Seri tulisan mengenai keuangan pribadi, keluarga, bisnis dan resolusi tahun 2014 :
- Coretan Rencana Tahun 2014
- Coretan Rencana dan Resolusi Tahun 2014-Bisnis Excellent
- Coretan Rencana dan Resolusi Tahun 2014 : Kartu Kredit & Urusan Bank
- Coretan Rencana dan Resolusi Tahun 2014 : Urusan Bank
Ternyata urusan mengenai keuangan menjadi salah satu item yang menyita banyak perhatian, karena dari 5 catatan yang sudah saya buat, 4 diantaranya menyangkut keuangan :-D. Selain sebagai catatan pribadi mengenai rencana keuangan pribadi dan usaha, salah satu manfaat dari pembuatan coretan ini adalah untuk memetakan masalah dan peluang.
Salah satu benefit yang bisa diambil misalnya, per tanggal 27 Desember 2013 ini saya bisa mengurangi hutang kartu kredit lebih cepat dari target. Hutang kartu kredit saya sudah berkurang lebih dari 50%, lebih cepat 3 bulan dari jadwal yang saya tentukan pada tulisan sebelumnya : Coretan Rencana dan Resolusi Tahun 2014 : Kartu Kredit & Urusan Bank. Meski demikian, saya juga tetap berusaha memperhatikan arus kas, agar mekanisme pelunasan hutang kartu kredit ini tidak menggerus kemampuan finansial saya dan juga agar tidak menimbulkan masalah baru.
Masalah lain yang perlu saya review ulang adalah mengenai tabungan. Saya punya tabungan pendidikan untuk Zeze Vavai sejak tahun 2009 : Tabungan Pendidikan dan Tabungan Mapan. Tiap bulan ada potongan otomatis dari rekening saya ke rekening tabungan pendidikan dan tabungan mapan (di Bank Mandiri namanya tabungan rencana). Nilainya 250 ribu untuk pendidikan dan 500 ribu untuk mapan.
Setelah 5 tahun, tabungan pendidikan ada sekitar Rp. 16 juta. Jika dilihat dari besaran tabungan tiap bulan dikalikan dengan lama waktu (250 ribu * 60 bulan), selama 5 tahun nilai tabungan hanya bertambah sebesar 1 juta saja. Padahal kondisi nilai rupiah saban tahun semakin rendah, jadi tabungan biasa apapun istilah dan namanya, secara riil tergerus oleh inflasi. Saya terus terang khawatir setelah masanya tiba, tabungan pendidikan dan tabungan mapan yang saya miliki tidak mampu melawan inflasi dan harus menambah cukup banyak agar bisa digunakan sesuai tujuan.
Hal ini yang membuat saya mereview ulang rencana mengambil tabungan pendidikan untuk puteri bungsu saya, Vivian. Jika mengacu pada nilai tabungan Zeze Vavai dan tabungan mapan untuk saya dan Dear Rey, kelihatannya untuk jangka panjang saya lebih prefer untuk mengacu pada nilai logam mulia atau sejenisnya. Jika perlu tabungannya saya konversikan ke US$ secara bertahap, agar tidak terlalu rentan pada fluktuasi ekonomi di Indonesia.
Ngomong-ngomong soal valas, lha tabungan cuma “secuil” kok gaya-gayaan rencana pakai US$ atau logam mulia? Apa tidak kebanting dengan nilainya? Ya tidak apa-apa, karena tujuannya juga untuk jangka panjang, paling minimal untuk 5 sampai dengan 10 tahun. Cara paling mudah adalah mencicil konversi ke US$ atau mata uang valas lainnya dan jika sudah terkumpul, sebagian bisa dikonversikan ke logam mulia.
Ada kemungkinan saya hendak ambil tabungan pendidikan dan tabungan mapan sebelum masa tenggang berakhir, sambil lihat-lihat seberapa besar kerugian/pinalti yang mungkin diterapkan oleh pihak bank. Tabungan yang diambil saya jadikan tabungan juga namun dalam bentuk lain yang lebih tahan inflasi. Pada prinsipnya, jika saya kembali ke posisi sama di tahun 2009, kelihatannya saya tidak akan memilih tabungan pendidikan dalam nilai rupiah.
Tabungan pendidikan, tabungan mapan atau tabungan rencana memang memiliki efek positif yaitu kita dipaksa untuk menabung setiap bulannya namun jika mengambilnya untuk jangka panjang sebaiknya terlebih dahulu membaca artikelnya Ligwina Hananto atau bukunya Ligwina Hananto yang membahas mengenai besaran nilai tabungan pendidikan yang perlu disiapkan dimasa mendatang, agar kita tetap sehat secara finansial di waktu yang telah ditentukan.
Terakhir, jika mengacu pada mekanisme pemerintahan di Indonesia dan perkembangan di tahun 2014, akan merupakan keputusan yang bijak jika kita tidak menggantungkan diri pada situasi di Indonesia. Saya mungkin termasuk kelompok yang pesimis pada kemampuan pemerintah memberikan perlindungan ekonomi pada rakyatnya. Pesimis namun tidak apatis. Berencana kan tidak masalah, meski saat ini rencana-rencana yang kita susun masih diangan-angan (menghibur diri sendiri, hehehe…).
Lebih baik proteksi diri masing-masing daripada kita terlambat melakukan antisipasi :-). Hidup kita milik kita, susah maupun senang, kita juga yang menjalaninya.
7 Comments
Betul Mas, saya dulu juga pernah punya tabungan rencana mandiri untuk kebutuhan pendidikan anak2. Tapi saya tutup. sekarang saya lebih menabung ke Dinar Emas, Walaupun kalo dilihat sekarang harga Dinar sedang turun karena harga emas turun. Namun untuk jangka panjang saya yakin nilainya gak sehancur Rp.
mungkin bisa lihat tulisan ini:
Mengapa Tabungan Pendidikan Anak Bukan Pilihan Terbaik? – See more at: http://www.duwitmu.com/tabungan-pendidikan-anak-bukan-pilihan-terbaik/#sthash.2wOHlyxw.dpuf
Coba deh lihat Program Asuransi Pendidikan yang sedang Booming pada tahun 2015 ini
dengan perencanakan yang di jalankan, maka target target kita akan mudah di raih
betul sekali mas ….harus direncakan dengan matang dan tertarget apa cita-cita kita ke depannya…
terimakasih info artikelnya…
semoga bermanfaat ya mas vavvai