Beban Kesalahan Masa Lalu?

Tulisan ini merupakan bagian dari 30 Hari Tantangan Ramadhan. Edisi Hari Kedua Puluh Dua, 30 Days Ramadhan Challenge Day #22

Beberapa hari belakangan, media ramai dengan kabar mengenai korupsi pada salah satu BUMN, yaitu PT Timah. Salah satu yang membuat ramai adalah karena salah satu yang menjadi tersangka merupakan suami dari artis terkenal, Sandra Dewi.

Namun saya tidak ingin membahas aspek itu. Yang ingin dibahas adalah mengenai apa yang dilakukan dimasa lalu yang imbasnya dihadapi setelah sekian tahun berlalu.

Salah satu yang menjadi tersangka adalah pimpinan BUMN tersebut. Beliau-beliau menjadi pimpinan beberapa tahun yang lalu (2016 sd 2021). Terlepas dari proses hukum yang masih bergulir, mungkin para pimpinan tersebut tidak menyangka bahwa di tahun 2024, apa yang menjadi kebijakan di periode jabatan mereka jusru menjadi bumerang buat mereka. Jika tahu begitu, mungkin di tahun 2016 tidak akan mau menjabat posisi tersebut.

Apa yang umumnya dilakukan oleh seseorang saat naik jabatan? Secara logika normal biasanya mengadakan syukuran, karena ini berarti promosi. Pengakuan atas prestasi. Dalam syukuran tersebut tentu membaca doa-doa dan harapan agar masa jabatan berjalan dengan lancar. Atas hal ini, saya jadi ingat kisah mengenai Khalifah Umar bin Abdul Aziz, yang menangis saat mendapat jabatan, karena khawatir pada beban dan tanggung jawab yang diemban.

Kejadian pimpinan suatu lembaga yang menjadi tersangka untuk kegiatan masa lalu bukanlah hal baru. Hal itu sudah beberapa kali terjadi dan seharusrnya sudah menjadi peringatan. Banyak kejadian anggota dewan di beberapa daerah yang menjadi tersangka setelah masa jabatan mereka sendiri berakhir. Setelah mereka tidak lagi jaya, tidak punya power, tidak punya kekayaan, tentu ini menjadi beban yang sangat berat.

Banyak orang di jaman pak SBY maupun pak Jokowi yang dulunya punya pamor dan power namun setelah masanya lewat, power dan pamor mereka tidak sekuat dulu. Mereka kerepotan menjawab investigasi atau audit yang dilakukan atas pekerjaan masa lalu dan ini menjadi celah untuk ditindaklanjuti.

Untuk kita sendiri, kita harus mempertimbangkan hal diatas dan mengukurnya dari kaidah dan etika normal. Apakah hal yang kita lakukan berpotensi melanggar etika atau tidak? Pastikan bahwa kita merujuk pada hal yang seharusnya kita lakukan. Jangan melakukan sesuatu yang nantinya akan kita sesali dikelak kemudian hari.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.