong dan angkuh karena dia memiliki kapabilitas, itu urusan personality dia. Bukan urusan kita dan juga bukan kapasitas kita menasihatinya, apalagi jika dia itu calon klien.

Percayalah, jauh lebih baik kita dianggap tidak bisa padahal kita bisa daripada kita sok bisa padahal kenyataannya tidak bisa. Sepanjang kita mampu menjelaskan apa-apa yang ditanyakan dengan baik dan dengan cara yang apik, saya percaya cepat atau lambat lawan bicara kita menyadari bahwa kita memiliki kemampuan yang lebih dari cukup. Jika dia tidak menyadarinya, berarti dia tidak cukup cerdas menyadari kepintaran lawan bicaranya.

Ingat selalu beberapa hal berikut :

  1. Seseorang sebenarnya mengambil resiko jika ia memandang remeh orang lain, karena dia akan malu sendiri jika orang yang diremehkan ternyata memiliki value lebih dibanding dirinya
  2. Orang yang meremehkan orang lain sebenarnya menutupi ketidakmampuan dirinya, terutama ketidakmampuan manajemen sikap dan penguasaan diri
  3. Bisa saja seseorang meremehkan orang lain dengan maksud bercanda. Jika demikian, jawab juga dengan candaan namun jika keterlaluan, tunjukkan sikap tegas kita dengan menyampaikan keberatan kita. Memangnya hanya dia yang bisa meremehkan orang lain? Kan kita juga bisa meremehkannya hehehe..
  4. Sesuai dengan insight hari ke-9, tidak tahu cukup sekali, dihina cukup sekali, dipermalukan cukup sekali. Berusahalah menutup kekurangan kita agar lain kali hal tersebut tidak terjadi lagi

Referensi link artikel menarik :

  1. How to Deal with People who Underestimate You
  2. The incredible story of Elon Musk, from getting bullied in school to the most interesting man in tech

Action :

Pernah dibully atau direndahkan dan diremehkan secara verbal ataupun tindakan oleh orang lain? Tidak usah marah, hadapi saja dengan elegan. Berikan batas yang wajar orang lain bisa meremehkan kita. Jangan merasa bersalah jika kita mengungkapkan keberatan kita, karena itu merupakan hak kita. Sayangi diri kita sendiri.

Life, is our precious gift. Don’t waste it being unhappy, dissatisfied, or anything else you can be.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.