Catatan dari Acara Peluncuran Distributor Novell untuk Indonesia
Seperti yang saya tuliskan pada posting sebelumnya, kemarin saya datang ke acara peluncuran distributor Novell untuk Indonesia, PT. Extol Indonesia.
Saya berangkat dari Bekasi sekitar pukul 07.15, dengan asumsi bahwa saya bisa sampai ke lokasi acara sebelum waktu registrasi pukul 09.15 WIB. Ternyata saya salah perhitungan. Sempat terkena kemacetan parah selepas pintu tol Pondok Gede Timur dan pintu masuk tol dalam kota, saya juga sempat terhambat kemacetan akibat adanya demo dan baru sampai di lokasi di Penang Bistro jalan Kebon Sirih (dekat tugu Tani/Jalan Jaksa) selepas pukul 10.00 WIB. Saya sempat ragu apakah jadi masuk atau tidak, karena sudah terlambat hampir 1 jam.
Akhirnya saya memutuskan untuk tetap masuk. Kalaupun tidak bisa masuk, saya hendak menelpon pak Ghazali Maliki dari PT. Extol Indonesia untuk sekedar say hello dan mengabarkan kedatangan saya.
Ternyata saya bisa masuk dengan mudah karena banyak juga peserta yang terlambat akibat kemacetan seperti yang saya alami. Agak kikuk juga masuk ke ruangan saat presentasi dari Mr Tee Kok Ong-Area Business Manager, ASEAN Data Center, End User Computing, Identity & Security-sudah dimulai.
Presentasi awal mengambil tema “Your Linux Is MORE THAN Ready – SUSE Linux Enterprise”. Disini dijelaskan mengenai mengapa perusahaan perlu mempertimbangkan penggunaan solusi open source, dukungan dan support terhadap open source, penjelasan mengenai SLES dan perusahaan-perusahaan di Indonesia yang sudah menggunakan SLES sebagai basis server mereka.
Saat presentasi berlangsung, ada seorang peserta yang juga datang terlambat dan duduk didepan saya. Ternyata ia adalah Muhammad Edwin Zakaria, aktivis openSUSE Indonesia dan sama-sama menjadi openSUSE Ambassador & openSUSE member untuk Indonesia. Ia datang langsung dari site project di Jambi, mendarat di bandara Soekarno-Hatta pagi itu dan sempat terjebak kemacetan akibat demo. Medwinz datang mewakili perusahaaannya yang bergerak dibidang system integrator dan banyak menggunakan solusi berbasis SUSE.
Pada saat Coffee Break, saya berbincang dengan pak Ghazali Maliki mengenai sosok Komunitas openSUSE Indonesia, aktivitas yang dilakukan dan beberapa kegiatan serta rencana yang akan dilakukan ditahun 2010. Saya juga sampaikan bahwa jika ia memerlukan dukungan komunitas openSUSE Indonesia, saya akan membantunya untuk bisa bekerja sama dengan komunitas. Saya juga sampaikan pandangan saya mengenai beberapa hal penting mengenai hambatan promosi penggunaan SUSE atau product Novell lainnya di Indonesia, yaitu community building dan mindset yang salah kaprah soal kerja sama antara Microsoft dengan Novell.
Community building menurut saya sangat penting untuk membangun calon-calon customer, sedangkan mindset yang salah kaprah soal kerjasama Microsoft dengan Novell harus diluruskan dengan mengadakan edukasi yang lebih gencar. Sekedar pengingat, kerja sama antara Microsoft dengan Novell dipandang negatif oleh sebagian aktivisi Linux dan dianggap sebagai pengkhianatan, meski model kerjasama itu lebih kepada interoperabilitas antar aplikasi Microsoft dan Linux. Contoh paling mudah dan malah banyak digunakan adalah kemampuan OpenOffice membuka dan melakukan edit dokumen-dokumen yang dibuat menggunakan aplikasi Microsoft Office 2007. Kode-kode interoprabilitas antar keduanya merupakan imbas dari kerjasama ini, yang kemudian dishare oleh Novell kepada upstream, dalam hal ini OpenOffice.org.
Sesi kedua diisi dengan penjelasan mengenai “Affordable Consolidated Disaster Recovery – PlateSpin Forge”. Saya pribadi masih asing dengan aplikasi PlateSpin, namun dari penjelasan Mr Tee Kok Ong, bisa ditangkap bahwa PlateSpin Forge ini bertindak sebagai konsolidator dari aplikasi virtual machine untuk memudahkan proses backup dan recovery.
Sesi ketiga sebelum berakhir dengan makan siang adalah penjelasan mengenai “How Safe Is Your Data – Novell Security Management” yang membahas solusi integrated system dan single sign on serta verifikasi keamanan data menggunakan Novell Security Management.
Dari presentasi diatas, ada beberapa kesimpulan penting yang bisa diambil, yang beberapa diantaranya banyak disalahpahami oleh user pengguna. Beberapa kesimpulan itu malah saya konfirmasikan ulang pada pak Ghazali Maliki dan Mr Tee Kok Ong sendiri. Berikut adalah kesimpulan tersebut :
- SLES dan SLED gratis dan free untuk digunakan, sepanjang kita tidak memerlukan dukungan support pada pihak Novell/Novell Partner. DVD atau ISO SLES dan SLED memang menuliskan keterangan mengenai evaluation kit, namun evaluation kit bukan untuk membatasi penggunaan melainkan terkait dengan support. Jadi, evaluation kit selama 60 hari berarti kita dapat bertanya pada pihak Novell mengenai masalah instalasi dan konfigurasi SLES/SLED. Setelah masa evaluation kit berakhir, user masih tetap dapat menggunakan SLES/SLED. Biaya subscription dikenakan jika kita menginginkan support diluar periode evaluation kit
- SLES dan SLED dirilis tiap 2 tahun, dengan masa support hingga 7 tahun dan menggabungkan paket stabil dari 3-4 rilis openSUSE. SLES dan SLED, sesuai namanya memang ditujukan untuk pengguna skala perusahaan yang relatif lebih mengutamakan stabilitas ketimbang penambahan software atau update tertentu yang belum tentu stabil.
- Bagi pengguna yang lebih menginginkan rilis cepat, memuat aplikasi terbaru dan bisa dimodifikasi secara bebas, bisa memilih untuk menggunakan openSUSE. Perbedaan utama dari SLE dengan openSUSE adalah dari sisi support, masa rilis (openSUSE dirilis tiap 8 bulan) dan integrasi library yang memerlukan lisensi khusus. Sebagai contoh, dukungan multimedia atau driver NVIDIA dan ATI di Linux dibolehkan untuk pengguna akhir (end user) namun tidak boleh dibundle oleh perusahaan. Jika perusahaan melakukan bundle, perusahaan wajib membayar biaya lisensi pada pihak vendor. Hal ini yang menjadi alasan utama mengapa openSUSE, Ubuntu, Fedora dan berbagai distro besar berlisensi GPL tidak menyertakan paket-paket yang termasuk dalam restricted format
- PT. Extol Indonesia tidak menjual produk Novell secara langsung. PT. Extol Indonesia akan merujuk klien yang menginginkan solusi SLES/SLED pada para Novell Partner di Indonesia. Fokus utama peluncuran kemarin adalah undangan pada para system integrator untuk menjadi Novell partner di Indonesia.
Acara berakhir menjelang pukul 14.00 WIB, diakhiri dengan acara makan siang. Saat acara berakhir ini saya bisa berdiskusi lebih banyak dengan Mr Tee Kok Ong. Ia juga memberikan beberapa merchandise untuk teman-teman komunitas dalam bentuk DVD SLES & SLES baik versi 11 maupun versi 10 SP2, sticker dengan gambar Geeko, gantungan kunci berlogo geeko dan beberapa merchandise lainnya. Pak Ghazali menambahkan beberapa t-shirt dengan logo Geeko. Merchandise tersebut rencananya akan saya jadikan hadiah pada acara openSUSE Workshop di Unikom Bandung.
Saya pulang bersama Medwinz dan turun di Jl. Gatot Subroto. Ia kembali ke kantor sementara saya langsung pulang ke Bekasi.
TQ atas berbagi pengalaman dan infonya, sangat bermanfaat, walau saya hanya sekedar tau dan belum lebih banyak tau karena baru tau, apa itu SLES & Opensuse, sharing2 ilmu lainnya slalu ditunggu…