Blogpreneur dan Wirausaha : Apakah Bisa Menggantikan Penghasilan Secara Tetap?
Saat saya masih bekerja sebagai staff dan supervisor IT diperusahaan, saya kerap bertanya-tanya jika mendengar ada teman yang berwirausaha atau menjadi professional blogger. Pertanyaan itu kira-kira begini :”Apakah penghasilan yang didapatkan dari kegiatan wirausaha dan atau menjadi blogger professional bisa mengantikan penghasilan dan pendapatan dari kerja secara ‘normal’ sepenuhnya? Apakah pendapatan dari kegiatan wirausaha dan menjadi blogger professional bisa sustainable?”
Pertanyaan tersebut dilandasi alasan sederhana. Biasanya orang bicara selalu yang baik-baik. Misalnya saya bicara soal pendapatan yang besar dari suatu project tertentu atau fleksibilitas waktu yang saya miliki sebagai wirausahawan, namun bisa saja saya jarang bicara saat-saat saya nggak punya uang atau saat-saat saya mutung dan putus asa. Alasannya bisa bermacam-macam, bisa karena gengsi, bisa juga karena malu.
Namanya suatu kegiatan memang tidak selamanya menyenangkan. Ada saat-saat susah dan ada saat senang. Yang penting kita lihat adalah berapa persentase perbandingannya. Dari pengalaman pribadi saya, situasi menyenangkan dari kegiatan wirausaha jauh lebih besar dibandingkan saat yang tidak menyenangkan. Persentasenya bisa 80% hingga 90%.
Dulu saya pernah berpikir, bukankah jika kita berwirausaha atau menjadi blogger professional ada saat kita mendapat penghasilan besar dan ada saat tidak memiliki penghasilan. Bagaimana jika saat-saat sulit terjadi terus menerus, bukankah hal ini akan membuat penghasilan tetap bedarah-darah dan pada akhirnya menyulitkan kondisi keuangan kita?
Disinilah sebenarnya perbedaan antara kita bekerja secara tetap dengan menjadi wirausahawan atau blogger professional. Jika kita tidak lagi bekerja tetap, hidup mati dan ada tidaknya penghasilan kita tergantung pada kreativitas dan usaha kita. Ibarat pasukan yang menyeberangi laut dengan perahu untuk menyerbu musuh dan membakar perahunya (kisah Thariq bin Ziyad, penakluk Gibraltar), tidak ada lagi pilihan aman jika kita tidak bekerja cerdas secara sungguh-sungguh.
Karena situasi ini, seorang wirausahawan atau blogger professional dituntut untuk selalu kreatif. Ia harus kreatif mencari sumber-sumber penghasilan, baik yang bersifat rutin maupun bersifat insidental. Sumber penghasilan terbaik dan perlu diperbanyak adalah dalam bentuk passive income, yaitu penghasilan yang akan selalu ada, baik saat kita bekerja maupun sedang bersantai.
Sumber passive income ini bisa beragam, namun untuk seorang blogger professional, passive income ini bisa didapatkan dari iklan-iklan seperti Google Adsense maupun iklan lain yang digenerate dari website dan forum yang ia bangun. Kehadiran perangkat mobile seperti Ipad, Android dan Windows Mobile sebenarnya memberi peluang lain, yaitu peluang membuat suatu produk yang dijual secara murah namun dalam jumlah massal dan berkesinambungan. Contoh mudah adalah aplikasi WhatsApp, aplikasi komunikasi yang bisa dipakai gratis selama 1 tahun dan tahun berikutnya dikenakan biaya sekitar 1 US$ per tahun. 1$ memang kecil namun karena jumlahnya massal, nilainya akan besar.
Ada banyak sumber-sumber penghasilan lainnya yang bisa secara kreatif kita temukan, karena suasana berwirausaha dan menjadi blogger professional memang memberikan banyak waktu untuk itu. Banyak diantaranya bahkan bisa dilakukan tanpa harus migrasi ke kota besar, bisa dilakukan dengan menggunakan teknologi internet, langsung dari tempat kata, meski didaerah yang bisa dikatakan cukup terpencil. Detailnya akan saya share pada tulisan-tulisan berikutnya.
Saya juga sedang menjalankan bisnis sampingan rental mobil, dan sedang mengoptimalkan promosi di internet selain melalui offline karena saya yakin melalui media online bisnis seperti ini pun bisa meraih income yang lumayan
Apakah untuk menjadi blogger professional harus bisa “menulis”??
@Mukhlis,
Kalau ditanya “harus” atau tidak, tentu saja tidak “harus”, namun kembali ke namanya, seorang blogger adalah penulis blog, sedikit atau banyak akan bersentuhan dengan kegiatan menulis.