5 Alasan Mengapa Staff IT Kurang Dihargai Staff Lain/Atasan Sendiri

Sebagai salah satu posisi yang cukup penting di perusahaan, seorang staff IT biasanya memiliki posisi tawar yang cukup tinggi dibandingkan dengan staff lain. Hal ini bukan berarti staff-staff dari bagian lain kurang penting melainkan karena dalam beberapa hal, staff IT mengelola beberapa aturan yang digunakan oleh staff yang lain.

Meski secara posisi cukup penting, adakalanya kita menemukan staff IT yang kurang dihargai oleh rekan-rekan dari bagian yang lain, bahkan juga oleh atasannya sendiri. Saat menemani para peserta training di Excellent makan siang, ada beberapa staff IT yang bercerita bahwa ia kerap kesulitan jika mengajukan suatu permintaan pembelian hardware pada atasannya. Banyak yang mengalami kendala operasional sistem (server dijalankan di mesin jangkrik alias ecek-ecek, tidak ada mesin backup, spesifikasi komputer rendah dll) yang menurut mereka disebabkan oleh ketidakmauan perusahaan melakukan investasi dibidang IT.

Yang lebih parah, staff IT tidak dihargai oleh rekan dari bagian yang lain dan dianggap sebagai pelengkap saja. Bentuknya bisa dalam berbagai bentuk, mulai dari diminta melakukan berbagai pekerjaan remeh temeh hingga dimarahi karena menerapkan suatu aturan yang dianggap mengurangi kebebasan staff yang lain.

Contohnya aturan akses internet untuk staff tertentu saja, pemblokiran situs-situs yang dianggap tidak relevan, pembatasan download dan non aktif instant messenger, dianggap sebagai tindakan yang mengada-ada dan potensial membuat seorang staff IT dimusuhi oleh staff bagian yang lain.

Mengapa seorang staff IT bisa tidak dihargai oleh staff yang lain atau oleh atasannya sendiri? Jika anda merasa sebagai staff IT seperti ini dan ingin berontak dari pelecehan intelektual (caelah bahasanya), silakan melakukan introspeksi beberapa hal berikut, yang saya sarikan dari pengalaman pribadi dan observasi di beberapa klien perusahaan :

  1. Kemampuan Seorang Staff IT. Ini merupakan alasan utama mengapa seorang staff IT bisa tidak dihargai oleh staff lain atau oleh atasan sendiri. Ia memang punya pangkat sebagai staff IT namun kemampuan hanya rata-rata. Jika anda menjadi staff IT namun kemampuan tidak jauh berbeda dengan staff yang lain (apalagi kalau sampai kalah), tentu tidak mengherankan jika anda kurang dihargai.
    `
    Jika anda saja sebagai staff IT suka kebingungan menghadapi persoalan, bagaimana dengan staff lain yang menginginkan agar masalah IT-nya diselesaikan oleh anda. Sebagai atasan, apa gunanya punya staff IT kalau sebagian besar pekerjaan terpaksa harus dilakukan oleh atasan.
    `
    Jika kita merupakan staff IT baru, adakalanya beberapa staff dari bagian yang lain mengujicoba kemampuan kita. Kita harus mampu menunjukkan kualitas dan kemampuan kita agar tidak dilecehkan. Tentu saja upaya untuk menunjukkan kemampuan itu tidak dalam bentuk negatif melainkan dalam bentuk yang santun.
    `
    Jika dalam bisnis ada istilah Palugada (Apa Lu Cari Gue Ada), seorang staff IT juga sebaiknya memiliki moto PaluBisa (Apa yang Lu Tanya Gue Bisa 😛 ). Hal ini bisa berjalan jika kita punya kemampuan yang dibangun baik dari pendidikan, training, workshop, belajar sendiri maupun melalui sumber bacaan dari buku dan internet
  2. Kemampuan Berkomunikasi dan Berdiplomasi. Maksud dari kemampuan diplomasi adalah kemampuan melakukan komunikasi antara seorang staff IT dengan atasannya maupun antara staff IT dengan rekan dari bagian lain.
    `
    Banyak keluhan dari seorang staff IT yang mengatakan bahwa atasannya kurang menghargai usulan yang ia berikan. Keluhan lain yang kerap timbul adalah adanya penolakan terhadap pengajuan pembelian barang, investasi atau yang lainnya.
    `
    Ada kemungkinan masalahnya bukan pada besar kecilnya biaya yang mungkin timbul melainkan karena salah persepsi akibat kekurangmampuan kita sebagai staff IT dalam menguraikan manfaat dan tujuan yang ingin kita capai.
    `
    Dalam kasus lain, hubungan staff IT dengan bagian lain menjadi kurang baik akibat ketidakmampuan seorang staff IT berkomunikasi dengan bagian lain, misalnya melakukan pengubahan suatu metode atau prosedur tanpa melakukan konfirmasi dengan bagian yang terkait. Hasilnya mungkin akan berbeda jika rencana pengubahan suatu prosedur dilakukan dengan konfirmasi dan komunikasi intens terlebih dahulu
  3. Tidak Konsisten pada Peraturan. Ada pameo, “peraturan dibuat untuk para staff, bukan untuk para sysadmin”. Artinya, peraturan pembatasan atau implementasi rule tertentu dilakukan untuk membatasi staff-staff lain sementara staff IT bisa melakukan by pass semua aturan.
    `
    Contoh paling mudah misalnya pembatasan akses internet dan download. Staff lain terseok-seok dalam mengakses bandwidth sementara para staff IT berpesta pora atas bandwidth tanpa batas yang ia terima. Jika aturan ini memang terkait dengan pekerjaan, staff lain mungkin masih bisa dimaklumi, meskipun penggunaannya jangan terlalu mencolok. Jika terlalu mencolok tentu akan mengganggu rasa keadilan bersama.
    `
    Saya pernah memiliki contoh kasus lain. Salah satu aturan di tempat kerja kami adalah bahwa akses internet bisa diberikan atas rekomendasi atasan level manajer. Jika manajer menyetujui suatu akses, saya bisa meminta staff IT bagian Help Desk/Support untuk mengaktifkan aksesnya.
    `
    Ternyata pada prakteknya, beberapa staff Accounting diberikan akses meski secara rule tidak diperbolehkan. Akibat diprotes oleh staff dari divisi lain (misalnya dari divisi Warehouse atau Purchasing yang kerap berhubungan dengan Accounting dan melihat mereka secara bebas dan mencolok mengakses internet), manajer Accounting meminta penjelasan pada saya mengapa mereka diberikan akses internet padahal baik si Manajer Accounting maupun saya sendiri belum pernah melakukan otorisasi.
    `
    Selidik punya selidik, ternyata akses itu diberikan oleh staff saya yang dibujuk rayu oleh staff bagian Accounting. Kebetulan staff saya masih muda dan bujangan, mereka luluh hatinya gara-gara dibujuk oleh staff-staff Accounting yang bersikap kenes dan manis saat mengajukan permintaan secara lisan. Ada-ada saja 🙂
  4. Terburu-buru Mengambil Keputusan Strategis. Ini cerita dari staff-staff IT perusahaan yang mengikuti training Linux di tempat kami. Banyak dari mereka yang mengatakan bahwa banyak upaya migrasi sistem dari Windows ke Linux mengalami kegagalan di tempat mereka. Saat saya tanya bagaimana kok bisa gagal, mereka sampaikan bahwa proses migrasi dilakukan oleh staff IT atas pertimbangan moralitas dan idealisme, “Sebaiknya perusahaan jangan pakai produk bajakan”.
    `
    Pada implementasinya, keputusan seperti ini kerap hanya ditentukan oleh bagian IT tanpa dipayungi dengan Surat Keputusan (SK) dari level manajemen maupun dari direksi. Karena merasa pekerjaan jadi terganggu, upaya ini justru menuai protes dan akhirnya dihentikan oleh manajemen. Akibatnya sungguh fatal. Niat baik IT jadi bumerang, upaya implementasi diwaktu lain akan jauh lebih sulit karena pernah ada kejadian pahit kegagalan implementasi sebelumnya.
    `
    Niat baik, idealisme dan moralitas saja tidak cukup untuk melakukan implementasi suatu kebijakan, meski itu benar-benar ditujukan untuk kepentingan perusahaan/lembaga/instansi. Alangkah baiknya jika upaya implementasi sistem apapun direncanakan baik-baik. Tidak usah terburu-buru.
    `
    Proses bisa dimulai dengan diskusi  di level manajemen, dipayungi dengan aturan perusahaan dan mendapat persetujuan berupa SK dari direksi/manajemen disusul dengan  memberikan pelatihan, sosialisasi dan diikuti proses testing baru kemudian melakukan implementasi secara bertahap.
  5. Tidak Punya Perencanaan dan Kerangka Kerja.Seorang staff-apapun divisi dan bagiannya-yang ingin mengembangkan karir semestinya memiliki kemampuan ini. Membuat perencanaan dan kerangka kerja itu tidak mudah jika tidak dibiasakan, namun jika sudah terbiasa, hal ini akan banyak membantu analisa suatu pekerjaan sebelum masuk ke tahapan implementasi.
    `
    Perencanaan dan kerangka kerja juga sangat baik untuk dijadikan sebagai pertimbangan dalam menentukan estimasi waktu pelaksanaan, memilih prioritas yang hendak diambil dan memperkirakan kemungkinan hambatan yang timbul.
    `
    Jika anda punya usulan suatu perbaikan, alangkah baiknya jika tidak langsung dibicarakan secara lisan pada atasan maupun pada manajemen. Sebaiknya buatkan semacam makalah yang menguraikan latar belakang upaya perbaikan yang kita lakukan, kondisi saat ini, kondisi yang diinginkan, keuntungan yang bisa dicapai dan dilengkapi dengan tabel dan grafik yang menarik.
    `
    Atasan/manajemen akan lebih mudah menerima dan memahami usulan kita, kitapun mudah memberikan uraian penjelasan atas ide yang kita ajukan

Tulisan diatas memang saya sarikan dari pengalaman pribadi selama bekerja sebagai staff IT kemudian mendapat promosi ke level yang lebih tinggi dan memiliki beberapa staff, karenanya memuat pengalaman saya baik sebagai bawahan maupun sebagai atasan (meski dengan staff yang tidak terlampau banyak).

Jika ada beberapa uraian diatas yang dianggap kurang berkenan mohon jangan diambil hati. Saya tidak bermaksud mengatakan bahwa alasan diatas selalu pasti benar, karena saya juga punya banyak problem, hehehe… Saya pribadi berpendapat, jika kita bekerja sebagai staff IT dan ingin mengembangkan karir  ke arah yang lebih baik, sudah selayaknya kita melakukan review atas pekerjaan dan kebiasaan yang kita lakukan. Jangan putus asa jika belum dapat mencapai apa-apa yang dicita-citakan.

Jalannya berkelok dan mendaki
Siapa menanti tak pernah kutahu
Sunyiku pun kekal: menjajah diri
Dan angin pun gelisah menderu

Ah, ingin aku istirahat dari mimpi
Namun selalu kudengar ia menyeru
Tentang jejak di tanah berdebu
Diam-diam aku pun berangkat pergi

[Toto ST Radik-Balada Si Roy]

45 thoughts on “5 Alasan Mengapa Staff IT Kurang Dihargai Staff Lain/Atasan Sendiri

  1. di t4 saya kerja spek kompi nya juga masih rendah, masih celeron, hardisk 10 GB aja ada, tp ya dimanfaatkan aja, bisa dijadikan buat server (bandwidth manager dan proxy aja tapi, biar ga rebutan) yang penting dapat ilmu dan mengaplikasi kan nya

  2. Menurutku sih yang paling menohok yang poin ke 5. Pengalaman saya, pada awalnya staff /orang IT sangat dihormati karena dianggap pinter dan bisa diharapkan banyak membantu menyelesaikan banyak persoalan.

    Ketika kemudian dia tidak punya perencanaan strategis dan kerangka kerja yang sistematis, maka IT tidak akan membawa kemana – mana dan hanya memboroskan anggaran.

    Dari situ saya pikir sinisme terhadap orang IT mulai

    salam

  3. Menurut saya, yg awal harus dipegang oleh orang IT yg kerja di perusahaan: ketahui core business perusahaan anda. IT itu cuma support dari core business anda, kecuali memang perusahaan itu adalah perusahaan IT. Jadinya orang perusahaan cuma care ke IT kalau IT itu bisa support core business tadi agar:
    – cost effective
    – create new opportunity
    – shorten delivery time
    Kalau nggak punya pikiran seperti itu, IT tidak akan dianggap, lebih buruknya dianggap sebagai pengacau 😀 Nice sharing mas.

  4. sepaham dengan Pak Affan…, sedikit demi sedikit mengimplementasikan bagian IT kedalamnya, sehingga lambat laun akan disadari bahwa bagian IT merupakan salah satu akar yang tidak bisa dilepaskan dari perusahaan.. 🙂

    artikelnya bagus pak.. keren..sangat memotivasi… 🙂

  5. Bos, ane setuju yang ini :
    “Selidik punya selidik, ternyata akses itu diberikan oleh staff saya yang dibujuk rayu oleh staff bagian Accounting. Kebetulan staff saya masih muda dan bujangan, mereka luluh hatinya gara-gara dibujuk oleh staff-staff Accounting yang bersikap kenes dan manis saat mengajukan permintaan “

  6. saya setuju dengan 5 alasan diatas dan bisa buat Introfeksi bagi siapa saja, tapi yang perlu dan harus di Perhatikan juga bagi seorang sys admin, jangan cuman JARKONI (…….. Ngelakoni) dia/ management yg buat kebijakan untuk tidak bisa akses jejaring sosial seperti: FB, etc, eh malah dia asik keasikan FB an.

  7. pak…ijin copy untuk sy jadikan sumber informasi…sama ijin boleh tdk artikel ini dipersebarluaskan…

    trmksh….

  8. pengalaman sy mas memang perencanaan dan kerangka kerja di suatu perusahaan tdk mudah karna tak biasa.. lbh menarik “luluh hatinya gara-gara dibujuk oleh staff-staff Accounting yang bersikap kenes dan manis saat mengajukan permintaan”

  9. saya setuju :
    1.Harga menghargai itu sangat penting
    2.Kualitas juga menentukan atas kerja
    3.Kita musti haus terhadap perkembangan IPTEK

  10. Kuasai tugas pokok dan fungsi kita di tempat kerja
    IT staff adalh problem solver di bidang pekerjaan ya
    Buka wawasan upgrade kompetensi kita (staff it) dengan training , dari internet , buku atau bla bla .
    Cam kan ke management Dengan IT dan departemen lain bahwa kerja akan lebih cepat ,, lebih mudah dengan mengaplikasikan IT sesuai kebutuhan DAN INGAT LEBIH EFISIEN .
    Terapkan IT di di tempat kerja sesuai dengan kebutuhan , dgn penerapan IT hati hati ada pegawai yg pendapatnya berkurang .
    Kerja dgn IT kagak perlu Hardware yg State of art , gunakan apa yg ada tapi tetep jalan

  11. Wah pa… di tempat saya juga IT ga dihargai (ya ada sih – sedikit). Perusahaan tempat saya kerja pabrik textile, IT cuma ada 5 orang teknikal support, 1 programmer, 1 kepala, menangani 1 pabrik besar. IT ga boleh nambah karyawan lagi, tapi bagian lain masukin karyawan terus.

    Kemaren2 kita di audit masalah software bajakan, setelah diaudit, pihak manajemen rapat ngomongin pembelian lisensi. Baru deh gw sadar kenapa selama ini IT selalu dikasih kartu kuning (baca : omelan) kalo beli peralatan/servis/sparepart. Ternyata IT CUMA COST di perusahaan.

    Kurang lebih gini ngomongnya :
    “nih kalo saya beli mesin, beli benang, kan keliatan barangnya. Beli benang, dirajut bisa jadi kaen, bisa jadi uang. Beli mesin bisa ngerajut banyak, bisa celup lebih banyak, bisa ngasilin uang banyak. Nah ini beli program cuma jadi selembar kertas aja, dijual jg ga bisa, buang2 uang aja”

    jadi… IT ga dihargain bukan murni karena kesalahan orang2 IT nya aja, tapi pola pikir atasan jg mempengaruhi. Mending kalo atassannya masih muda n berpikiran terbuka, lah ini udah tua, susah denger masukan dari bawahan.

  12. Salam kenal semuanya..

    Ternyata masalah yang saya alami tidaklah jauh berbeda dengan
    rekan2 sekalian. Tempat saya bekerja sebelumnya bergerak di
    bidang properti.

    Mungkin agak berbeda dengan KODOK.782,
    karena atasan saya masih terbilang muda.
    Namun, masalahnya secara hirarki, disini departemen IT nya
    bernaung langsung di bawah departemen Finance & Accounting.

    Server ada dua, udah kayak pasangan suami-istri aja.
    Keduanya dipertahankan sampai usia lanjut.
    Dua-duanya sama-sama lemot bin dodol.
    Client pun mengeluh dan mengajukan komplain.

    Namun ketika diajukan penawaran untuk server yang baru,
    matanya langsung pada membelalak melihat harga.
    Lha, itu server udah dari jaman nabi adam,
    Kalau bisa, pasti saya langsung upgrade.
    Tapi vendornya pun menggerutu karena udah discontinue.

    IT Consultant yang sebelumnya bekerjasama,
    sudah memutuskan kontrak sebelum proyek selesai.
    Mungkin proses pembayarannya tak sesuai dengan perjanjian.
    Programmer nya pun beberapa bulan langsung melarikan diri.
    Sedangkan saya, menunggu hingga kontrak kerja selesai.

  13. papa saya konsisten kok kerja nya,dia juga mentaati peraturan,tapi belum saja diangkat staf

  14. hemm…jadi IT klw mnrut sy ya paling susah itu kalo ngomong sama kryawan yang ga tau dunia IT, dan banyak juga staf lain yang iri sama staf IT, pokoknya musti ekstra sabar deh kalo jadi IT …..ckckckck

  15. buwat saya ? jadi seorang staf IT , butuh kesabaran dalam menghapi segala sesuatu. tetaplah tersenyum ,, dan tingkatkanlah kemampuan anda , dan yakin bahwa tak ada yang sepertimu.

  16. setuju, mirip sama pengalaman pribadi.
    alhamdulillah, pegangan tangan ini masih diberikan berkah, sehingga masalah-masalah yang timbul terkadang hanya perlu di datangi udah beres… makanya kadang dianggap dukun sakti ^_^

    saran tambahan saya :
    # Perbanyak silaturahim, banyak sahabat… insya Allah ilmu bertambah.
    # Perbanyak sedekah, selain bukti syukur, tolak bala, juga mengundang rizki.

  17. pernah punya pengalaman. Software operasional database perusahaan mulai dirasa kurang memadai dg kebutuhan perusahaan saat itu. Banyak kekurangan di sana-sini. Akhirnya mulai migrasi dan diimplementasikan software yg baru. Paling susah ketika kita mengimplementasikannya ke pegawai yg sudah berpuluh-puluh tahun terbiasa dg software yg lama. Mereka mengeluh ke atasan, intinya mengatakan software baru terasa susah dan membuat pekerjaan mrk jadi terhambat. Padahal intinya hanya karena masalah kebiasaan saja.
    Bos gaptek. Akhirnya implementasi software baru dibatalkan.. Karyawan bersorak sorai…

  18. wah seru nih cerita2 pengalaman kawan2 di dunia IT.
    apalagi yg di ceritakan agan kodok 782. sampai2 manajemen ga mengerti.
    huft…

    memang itu tantangan terberat para staff IT, tetapi seharus nya seperti masalah nya
    agan kodok 782 bukan masalah staff tetapi lebih kepada Leader/atasan/Manager .
    mereka bisa ga “meng-convert” masalah , nilai , dari IT(raw data) ke perbincangan High Level(management) .

    kita para staff seharus nya mengembankan dan evolve ke technology yg baru.
    perbanyak baca dan pengetahuan di bidang IT dengan Hal Tersebut
    Insya Alloh orang lain akan menghargai kita. 🙂

    salam,

    Arif

  19. Terimakasih sekali, threadnya sangat bagus, saya baru sajaa mau terjun ke dunia IT, setelah membaca review dari temen2 IT saya jadi intropeksi diri dan harus tetap semangat..

    Salam dan sukses untuk kita semua.
    Nashrul

  20. mengetahui Core bisnis emg perlu…tpi apa iya gk menyadari..klo IT itulah sebenarnya Core dalam vendor manapun.. apa iya semua divisi gk bakal pake kompi, mgeprint, akses jaringan(LAN, WAN dsb), butuh instalasi cctv, butuh maintenance/ backup data/database, rakit/ maintnce PC, blm lagi klo PC kena MalCode/MalWare(virus,worm,trojan), setting supaya printer bisa d pake berdasar divisi, di setting juga spaya bisa kirim fax dri kompi, setting spaya bisa saling sharing antar PC…

    harusnya mikir yg pendapat klo IT CUMA SUPPORT BAGI CORE BISNIS SUATU PERUSAHAAN…

    do u wanna be to know… IT is the absolutely core of core anything bussiness in some vendor…

    gk da org IT, bisa jualan apa org marketing?
    gk da org IT, bisa kalkulasi simple data penjualan/pembelian kah org akunting?
    gk da org IT, bisa lihat omzet kah org skelas manajer/direktur/owner skalipun?
    gk da org IT, bisa apa utk bantu ngamanin perusahaan dgn koneksi jaringan cctv??
    gk da org IT, bisa aman kah data perusahaan klo di hack atw kena malcode??
    gk da org IT, owner bisa bayar pajak, transaksi sgala macam via bank kah??

    itu contoh seklumit pentingnx org IT.. IT is the core of core..if using ur brain..

    cuma vendor yg bener2 ngejalanin ERP atw CRM dengan utuh lah yg bisa ngehargain IT n ngerti akan pentingnya IT… klo cuma sekelas supervisor/manager karbitan baru mah gk bakal paham itu dengan detil..

  21. gua sih pengen sedikit share aja…gua suka ngenes ya kalau baca masalah hal seperti ini…di negara indonesia seorang IT itu selalu di anggap seperti sampah, selalu di salahkan, selalu jadi bahan pembahasan,, ya itu yang selalu gua temukan.

    gue bukan orang IT tapi gue selalu menjunjung tinggi tugas seorang IT.

    pada intinya sih ya menurut gua cuma saling menghargai sih.

    dan seperti yang gua lihat ya. cuma di indonesia seoarang IT di pekerjakan seperti seorang pembantu dan selalu menjadi bahan pembahasan negativ. hahaha
    seandainya kalian sadar teknologi apapun yang kalian pakai saat ini yang semangkin berkembang berasal dari mana ?
    jadi tolong lah berfikir sebelum berucap.
    kalau boleh bawa kaca setiap hari,,,hahaha
    agar kalian bisa tahu kemampuan diri kalian itu sampai mana sih.

    cobalah sedikit kalian melihan ke negara” sebelah…betapa gilanya mereka berani menggaji seorang IT. betapa berharganya IT untuk perusahaan mereka.

    tidak usah mengetes kemampuan seoarang IT ataupun siapapun itu dalam dunia kerja, mending kita tes aja kemampuan diri kita masing” sudah kan kita berguna untuk sebuah perusahaan tempat kita kerja sekarang ? *cuma kalian yang bisa jawab 🙂

    thanks

  22. Maaf yah ikut nimbrung, kebetulan saya bagian dari karyawan IT yang sudah berkecimpung lebih dari 8tahun. Saya fikir IT seharusnya menjadi DEPARTEMEN VITAL DALAM BISNIS.
    Hanya perusahaan kecil atau orang-orang kecil yang menganggap IT itu “cuma support”, so bila ingin tahu perusahaan itu besar atau tidak lihatlah Departemen IT nya berkualitas atau tidak?
    Ndak percaya, monggo silahkan pindah ke perusahaan seperti Microsoft, Google, Indofood, Garuda Indonesia, Freeport, Pertamina mereka besar karena menjunjung tinggi Departemen IT.

    Saya pribadi melihat departemen lain bukan hanya sebagai user tapi sebagai customer, bagaimana saya puaskan mereka memberikan solusi atau menjembatani kebutuhan mereka baik dari network infrastruktur ataupun aplikasi /software yang tujuannya memudahkan customer dalam bekerja. Sayangnya banyak perusahaan yang missed akan fungsi IT.
    Mengapa IT sangat penting? Karena IT merubah sudut pandang segalanya.

  23. abang kakak mas mba yang ganteng yang cantik yang ganteng aja dan ganteng banget, aku butuh tempat magang,aku kuliah jurusan IT. Baca postingan ini aku malah makin mau magang di tempat staff IT atau segala sesuatu yang berhubungan dengan IT. Mau recommendasiannya dong kak. thanks

  24. IT di tempatku cakep banget tapi begitulah cara Kerjanya Kurang memuaskan bahkan terlalu dingin dan Kurang menghargai staf lain.. ahirnya dia kena tegur oleh BM … hahaha ahirnya dia mau deh ngikutin mau kita yang cuma staf di bawahnya Do’i…. Tapi Lu keren bang IT ku… :*

  25. “Jika dalam bisnis ada istilah Palugada (Apa Lu Cari Gue Ada), seorang staff IT juga sebaiknya memiliki moto PaluBisa (Apa yang Lu Tanya Gue Bisa ? )” <=== Pertanyaannya adalah : Untuk mendapatkan yg bisa PALUGADA perusahaan sanggup nggak ngeluarin GAJI BESAR ??? , apalagi pabrik2 korea / jepang di Cikarang dst pengennya punya staff IT yg bisa PALU GADA tapi nggak mau mengeluarkan GAJI BESAR. Di Pabrik2 korea / jepang yg ada di cikarang banyak staff HRD/GA atau staff lain yg dipaksa untuk ngurusin IT… Miris kan ?

  26. ya sedih dagh, kalo GAK diceritain. Ternyata memang miris, ada IT yang ikut jadi OB(buka rolling door, nyapu, ngepel, angkat barang” kalo dateng) *pengalaman pribadi dan sampai sekarang masih(-_-)”. Mungkin kalo jadi IT memang harus jago/mastah x yach,ya jago sekalian. jadi gak nanggung. kalo ada dicuekin,bahkan disepelekan. kalo gak ada dan ada trouble,dicari kaya wanted “live or death” harus ketemu.

  27. Yang jelas orang IT itu lebih sangat penting dan lebih dibutuhkan drpd yg lain. Orang IT setelah dia lulus jurusan ITnya dia pasti bisa belajar hal lain, kecuali otodidak, dia masih ngubek dl dengan etika profesi yang kadang merugikan orang2 IT lainnya.

    Masalah terbesar ialah bidang lain takut atau parno dgn bidang IT hahahaha. Apalagi di indonesia orngnya suka main tilep sana sini (mengakali kehidupan lol) , sebisa mungkin mereka menutup kesalahannya bukan, makanya males kalau IT berkembang.

  28. Staff IT, ketika ada yg trouble… berjalanpun seperti presiden lewat. Yg lain pada minggir semua mlongo matanya.

  29. Saya Mau Tambahkan… Jadi IT Harus Pelit….Kalau Gak Pelit… di Tempat Kerja Kita Akan di Pites seperti kutu….hahahaha

  30. Alasan Mengapa Staff IT Kurang Dihargai Staff Lain mungkin dianggap kerja santai tapi gaji lumayan. banyak bengong berguna kalau diwaktu tertentu saja. terima kasih postingan menarik.

  31. untuk IT biasanya memang Tidak Punya Perencanaan dan Kerangka Kerja dari semua kerjaan sampai cuci ac kalau bisa juga dikerjakan. tulisan menarik mewakili isi hati dan teriakan hati saudar seperjuangan. salam sukses dan sehat selalu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.