7 Tips Menghadapi Perdebatan, Kritik & Politik di Kantor
Bekerja di sebuah perusahaan, lembaga, instansi, dunia pendidikan atau apapun lokasi kerjanya biasanya tak bisa menghindarkan diri dari politik kantor. Politik kantor yang saya maksudkan adalah mengenai perbedaan pendapat, cara pandang maupun perdebatan tentang suatu metode atau cara melakukan sesuatu.
Dalam tingkat yang masih bisa ditolerir, perbedaan pendapat merupakan sesuatu yang lumrah dan sudah selayaknya terjadi namun jika berlebihan dan malah menimbulkan politik kantor, sebaiknya hal ini diatasi dengan cara yang elegan agar tidak berkembang dan berkepanjangan menjadi hal-hal yang sifatnya negatif.
Saat mula pertama bekerja di perusahaan sewaktu baru lulus, saya mengalami masa-masa penyesuaian yang tidak terlalu mudah. Kantor tempat saya bekerja terbilang perusahaan kecil, sehingga saya sebagai staff IT yang single fighter (alias sorangan) kerap diajak meeting dengan manajemen perusahaan. Pada saat meeting inilah sering terjadi beda pendapat yang kadang melenceng dari tema meeting sendiri.
Contohnya beda pendapat antara manajer produksi dengan purchasing/procurement. Mereka saling menyalahkan atas tidak siapnya bahan baku yang dibutuhkan. Produksi menyalahkan purchasing, purchasing menyalahkan PPIC (Production Planning & Inventory Control), PPIC menyalahkan Sales & Marketing dan Sales Marketing bertahan dengan alasan dan masalah yang ia hadapi. Kadang IT terlibat (atau dilibatkan) dalam perdebatan ini karena bisa saja ada masalah terkait dengan sistem.
Jika tidak dikelola dengan baik, perdebatan di ruang meeting malah merembet pada hubungan personal. Bagaimana menyikapinya agar perdebatan ini tidak melebar kemana-mana ? Berikut adalah beberapa tips yang bisa dilakukan :
- Fokus pada isi. Jika anda dikritik, tetap konsentrasi pada isi kritik, bukan pada sosok yang melakukan kritik. Misalnya anda dikritik karena ada sistem yang salah melakukan kalkulasi, fokuslah pada hal tersebut. Jika memang salah, akui kesalahan itu, berikan jawaban penyebabnya dan langkah yang kita lakukan untuk menyelesaikannya. Jangan malah sewot dan beranggapan bahwa si pengkritik memang sukanya melakukan kritik, suka mengada-ada dan banyak orang yang nggak suka padanya. Apalagi sampai merembet pada ketidaksukaan kita pada kepribadiannya. Kalau ini yang terjadi, kita jadi bias dan tidak jernih dalam menyikapi kritik yang dilakukan.
- Bersikap Persuasif. Jika ada yang mengkritik soal langkah yang kita lakukan, sampaikan bahwa hal tersebut merupakan upaya kita mencapai sasaran dan bahwa kita siap menerima masukan dari rekan yang lebih berpengalaman. Daripada kita selalu defensif menghadapi kritikan, lakukan langkah lanjutan dengan bertanya mengenai saran yang bisa ia berikan. Misalnya jika kita dikritik karena sistem yang dianggap kurang mampu menghadapi perubahan, jawab dengan : “Apa yang saya siapkan memang berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang saya pelajari selama ini. Jika bapak/ibu memiliki saran atau pertimbangan yang lebih komprehensif, saya akan dengan senang hati mempelajari dan menggabungkannya dengan yang sudah ada”. Selain menunjukkan kedewasaan kita, cara ini akan membungkam sosok yang hanya bisa mengkritik tanpa memberikan solusi
- Jangan terlibat politik kantor dengan siapapun. Jika seseorang berbeda pendapat dengan orang lain biasanya ia mencari teman untuk menghadapi “musuhnya”. Jika ini yang terjadi, dengarkan ucapan ia tapi jaga agar kita tidak terlibat terlalu jauh dan malah ikut membuat blok-blok yang membuat hubungan di kantor menjadi kurang sehat.
- Tingkatkan Pengetahuan. Kurangi kritik dengan meningkatkan pengetahuan. Contohnya sebagai staff IT, saya juga belajar mengenai MRP (Material Requirement Plannning), ERP, JIT (Just in Time), Toyota Way dan lain-lain yang membuat saya “nyambung” jika bicara dengan manajemen perusahaan yang berbasis manufaktur. Selain itu, tambahan pengetahuan akan membuat kita bisa mengurangi kemungkinan adanya kesalahan dalam pekerjaan yang kita lakukan
- Jangan berdebat kusir. Jangan berdebat terlalu lama dan bertele-tele dalam meeting. Jika memang kita kurang sependapat, kita bisa saja mengalah untuk sementara waktu sambil melengkapi apa-apa yang kurang dan menjadi sasaran kritikan. Jika lawan debat kita sudah masuk kerja lebih dulu dibandingkan dengan kita, hargai ia sebagai sosok senior, meski mungkin secara pengetahuan kita jauh lebih mumpuni dibandingkan dengannya
- Jangan terlalu sering menganalogikan kantor sekarang dengan kantor lama. Jangan terlalu banyak bilang, “Dulu di kantor lama begini-begini-begini…”. Mungkin maksudnya baik tapi jika terlalu sering dilakukan ada kesan bahwa kantor sekarang ini brengsek dan kantor lama sangat berkualitas. Ucapan ini bisa melukai perasaan para senior dan disisi lain kurang memberikan manfaat. Jauh lebih elegan jika kita mengusulkan suatu kebaikan di kantor lama tanpa harus menyebut-nyebut nama kantor lama, misalnya kita mengusulkan soal TQC & TQM (Total Quality Control & Total Quality Management) tanpa harus menyebut dikantor lama sudah begini begitu.
- Lakukan pekerjaan sendiri sebaik-baiknya sebelum melakukan kritik. Daripada kita mencari-cari kesalahan orang lain, jauh lebih baik jika kita memperbaiki dan meningkatkan kinerja kita sendiri maupun bagian yang kita pimpin
Tips diatas memang kelihatan sederhana, namun prakteknya tidak selalu mudah. Awalnya mungkin kita akan terbawa oleh situasi namun jika diterapkan secara konsisten, kita bisa mengurangi kemungkinan perselisihan dengan rekan sekantor yang membawa dampak kurang baik bagi keseluruhan kinerja kita maupun tempat kita bekerja.
Nabi Muhammad SAW juga menganjurkan untuk menghindari debat kusir.. 🙂