Aktivitas : Karena Kita Hidup

Akhir pekan kemarin, saat perjalanan ke Rumah Kabin Zeze Zahra di Karawang, saya ngobrol di kendaraan dengan AdulĀ AbrayĀ Salah satu topik pembicaraan adalah mengenai aktivitas.

Ada beberapa rekan saya yang heran dan bertanya japri setelah melihat foto-foto yang ada di Facebook/sosmed lainnya, kok kesannya sangat aktif dan banyak sekali kegiatannya. 

Saya bilang bahwa, jangan 100% percaya pada tampilan FB atau sosmed lainnya. Bisa saja dikemas dan ditampilkan yang bagus-bagus saja. Pencitraan. Termasuk tulisan ini dan aktivitas saya yang lain, heheheā€¦

Foto misalnya. Kan bisa saja itu saya foto di sawah orang lain atau di kebun orang lain atau di peternakan orang lain. Namanya juga pencitraan. Indah dalam kemasan.

Meski ya tentunya saya nggak mau seperti itu, karena pencitraan itu melelahkan. Hidup dalam kepalsuan. 

Nah konteks pembicaraannya bukan soal itu, melainkan soal aktivitas keseharian. Orang lain punya aktivitas yang lebih banyak, tapi bedanya ia tidak menulis, sedangkan saya senang dan memang hobi menulis. Menulis bagi saya sama seperti sarapan atau makan untuk badan. Saya perlu menulis untuk mencurahkan pikiran dan ide dan akan sangat menyenangkan jika tulisan itu bermanfaat buat yang membaca.

Saya bisa menulis tentang keseharian mengantar jemput putera puteri saya di sekolah. Menulis tentang usaha IT saya (Excellent Infotama Kreasindo dan Aktiva Kreasi Investama). Tentang kios pisang, tentang tanaman anggur, tentang rumah kabin Zeze Zahra, tentang rencana membuat kios pertanian dan tentang apa saja yang kira-kira bermanfaat. 

Tujuan utama tulisan itu adalah sebagai ide dan share pengalaman. Siapa tahu ada yang sudah menjalaninya dan saya bisa bertukar pikiran mengenai tips dan tricknya. Siapa tahu kesalahan dan kegagalan saya bisa menjadi pembelajaran buat rekan lain agar tidak mengulangi kesalahan yang sama.

Bagaimana jika ada yang salah mengartikan, menganggapnya sebagai flexing? Menganggapnya sebagai pencitraan atau pamer? Ya susah dan tidak bisa dilarang, namun saya yakin mudah membedakannya. Sepanjang hal yang kita lakukan merupakan hal yang positif dan bisa bermanfaat, kemungkinan adanya salah pemahaman atau pemikiran pada hemat saya masih bisa dieliminasi.

Saat berdiskusi dengan Adul, untuk pertanyaan : ā€œMengapa punya banyak aktivitas?ā€, jawaban singkatnya adalah : ā€œKarena saya hidupā€¦ā€

Karena kita hidup, kita punya aktivitas. Karena kita hidup, kita memiliki banyak aktivitas. 

Kalau di agama, ā€œā€œApabila telah ditunaikan sholat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung.ā€ (QS. Al-Jumā€ah : 10) berarti aktivitas itu bukan sekedar mengisi waktu. 

Jangan sampai usia kita masih muda dan kita merasa sudah lelah menghadapi hidup. Usia masih muda sudah merasa bingung harus melakukan apa. 

Kita bisa belajar pada pak Mahatir Mohammad, yang bahkan masih sempat menjadi Perdana Menteri di usianya yang mencapai 90 tahun. Warren Buffet sudah kaya raya dan usianya mencapai 91 tahun namun tetap beraktivitas, menyetir sendiri, menghadiri berbagai kegiatan dan bahkan belanja atau cari makan sendiri untuk aktivitas pribadi.

Jangan lupa, beraktivitas mungkin terlihat cape dan melelahkan, tapi diam saja juga capek kok. Diam tidak beraktivitas itu bisa melelahkan juga. Badan tidak ada gerak, makan tetap perlu nanti hasilnya kita malah obesitas. Badan jadi tidak sehat. Pikiran jadi suntuk.

Bahwa aktivitas itu memiliki berbagai macam tantangan, wirausaha punya banyak hambatan, belajar dan kuliah punya banyak kegiatan dan melelahkan, bekerja kadang tidak selalu menyenangkan, itulah namanya hidup. Itulah hal-hal yang mewarnai hidup. Jangan sampai kita kalah dan menyerah pada hambatan yang terjadi.

Saya masih ingat aktivitas saya menanam pohon pisang di kebun Zeze Zahra di Karawang. Sempat musnah tersapu banjir, namun akhirnya bisa recovery dan menghasilkan. Saya ingat saat mulai menanam jambu air, pepaya, manggis, singkong, ubi, nangka dan cempedak, awalnya saya tidak tahu apakah akan berhasil atau tidak. Justru perjalanan usaha dan kegiatan itu yang mewarnai hidup kita, yang membuat kita jadi lebih hidup dan keseharian tidak membosankan. Kita jadi seperti orang yang memasang joran pancing bukan hanya di satu tempat. Kita memasang joran pancing di berbagai tempat, untuk kesempatan dan peluang keberhasilan yang lebih besar.

Saat akhirnya usaha itu mulai menghasilkan, disitu baru kita mendapat kepuasan atas apa yang sudah dilakukan.

Hidup kita milik kita, susah maupun senang, kita juga yang menjalaninya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.