Alun-Alun Kota Bandung

Salah satu favorit saya setiap kali ke kota Bandung adalah mengunjungi alun-alun kota Bandung. Jadi saat akhir pekan kemarin berkunjung ke Bandung bersama Maryadi “Ackoy” Arismunandar, saya tidak lupa berkunjung kesana.

Saya berangkat dari Bekasi sekitar jam 10 pagi dan tiba di Bandung jam 1 siang. Di stasiun Bekasi bertemu dengan rekan dari Bandung, kang Asep Hidayat Abisena. Setelah shalat dzuhur di masjid stasiun, kami meluncur ke Dakken Restaurant, bertemu dengan beberapa rekan lain terkait rencana pekerjaan.

Dakken Restaurant sendiri berbentuk rumah gedong peninggalan Belanda yang sudah dipercantik dengan suasana modern, ramai pengunjung hingga kami terpaksa parkir di Factory Outlet yang ada disampingnya. Pilihan makanannya cukup beragam dan lumayan cocok untuk berdiskusi santai dengan beberapa rekan.

Selesai di Dakken Restaurant menjelang maghrib, kami beranjak ke hotel. Kebetulan saya menginap di Ibis Style di daerah Braga, jadi tidak terlalu jauh dari Alun-Alun. Parkir kendaraan di hotel, kemudian setelah mandi, shalat maghrib dan menyimpan tas di kamar, kami berjalan kaki mencari makan malam di beberapa warung tenda yang cukup ramai di beberapa ruas jalan.

Selepas makan malam, kami berjalan kaki ke alun-alun. Suasana ramai sekali karena memang kebetulan malam minggu dan di seberang alun-alun banyak “hantu-hantu” maupun orang yang mengenakan kostum robot dan kostum lainnya yang mengajak foto bersama. Karena si hantu suka mengagetkan pengunjung yang sedang melintas-terutama pengunjung wanita remaja yang kerapkali kaget-jadi beberapa kali kami harus berhenti agar tidak menabrak pejalan kaki lainnya.

Di alun-alun, kami ngobrol ngalor-ngidul mengenai beberapa rencana perkembangan usaha. Kebetulan kang Asep punya usaha startup dibidang aplikasi dan membantu Excellent mengembangkan dashboard layanan SMTP Relay. Kami berdiskusi soal feature tambahan, kemampuan scaling dan soal kerjasama lain antara Excellent dengan Moya Hexagon, usaha startup yang ia bangun.

Ngobrol di alun-alun cukup nyaman, sejuk dan saya jadi teringat masa lalu saat begadang nonton layar tancep di kampung di Bekasi. Dulu saat SD dan SMP, layar tancep merupakan hiburan yang menjadi pengalaman menarik bagi anak-anak seusia kami.

Meski anak-anak yang main kapal-kapalan, bola dan seluncur baling-baling lampu warna-warni beberapa kali melintas di sekitaran kami, so far diskusi lancar saja. Saya membayangkan jika model alun-alun Bandung ini ada di Bekasi, bisa menjadi hiburan yang murah meriah bagi anak-anak maupun keluarga, daripada sekedar hiburan di mall-mall yang cenderung individualistis.

Tak terasa kami berdiskusi hingga pukul 22.00. Karena sudah terasa ngantuk, kami menyudahi diskusi dan meluncur kembali ke hotel. Kang Asep berpamitan di hotel karena hendak pulang ke rumahnya di daerah Lembang sedangkan kami beristirahat di hotel karena besok Minggu pulang kembali ke Bekasi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.